Ext 1. LAUT BEROMBAK

10.5K 880 20
                                    


Semua orang tahu Samudera sebagai orang yan urakan, dingin dan menyebalkan. Rasanya, setiap kali melihat Samudera, semua orang akan terintimidasi dengan parasnya yang keras. Bahkan, walaupun tampak lemah dengan tongkat di tangan sekalipun, ia tetap terlihat mengerikan.

Begitupula dengan Danisa ketika melihatnya di tangga belakang sekolah. Samudera yang merokok tanpa peduli aturan membuatnya nyaris menggigil gemetaran walaupun berusaha untuk menegur lelaki itu.

Tetapi kini, beberapa minggu berlalu, semua tampak berbeda.

Danisa mulai mengerti kenapa lelaki itu pernah jadi populer. Jika dilihat lebih dekat, ada sesuatu yang membuat Samudera selalu menarik perhatian semua orang.  Tubuhnya tinggi dan tegap, rahang yang berbentuk kotak itu membuatnya tampak manly. Ia memang urakan tetapi setiap detil pakaiannya membuat Danisa tahu, lelaki itu memerhatikannya dengan sangat baik.

"Kenapa?" cetus Samudera tiba-tiba membuat Danisa mengerjapkan mata.

"H-hah?"

Lelaki yang baru saja datang ke kelas itu mengambil tempat di sebelah Danisa. Ia meletakan tas di atas meja sambil mengangkat alis. 

"Apa?"

"Kenapa bengong?" tanya Samudera lagi.

Danisa menggeleng buru-buru. Ia salah tingkah. Buru-buru ia memegang buku pelajaran yang terbuka di depannya. "Hah? Oh, nggak lagi mikir caranya."

"Caranya?" Samudera mengerutkan dahi. "Ini kan buku pelajaran Bahasa Indonesia. Lo mau cari cara apaan, deh?"

Danisa lagi-lagi panik. "Ah, eh, itu..."

"Bengongin apa, sih?" Samudera makin menggoda. "Gue, ya?"

"DIH, GEER!" balas Danisa dengan suara agak keras karena malu.

Samudera tertawa kecil. Tangannya terulur, mengacak-acak rambut Danisa pelan. Kalau seperti ini, bukan cuma rambut Danisa yang acak-acakan, hatinya juga berantakan ke mana-mana.

Danisa menengok ke sekitar. Yang lagi, sebenarnya, percuma, karena tak ada yang memerhatikan mereka sama sekali.

"Sam!" Danisa merengut sambil merapikan rambutnya. Hanya itu satu-satunya cara untuk meningkahi isi hatinya yang ke mana-mana.

Samudera tertawa gemas. Ia suka dengan Danisa yang salah tingkah. Selalu suka dengan itu.

Ponsel Danisa yang bergetar membuat Samudera melirik kecil. Lelaki itu mencoba sebisa mungkin untuk tidak penasaran. Tetapi, Danisa hampir jarang menggunakan aplikasi percakapan untuk mengobrol. Jadi, jujur saja, Samudera sedikit banyak ingin tahu, siapa yang mengirimi Danisa pesan.

"Kak Kiano." Sebelum Samudera bertanya, Danisa sudah memberi tahu lebih dulu.

Sontak, Samudera menegang. Mimiknya tak bisa bohong. Ada api di matanya.

"Ngomongin soal foto yang dipakai buat koran sekolah bulan depan. Mau nge-cover festival sekolah kemarin." Danisa buru-buru menjelaskan. "Nanti mau ketemu bentar bahas masalah itu."

Samudera makin tegang. Urat-urat di dahinya terlihat.

"Samudera..." Danisa berucap dengan nada manja. "Kita udah janji, kan? Masalah profesional, pekerjaan dan hal lainnya nggak boleh disangkut pautin sama hubungan kita?"

Samudera mendesis pelan. Ia tahu. Tetapi, tetap saja, dadanya panas. Kenapa harus Kiano, sih?

Sejak tahu bahwa Kiano juga menyukai Danisa, sejak itu pula Samudera selalu memasang tampang menyerang pada si penyuka fotografi itu. Samudera tak pernah seposesif ini sebelumnya. Bahkan pada perempuan manapun. Danisa adalah satu-satunya gadis yang membuat Samudera nyaris gila.

ODDINARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang