"Jadi, kencan ke mana hari ini?"
Kalimat tanya dari Samudera membuat Danisa memiringkan kepala. Hari ini hari Jumat dan mereka selalu punya agenda kencan mini. Mata Samudera berkilat menandakan antusiasme yang amat besar. Danisa tahu, Samudera selalu menantikan hari Jumat datang.
Danisa menarik napas sambil memasang sabuk pengaman. Pacaran baru dua bulan, mereka sudah kehabisan tempat untuk kencan. Gadis itu bosan dengan tempat yang itu-itu saja. Makan lalu pulang. Apa tidak ada tempat menarik lainnya?
Sebenarnya, mungkin, banyak. Mereka bisa saja bertandang ke pusat perbelanjaan, atau hal lainnya. Tetapi, mengingat kaki Samudera belum sembuh benar, aktivitas itu tak bisa Danisa lakukan. Ketika datang ke mall, semua mata akan tertuju pada Samudera dan Danisa tahu, diam-diam Samudera risih ditatapi seperti orang aneh di sana.
"Ke rumah kamu aja," jawab Danisa asal. Ia tak punya ide lain.
Samudera diam. Diam agak lama. Danisa juga tidak terlalu peduli, hingga tiba-tiba ia tersenyum lebar. "Ide bagus!"
"Hah?"
"Kalau gitu, kita bikin movie night aja. Kamu pilih mau pilih nonton film apa di Netflix atau Disney+ atau mana aja, deh!" Samudera benar-benar antusias. "Aku nanti minta dibuatin snack. Atau kita pesen online aja?"
Antusiasme yang tak terbendung dari Samudera membuat Danisa mau tak mau ikut. Walaupun dalam hatinya, ia gugup setengah mati.
Ini pertama kalinya Danisa berkunjung ke rumah orang lain selain saudaranya. Ia bahkan tak pernah datang ke rumah teman. Bagaimana bisa sekarang tiba-tiba ia datang ke rumah pacarnya?
Danisa tak begitu banyak tahu juga soal ayah dari Samudera. Tetapi, dengan hubungan yang kurang baik di antara keduanya, apa yang akan dia katakan kalau mereka bertemu nanti?
Tak ada yang bisa Danisa lakukan. Ia mau tak mau menerima dengan pasrah.
Mobil dilajukan Samudera menuju rumahnya. Tak sampai tiga puluh menit, mobil itu sudah masuk ke perkarangan.
Danisa tergagu melihat rumah di hadapannya. Kompleks perumahan yang ditinggalin Samudera dan Danisa memang cuma selemparan batu. Sementara Danisa tinggal di daerah Muara Karang, Samudera tinggal di perumahan elit Pantai Mutiara.
Ini bukan kali pertama Danisa mengunjungi perumahan berkelas tersebut, tetapi, ini pertama kalinya Danisa benar-benar masuk ke dalam rumah di jajaran kompleks termahal di wilayah utara Jakarta.
"Sa, kok bengong?" Samudera yang berada di depannya menengokan kepala bingung. "Masuk, kali!"
Danisa buru-buru sadar. Ia sedikit tergagap sebelum masuk ke pekarangan rumah milik Samudera. Rumah itu sepertinya berukuran dua kavling. Setengah kavling digunakan sebagai taman yang amat luas. Sementara, sisanya berupa bagunan rumah.
Ketika masuk rumah, Danisa berkali-kali ngilu melihat marmer mahal yang bersentuhan dengan tongkat Samudera yang terbuat dari besi. Walaupun tongkat itu sudah dilindungi karet sekalipun, rasanya Danisa masih harus menahan napas.
"Rumah kamu memang sepi begini, ya?" tanya Danisa lagi. Rumah itu begitu besar, tetapi penghuninya nyaris tidak ada.
Samudera tersenyum kecil. "Yah, tinggal aku sama bokap. Itu juga, kalau bokap pulang."
Lelaki itu membuka sebuah ruangan di ujung lorong. Mata Danisa membelalak melihat ruangan home theatre di rumah itu. "Masuk dulu, Sa. Aku ganti baju dulu, boleh, ya?"
Danisa mengangguk. Ia memasuki ruangan itu sementara Samudera pergi ke kamarnya. Dengan kikuk, ia duduk di salah satu sofa kulit yang bisa ditaksir berharga ratusan juta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ODDINARY
Genç KurguUPDATE NYA SETIAP HARI Follow dulu sebelum baca Comment dan vote nya biar aku makin semangat boleh loh hehe ***** Bagaimana rasanya kalau tiba-tiba satu proyek dengan orang yang disukai? Melayang? Kurang lebih, itu yang dirasakan Danisa ketika Kiano...