KEHILANGAN

33 9 5
                                    

Semesta, kejutan apalagi darimu yang membuatku harus ikhlas menerimanya, jika hal itu adalah hal yang sama yang harus ku terima.

_Alaca Karanlik_

Seyara17

*
*
*
*


Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

"Na, sudah ya. Kita semua sedih lihat kamu sedih Na." Ucap Ari yang berusaha menghibur diriku, aku hanya tersenyum mendengar penuturan darinya

"Na, tenang saja bajingan itu, sudah mendapatkan sanksi dari atasan kita. Dan beasiswanya pun sudah di cabut. Kamu mau tau siapa yang melaporkan hal ini, dan menuntut itu semua?"

"Memangnya siapa?" Tanyaku penasaran, pasalnya beasiswa itu adalah impian Arhan dan keluarganya, aku mengetahui karena saat itu aku tidak sengaja berbincang sedikit dengan Ibundanya Arhan, sehingga aku mengetahui perihal beasiswa Arhan itu.

"Rendra, siapa lagi kalau bukan dia. Sesuai ucapan dia dua hari yang lalu dihadapan kami semua" ucap Masrul, aku terkejut. Bagaimana bisa bang Da menuntut hal ini, padahal dirinya mengetahui perihal beasiswa Arhan. Aku belum sempat mencegah semua ini, dan aku baru saja mengingat perkatanya tempo hari lalu terlebih lagi dia bukanlah seseorang yang bermain-main dengan keputusannya.

"Ya, aku setuju si Na sama keputusan bang Da menuntut beasiswa Arhan dicabut, pasalnya perilakunya sudah melewati batas Na. Dan mungkin hal itu bisa membuatnya jera dan menyadari bahwa tindakannya itu benar-benar salah dan tidak dapat dibenarkan, apapun itu alasannya." Seru Sasa, seraya kembali menyesap munimanya

Aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang? Memohon pada Rendra agar mengembalikkan beasiswa Arhan, meskipun sudah terlambat apa salahnya aku mencoba. Walaupun hasilnya tidak memungkinkan bahwa permohonan ku diterima olehnya.

"Lihat bang Da?" Tanyaku pada yang lainnya seraya beranjak dari tempat dudukku

"Dia ada di ruang office" jawab Lily, entah mengapa tatapan matanya padaku seakan ada tatapan tak suka dengan diriku, entahlah hal itu tidak terlalu penting untuk ku. Yang terpenting adalah saat ini aku harus menemui Rendra, setelah mengetahui keberadaannya aku bergegas menuju ruang office dimana yang seperti dikatakan oleh Lily tadi.

Setelah sampai pada ruang office aku melihat Rendra yang terlihat fokus menatap layar komputer yang berada di depannya. Aku bergegas menghampirinya yang tidak terusik sedikitpun dengan kedatanganku, sesampainya dihadapan dia aku menyampaikan tujuan utamaku menemuinya untuk membahas perihal beasiswa Arhan

"Bang, Ana mau bicara sam-" Ucapku terhenti seketika saat Rendra menyela ucapanku

"Meskipun kamu memohon untuk beasiswa Arhan dikembalikan, kamu salah tempat jika kamu berfikir aku bisa mengembalikan beasiswa Arhan." Ucapnya tetap fokus tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang berada di depannya

"Maksud abang?" Tanyaku mencoba memastikan bahwa apa yang aku dengar tidaklah salah

"Kamu kesini untuk memohon, buat abang mengembalikan beasiswa Arhan kan? Tapi bukan abang Na, ada pihak lain yang mencabut beasiswa Arhan dan itu bukan abang" jelasnya padaku, seraya menatapku dengan senyuman khas darinya

"Bukanya yang lain bilang kalau bang Da itu?" Ucapku seraya terheran-heran mendengar penjelasannya

"Awalnya iya, setelah abang mengajukan pada pihak kampus. Mereka justru mengatakan bahwa abang tidak perlu bersusah payah mengajukan tuntutan untuk Arhan, karena ada seorang donatur kampus yang terlebih dahulu sudah memutuskan mencabut beasiswa Arhan. Itulah sebabnya abang sekarang sedang mencari siapa donatur kampus itu Na, dan ada salah satu donatur yang identitasnya tersembunyi. Abang curiga kalau dia yang mengambil keputusan tersebut" jelasnya padaku

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang