Jangan terlalu menggunakan hati atas apa yang sedang terjadi. Meskipun ia adalah seseorang yang ingin digenggam.
_Alaca karanlik_
Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Pagi telah menyapaku, sudah beberapa jam berlalu berdiriam diri didalam kamar cukup membosankan. Tanpa sengaja aku melihat secarik kertas yang berisikan alamat dari Renjana, sepertinya tidak buruk juga pergi berjalan-jalan dan melihat pameran lukisan. Aku beranjak dari rasa malasku untuk bersiap-siap melihat salah satu pameran seni yang sedang di adakan, aku putuskan untuk melihatnya. Setelah sampai pada lokasi yang aku tuju aku langkahkan kakiku memasuki area museum galeri yang sedang mengadakan pameran lukisan itu, aku melihat banyak sekali lukisan-lukisan yang memiliki makna tersendiri.
Hanya saja, sa'at aku tengah menikmati berbagai lukisan . Aku terusik dengan seseorang yang berada disampingku, lalu ia bertanya
"Siapa namamu?" Tanya nya padaku, aku terheran siapa dirinya. Setelah melihat name tag di bajunya, aku mengetahui beliaulah pemilik pameran ini, seniman.
"Anlik" Jawabku
"Lebih tepatnya?" Tanya nya penasaran
"Karanlik" balasku singkat, jujur saja sejak kedatangannya membuatku tak bisa dengan nyaman menikmati karyanya
"Nama yang indah, seperti pemiliknya"
"Basa basi yang kalasik"
"Kamu tidak menikmati karya-karya saya?" Tanya nya kepada ku, aku menoleh sebentar ke arahnya yang sedang memandangiku. Lantas aku alihkan kembali arah pandangku pada lukisan yang berada tepat dihadapnku, apa maksud dari pertanyaannya. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu
"Pemikiran negatif" jawabku singkat
"Diantara yang lain, hanya kamu yang terlihat biasa saja, itulah sebabnya saya bertanya padamu."
"Memangnya suatu rasa harus di utarakan? Seperti kita menyukai suatu postingan hanya saja kita lebih memilih fitur menyukai secara like bukan love."
Aku heran dengan pemikiran seperti itu, menyimpulkan sesuatu hanya dari satu sisi
"Hubungannya apa?"
"Saya sering mendapatkan seseorang memberikan react love pada postingan tulisan saya, dan saya memberikan react like pada postingannya. Apakah itu sudah menjadi tolak ukur bahwa saya tidak menyukai postingan nya? Padahal faktanya saya menyukai dan saya menikmati setiap tulisan yang dibuatnya atau postingannya, akan tetapi cara saya menyampaikan nya yang berbeda. Paham?" Jelasku pada pemilik lukisan ini. Setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk mengungkapkan perasaan nya
"Paham, suatu sa'at kamu harus melihat pameran saya lagi." Ucapnya lagi seraya tersenyum ke arahku dan menatapku dengan lekat
"Untuk apa?"
"Untuk melihat dirimu yang abadi dalam karya saya."
Setelah mengatakan itu, dia melenggang pergi, aneh pikirku. Setelah mengusik kenyamanku lalu dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf karena telah mengganggu diriku yang tengah menikmati karyanya.
Setelah melihat pameran lukisan aku memutuskan untuk kembali ke kos dan menikmati tidur siangku.
Hari telah memasuki malam, aku menikmati malam yang sunyi seraya menatap kearah jalanan yang terlihat sedikit lenggang, jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, aku masih saja terjaga tidak ada rasa kantuk sedikitpun menyerang ku, aku putuskan untuk melihat-lihat laporan cafe ku dari Ghandi yang telah ia kirimkan padaku. Beberapa jam berlalu suara adzan dari sekitar tempat tinggalku membuat diriku memutuskan rehat sejenak dari fokus ku pada pekerjaan. Sepertinya sore hari berada di cafe sebrang jalan cukup menyenangkan, pikirku. Aku mengatur jadwalku untuk hari ini pergi menikmati suasana sore hari seraya menulis beberapa tulisan di salah satu platform aplikasi. Aku bergegas menuju kamar mandi dan memasukinya untuk membersihkan diri, setelah selesai membersihkan diri dengan pakaian rapi yang telah aku kenakan. Aku kembali berkutat dengan pekerjaan ku, agar cepat selesai. Alasannya aku ingin menikmati suasana sore hari tanpa memikirkan pekerjaan yang menyita perhatian. Sungguh, berjam-jam berkutat dengan pekerjaan ternyata cukup melelahkan, aku mengalihkan arah pandangku pada jam yang berada di atas nakasku, ternyata sudah memasuki waktu sore, melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.30 aku bergegas bersiap-siap untuk menikmati sore hariku di cafe yang berada di seberang jalan. Setelah selesai aku tak lupa membawa buku catatan ku. Lalu berjalan keluar menuju cafe tersebut, setibanya aku di dalam cafe terlihat ramai sekali dengan pasangan muda-mudi yang sedang bercengkrama dengan hangat. Aku memilih tempat yang berada di samping jendela dengan berlawanan sinar matahari di sore hari, tenang sekali rasanya. Sebelum berkutat dengan tulisanku aku memesankan beberapa pesanan ku, satu cangkir kopi cappucino dengan Pai buah satu porsi. Setelah menunggu pesananku akhirnya datang juga, setelah di persilahkan oleh pramusaji tersebut aku mengambil cangkir yang berisi kopi cappucino lalu menyesapnya, sa'at sedang berkutat dengan tulisanku bayangan seseorang yang berdiri dihadapnku membuatku mengentikan seketika kegiatanku dan mengalihkan pandanganku pada seseorang yang berada dihadapnku, dia.
"Beloh saya menempati kursi dihadapanmu ini, tempat yang lain sudah terisi semua." Ucapnya padaku, aku edarkan arah pandangku ternyata memang benar, semua tempat sudah terisi penuh dengan sepasang kekasih, lantas aku mempersilahkannya untuk duduk dihadapnku. Aku melihat ia memberikan isyarat pada pramusaji dan menyebutkan pesanannya, secangkir kopi hitam dengan roti yang menjadi menu favorit di cafe ini.
"Kita bertemu lagi An" ucapnya padaku, seseorang yang berada di hadapanku ini adalah dia pemilik pameran lukisan satu hari yang lalu, Kala
"Iya, kita bertemu lagi"
"Saya sangat senang sekali bertemu kamu di sini" ucapnya seraya terkekeh, aku hanya tersenyum melihatnya tertawa. Apakah ada yang lucu? Pikirku, tidak lama kemudian pesanannya datang, aku melihatnya menyesap kopi hitam miliknya lalu meletakkan kembali.
"Kamu seorang penulis?" Tanyanya padaku
"Entahlah, aku suka sekali menuangkan insipirasi-inspirasiku kedalam bentuk tulisan."
"Boleh aku melihat tulisanmu?" Ucapnya padaku, melihatnya seperti sedang memohon kepadaku aku menyerahkan buku yang tengah aku genggam kepadanya, ia menerima buku tersebut lalu membaca tulisanku dari halaman pertama. Beberapa menit telah berlalu, sepertinya dia menikmati setiap lembar tulisanku, terlebih lagi dirinya membaca seraya menyesap kopi miliknya beberapa kali. Aku senang sekali akhirnya bisa melihat seseorang yang menikmati tulisanku, sa'at memandanginya ia menurunkan buku yang dirinya genggaman tangannya. Tanpa sengaja kami bertukar pandangan, aku yang terkejut lantas mengalihkan arah pandangku pada hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang.
"Bagus sekali sudut pandangmu. Apakah kamu berniat untuk mencari pendampin dengan sudut pandang seperti dirimu" tanyanya tiba-tiba, aku terhenyak mendengarkan perkataan darinya. Sepertinya dia memahami tulisanku
"Kau tau? Aku berkeinginan memiliki pasangan dengan pola pikir dan sudut pandang yang berada diatasku. Akan tetapi, ia satu jalan dengan pemikiranku. Kau tau maksud ku bukan?" Ucapku padanya, setelah rangkaian kegiatan yang menguras waktu dan tenaga, aku dipertemukan kembali dengannya, memang baru saling mengenal, tehitung sa'at pameran lukisan lalu
"Iya, saya paham dengan maksudmu. Melihat pola pikirmu dan sudut pandangmu yang luar biasa itu, pantas jika kamu menginginkan seseorang yang lebih darimu" Ia terdiam sejenak. "Aku menyukai obrolan-obrolan yang penuh dengan makna" ucapnya tiba-tiba, seraya mengalihkan pandangan sepenuhnya padaku.
"Contohnya, obrolan seperti apa yang kau maksud?"
"Obrolan sa'at denganmu"
Lagi-lagi aku dibuat bingung dengan sikapnya, setelah mengatakan hal itu dia bergegas berdiri menuju arah kasir lalu melenggang pergi keluar dari cafe ini, meninggalkan ku dengan segala kebingungan yang ada, mungkin dia hanya sebatas menyukai obrolan-obrolan ku denganya yang penuh makna. Obrolan dengan satu arah tanpa melibatkan arah yang lainya. Ada rasa hangat yang menjalar ke hati ketika mengingat perkataan nya itu, hanya saja. Ingat hati, hanya sebatas itu dan tidak lebih dari itu!
AKU MENYUKAI LUKA
Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...