SALING MELUKAI

26 4 0
                                    

Masing-masing dari diri kita saling melukai, itulah sebabnya keheningan yang melingkupi hubungan kita.

_Alaca Karanlik_


Seyara17
*
*
*
*





Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......


Enam bulan telah berlalu, hubunganku dengan mas Habi masih saja sama sa'at pertengkaran itu terjadi. Seperti pagi ini, dirinya sudah pergi menuju restoran miliknya. Padahal jam beroperasi restoran miliknya pukul 10.00 pagi, itu tandanya masih ada waktu tiga jam dia berada di rumah. Aku hanya tersenyum kecut memikirkannya, aku pun beranjak dari kamarku menuju gudang, mengambil beberapa lukisan yang akan aku kembalikan pada Kala beserta dengan koper nya yang dulu ia berikan padaku, setelah selesai memasukkan beberapa lukisan tersebut ke dalam koper, aku mengambil tas kecil milikku. Setibanya aku dihalaman, aku mengirimkan pesan pada mas Habi, bahwa hari ini aku akan pergi menemui Kalavati di cafe ku untuk mengembalikan lukisannya, setelah mengklik isi pesanku tersebut hanya ada ceklis biru yang aku dapatkan, tak berselang lama. Balasan singkat darinya yang mengizinkan ku untuk bertemu dengan Kalavati, aku kembali melangkahkan kakiku menuju tempat pemberhentian angkutan kota.

Setelah 20 Menit perjalanan, akhirnya aku sampai juga fikirku. Melihat banyak sekali pelanggan yang sedang bercengkrama di luar cafe ku maupun di dalamnya sedikit mengalihkan pikiran ku dari apa yang aku rasakan sa'at ini, sudah setengah hari aku menunggu kedatangan Kalavati, merasa bosan aku beranjak dari sofa mencari keberadaan Azura untuk menanyakan keberadaan suaminya.

"Azura," ucapku seraya berjalan menghampirinya

"Iya mbak" jawabnya seketika

"Ikut saya sebentar ya" ajakku padanya menuju salah satu meja yang kosong

"Ada apa mbak"

"Begini, saya sudah meminta Kala untuk menemui saya dan kamu pun mengetahuinya bukan, bahkan alasan saya mengajaknya bertemu disini kamu sudah mengetahuinya. Hanya saja sudah setengah hari saya menunggu,"

"Iya mbak, maafkan suami saya ya mbak. Dan terimakasih masih menerima saya bekerja disini," ucapnya seraya menggenggam erat tanganku, mendengar perkataannya aku hanya tersenyum simpul, seharusnya aku yang meminta maaf padanya.

"Mohon maaf Ra, kamu bekerja di tempat saya ini apakah Kala tidak memebrikanmu uang. Maaf jika saya lancang menanyakan hal yang seharusnya menjadi privasi."

"Tidak apa-apa mbak, boleh saya menceritakan sesuatu pada mbak. Sa'at ini saya benar-benar tidak tau pada siapa lagi saya harus mencurahkan apa yang saya rasakan." Ujarnya, aku pun mengangguk kepalaku seraya menggenggam balik tangannya, aku ingin dia tau bahwa sa'at ini ada diriku yang bersamanya

"Mas Nanta itu sering sekali keluar kota, dan melalaikan pekerjanya sebagai masinis. Dan dirinya lebih memilih menjadi seorang seniman. Tidak ada salahnya ketika dia ingin menjadi seniman hanya saja keputusan nya mengundurkan diri dari pekerjaannya tanpa adanya pembicaraan dengan diriku, dan itu sa'at mbak dan pak Arden meminta bertemu dengan mas Nanta, lalu hasil jerih payahnya bekerja selama ini selalu ia gunakan untuk di hambur-hamburkan pada perempuan yang ditemuinya yang mengagumi karyanya dan itu sejak dulu awal pernikahan kami hingga sa'at ini, dia tidak pernah berubah." Jelasnya padaku, ada sorot mata yang lelah dengan apa yang dia rasakan.

"Itulah sebabnya saya ingin mengembalikan lukisannya, saya tidak ingin menerima barang apapun dari suami orang lain. Terlebih lagi sang istri tidak mengetahuinya sa'at dirinya memberikan sesuatu pada saya, dan kamu jangan risau, saya tidak akan mencampuri masalah pribadi dengan pekerjaan." Ucapku seraya mengusap tangannya, banyak sekali di luar sana yang mengalami apa yang Azura rasakan, ada suatu alasan yang membuat mereka memilih bertahan meskipun kenyataannya bahwa mereka sudah benar-benar lelah.

"Apa yang membuatmu masih bertahan dengan Kalavati" kataku dengan nada berhati-hati

"Hutang budi, karena dulu ibunya pernah memberikan bantuan kepada keluarga saya, dan menyelamatkan nyawa saya. Itu sebabnya saya tidak bisa lepas darinya, mungkin saja sa'at dirinya menikah denganku jiwanya masih ingin terbebas, hanya saja takdir tidak berjalan sesuai dengan keinginannya." ucapnya padaku, benar apa yang aku pikirkan bahwa di balik dirinya tidak bisa lepas dari Kalavati karena adanya alasan.

"Terimakasih ya mbak, sudah menjadi pendengar saya dengan baik, sa'at ini rasanya benar-benar menenangkan. Saya izin pamit untuk melayani pembeli." Ucapnya seraya pergi meninggalkan ku, waktu terus berjalan, jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore, beberapa karyawan yang bekerja di waktu siang sudah pulang termasuk Azura, digantikan dengan mereka yang mendapatkan sif sore, aku edarkan arah pandangku ke sekeliling cafe bakery miliku, semua ini adalah hasil perjuangan beberapa tahun lalu, pikirku. Sepertinya berada di luar cafe menikmati suasana sore hari dibawah pepohonan yang rindang sangatlah menyenangkan, aku putuskan untuk menuju salah satu meja yang terlihat kosong. Sa'at tengah menikmati minuman milikku yang telah aku buat sebelum beranjak pergi dari dalam, aku sempat meminta tolong pada karyawan ku untuk membuatkan pesananku, secangkir kopi cappucino yang menjadi favorit ku. Sa'at tengah menyesap kopi miliku, aku dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba berada dihadapnku seraya melemparkan senyuman kepadaku, melihatnya aku kembali meletakkan kopi ku di atas meja yang menjadi penghalang diantara aku dengannya sa'at ini

"An, sudah lama sekali kita tidak bertemu, kamu semakin terlihat cantik dan manis." Ucapnya padaku, aku hanya tersenyum mendengar perkataan nya

"Ada yang ingin kamu sampaikan An?" Tanyanya padaku

"Ada, ini" ucapku seraya menyodorkan beberapa lukisan dihadapannya

"Aku kembalikan semua lukisan ini, saya tidak bisa menerimanya lagi, saya meminta maaf." Jelasku padanya, aku harap dia mengerti alasanku

"Alasannya?" Tanyanya dengan penuh selidik

"Saya tidak ingin menerima hadiah dari suami orang lain tanpa persetujuan dari istri sahnya, itulah sebabnya saya kembalikan padamu, dan terimakasih karena telah membuat saya abadi dalam karyamu."

"Baiklah saya terima kembali lukisan ini, saya tidak akan memaksamu untuk menjaga lukisan ini An, jika keputusan mu seperti itu, saya menghargai perasanmu."

"Terimakasih, karena sudah memahami."

"Jika tidak ada hal lain, aku pamit An. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku lakukan." Ucapnya seraya beranjak pergi dari hadapanku,

"Tunggu," ucapku menghentikan langkahnya, lalu ia kembali menoleh ke arahku

"Meminta maaf lah padanya, sebelum kehilangan datang menghampiri mu. Dan membuatmu menyesali perbuatanmu" Ucapku padanya, setelah mengatakan hal itu aku bergegas beranjak pergi untuk masuk kedalam cafe bakery miliku seraya membawa secangkir kopi miliku. Aku masih melihatnya nya yang terpaku beberapa sa'at setelah mendengarkan perkataanku dengan tatapan bingunya, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Waktu memasuki malam, suasana dalam cafe ku ini entah mengapa membuatku enggan untuk beranjak pulang. Canda dan tawa yang menghiasi suasana malam ini membuat perasaanku sedikit menenangkan, aku melirik jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangan kiri ku, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

















AKU MENYUKAI LUKA

Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang