Ketika kamu sudah memilihnya, bukankah masalalunya tidak begitu berarti? Hanya saja jika dia yang sa'at ini bersamamu masih menaruh harapan pada masalalunya apa yang akan dirimu lakukan?
_Arden Alzabi Habibie _Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati......."An" panggilnya kembali, membuatku menghentikan tawaku.
"Saya mau tanya, maaf jika pertanyaannya membuatmu tidak nyaman berbicara dengan saya"
"Iya silahkan"
"Siapa Kalavati Danantya? Saya menemukan beberapa lukisan yang terlihat seperti dirimu, dengan tulisan Kalavati Danantya yang berada tepat dibawah lukisan itu. Dan lagi pula, kenapa berada di dalam gudang." Ucapnya membutku terhenyak seketika mendengar perkataannya, apakah aku harus menjelaskannya? Akan tetapi jika tidak mendapatkan penjelasan dariku bukankah itu akan mempengaruhi hubungan kami
"Mau mendengarkan ceritaku mas?" Tanyaku padanya, ia pun hanya mengangguk kan kepalanya
"Suatu hari sa'at cafe miliku belum resmi beroperasi datang seseorang yang menanyaiku apakah cafe miliku ini masih buka, lantas aku jelaskan bahwa cafe miliku belum launching akhirnya aku mengundangnya untuk datang pada acara peresmian cafe, dan sa'at peresmian buka dia datang. Memenuhi undangan ku, tiga tahun berlalu sejak kejadian itu, aku putuskan untuk datang dan tinggal di kota seniman beberapa bulan lamanya, aku bertemu dengan Renjana dan Rinjani dua gadis yang memiliki nama yang mirip akan tetapi berbeda wajah. Selama aku tinggal di kota seniman itu aku berteman baik dengan mereka, hingga suatu hari Renjana memberikanku tiket untuk melihat sebuah pameran lukisan. Awalnya aku menolak akan tetapi paginya, akhirnya aku datang juga melihat pameran lukisan tersebut, aku sempat berbincang-bincang dengan senimannya dan sa'at itu dirinya berkata bahwa aku akan berada dalam karyanya dan sa'at itulah aku dengannya seiring berjalannya waktu menjadi dekat seperti saling bertukar pikiran, pendapat ataupun sudut pandang. Dan aku datang kembali pada pameran lukisannya, ada salah satu lukisan darinya yang membuat ku tertarik, lukisan yang terlihat matanya saja, aku sempat menanyakan apa makna dibalik lukisan tersebut, dia menjawab seperti ini. 'Rasa,' suatu objek yang mulai dari mata lalu membekas di hati. Bagaimana bisa untuk dilupakan, jika sejauh apapun memandang ada memori tentang gadis pemilik mata indah itu. Gadis yang menarik perhatianku sa'at pertama kali dirinya melihat pameran seni ku.' dan ternyata itu ditujukan untuk diriku, tepat sa'at itu aku harus kembali ke kota ini dia mengantarku sampai stasiun dan menitipkan sebuah sapu tangan padaku, sa'at berada di sini aku dengannya sempat bertemu dan sa'at itulah membahas perihal perjodohanku. Aku ditemani oleh Kakek ketika berbicara dengannya. Terakhir itulah aku melihatnya, dan" ucapku berhenti seketika, aku ingin melihat seperti apa reaksi mas Habi mendengar ceritaku tentang Kalavati. Sa'at menolehkan padanya aku melihat sorot mata yang sulit aku jelaskan apa maksud dari sorot mata itu, lalu aku kembali melanjutkan ucapanku. "Dan, tepat sa'at aku menikah dia datang memenuhi undangan dariku dengan satu hal yang membuatku terkejut, bahwa dirinya sudah menikah dan memiliki anak perempuan dengan usia 2 tahun, dan yang membuatku sempat terpaku ketika melihat istrinya, dia adalah salah satu karyawan dari cafe ku Azura, Azura namanya. Dan semua lukisan itu adalah pemberian darinya sa'at aku kembali ke kota ini." Jelasku panjang lebar padanya
"Lalu, kamu sudah bertemu dengannya kembali An?" Tanyanya padaku, aku pun menggeleng kan kepala seraya berkata
"Aku tidak ingin bertemu dengannya, pasalnya aku merasa seperti orang ketiga yang berada diantara hubungan mereka. Mengingat kedekatan kami sa'at di kota seniman dulu" ucapku seraya tertunduk, usapan lembut pada bahuku seakan dia ingin memberikan semangat untukku
"Apa dia pernah bertindak seolah-olah bahwa dia ingin menjadikan dirimu sebagai pendamping hidupnya?"
"Iya mas, itulah sebabnya ada rasa bersalah dariku." Lirihku
"Kamu tidak salah, seharusnya dirinya lah yang memberikan batasan pada teman perempuannya. Terlebih lagi dirinya sudah memiliki seorang istri dan anak. Besok ajak mas untuk bertemu dengannya" ucapnya seraya melenggang pergi dan masuk kedalam rumah. Aku yang terkejut dengan ucapan darinya pun bergegas menghampirinya
"Mas, apa maksudnya?" Tanyaku memastikan nya kembali
"Besok, bawalah mas untuk bertemu dengannya." Ucapnya seraya membalikkan badannya mengahadap ke arahku
"Bukan itu, maksud ku adalah mas memanggil diri mas sendiri dengan sebutan mas bukan saya?" Tanyaku lagi yang masih tak percaya mendengar perkataannya, ia hanya tersenyum seraya mendekat ke arahku dan mensejajarkan wajahnya dihadapanku, dengan tangannya yang mengusap kepalaku seraya berkata
"Iya sayang" ucapnya lalu melenggang pergi meninggalkan ku yang masih terpaku mendengar panggilannya itu, 'sayang' dia memanggilku 'sayang' mengapa jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.
****
Rabu, hari ini adalah hari dimana aku akan mempertemukan mas Habi dengan Kalavati sesuai permintaan dari mas Habi. Tepat pukul 08.00 pagi aku dan mas Habi menuju ke cafe ku Memories Arunika, 20 Menit telah berlalu aku meminta mas Habi memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Kakek, setelah menunggunya memakirkan mobilnya aku mengajaknya untuk segera masuk kedalam cafe seraya berjalan beriringan. Sa'at ini terlihat sedikit lenggang pengunjung cafe, mengingat sudah memasuki waktu jam pekerjaan pantas saja. Sudah berkurang pengunjungnya, setelah masuk kedalam cafe aku mempersilahkan mas Habi untuk masuk kedalam ruangan pribadiku, sa'at aku bertemu dengan Azura aku memberanikan diriku menanyakan tentang suaminya apakah dia bisa bertemu dengan suamiku sa'at ini, hanya saja jawab dari Azura mematahkan ekspektasi ku."Mas Nanta sedang berada di luar kota mbak, selama enam bulan."
"Ya sudah kalau begitu, nanti setelah dia pulang bisa minta tolong beritahu saya?"
"Bisa mbak, kalau begitu saya izin kembali bekerja. Sudah ada pelanggan yang mengantri di kasir," ucapnya pamit undur diri padaku, akupun meng iyakan nya. Lalu berjalan dengan gontai menuju mas Habi, melihatku seperti itu dirinya langsung berkata
"Tidak apa-apa, mas bisa menunggunya sampai dia mau bertemu dengan mas."
Mendengar perkataannya aku pun kembali memijat pelipisku yang sa'at ini terasa sakit.
"Sini," ucapnya menyuruhku untuk mendekat ke arahnya. Aku menuruti ucapannya setelah berada di dekatnya dia memintaku untuk berbaring di pangkuannya. Rasa pusing kembali menghampiri ku rasanya semakin membuatku merasakan sakit yang tidak seperti biasanya. Pijatan yang ia berikan pada pelipisku rupanya menimalisir rasa sakit dan berangsur-angsur membaik, hanya saja masih terasa rasa pusingnya.
"Pusing An," aku pun hanya mengangguk kan kepalaku mendengar ucapan darinya. Tak lama dia beranjak pergi meninggalkanku. Setelah beberapa menit aku melihatnya membawakan nampan yang berisi satu gelas air putih, roti dan kotak obat yang biasa aku sediakan untuk pembeli disini, dengan telaten dirinya memberikan ku obat dan setelah meminum obat aku kembali merebahkan diriku pada sofa di dalam ruangan ku. Aku kembali mendengar instruksi mas Habi yang memintaku kembali berbaring di pangkuannya seraya mengusap-usap keningku, aku mendengar dirinya menyanyikan lagu untukku, menenangkan sekali mendengarkan suara merdunya. Rasa kantuk kian menghampiri mungkin karena efek obat yang aku minum, dengan nyanyian lagu darinya semakin membuatku tidak bisa menahan rasa kantukku hingga akhirnya aku tertidur dipangkunya.
AKU MENYUKAI LUKA
Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...