KEPERGIAN RENDRA

14 2 0
                                    

Semesta itu unik, dia memiliki kejutan yang tak terduga. Dan untuk apapun itu jangan pernah membenci semesta atas apa yang terjadi dan yang akan terjadi.
_Rendra Ezna_

Seyara17
*
*
*
*



Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

Hingga saat aku tersadar, bahwa aku sudah berada di kediaman Mama dengan suara ramai-ramai dari arah luar. Isak tangis yang mengisi ruang tamu dengan terbaringnya jasad yang berada ditengah-tengah hingga lantunan ayat suci Al-Quran dari orang terdekat hingga teman-teman yang berkunjung untuk mengantarkan Rendra ke peristirahatan terakhirnya. Aku masih terpaku dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir deras di pipiku saat melihat jasad yang berada di depanku.
Setelah syarat-syarat sudah terpenuhi kini saat nya kami semua mengantarkan Rendra ketempat terakhirnya beristirahat, suara-suara yang mengiringi jalan kami, begitu menghipnotis keluarga kami seakan semua yang terjadi di beberapa jam lalu hanyalah mimpi buruk bagi kami.

Setelah selesai mengebumikan jasad Rendra dan menabur bunga pada kuburannya, paman mengisyaratkan ku untuk meletakkan Poto Rendra, yang sedari tadi berada dalam dekapanku

"Letak potonya disitu Na" ucap pamanku yang membuyarkan lamunanku. Aku meletakkan Potonya tersebut, entah berapa banyak air mata yang lolos dari kelopak mataku, seraya mengusap potonya aku teringat kenang-kenangan kami bersama.

Saat bernostalgia dengan kenangan yang Rendra berikan aku mendengar perkataan dari temanku, yang berkata tentangku dan Rendra "Sebenarnya Ana itu siapanya Rendra? Dan juga panggilan Za itu siapa? Pacarnya. Sampai-sampai sedrama itu menangisi kepergian Rendra, caper juga sampai-sampai sedekat itu ya dengan keluarga Rendra." Ucap Lily yang masih terdengar oleh ku

"Cabe, lu kalau punya mulut dijaga ya. Mau tau lu Ana siapanya Rendra? Ana itu adiknya Rendra, puas lu. Lagian aneh deh, sok tau ngatain yang nggak-nggak juga." Jawab Ari dengan nada tingginya

"Kalian ini! Bisa nggak si jangan ribut di depan makam saudara kita? Nggak lihat situasinya lagi berduka? Kamu juga Ly, jaga ucapanmu!" Sentak Masrul, aku tidak terlalu memperdulikan pertikaian mereka, aku kembali bernostalgia dengan kenangannya hingga tanpa sadar seseorang yang memanggil namaku seraya menepuk bahuku

"Na, Ana? Ayo pulang, bunda, tante sama Mama. Sudah ke mobil duluan" ucap paman membuyarkan lamunanku lalu merangkul bahuku dan menuntunku untuk pergi dari rumah baru Rendra

"Kalian mau disini atau mau pulang juga?" tanya paman pada teman-teman ku yang menghadiri proses pemakaman Rendra

"Pulang om" ucap mereka seraya serentak.

Masing-masing dari kami, terpokus pada pemikiran kami. Rasa-rasanya aku belum siap kehilangan seseorang untuk yang kesekian kalinya.

****

Sudah satu bulan lamanya sejak kepergian Rendra, aku merasakan kehilangan untuk yang kesekian kalinya rasanya benar-benar menyesakan. Terlebih lagi media yang meliputi berita kepergian Rendra Ezna, itu akan membekas pada kami, keluarga yang ditinggalkannya. Saat itu setelah beberapa jam kepergian Rendra, kami mendapatkan berita pemberitahuan bahwa media meliput kecelakaan tunggal yang dialami Rendra, menyebabkan hilangnya nyawa korban. Ada rasa marah pada media yang meliput berita tersebut, karena akan mengingatkan kami pada tragedi yang menimpa Rendra. Akan tetapi bagaimanapun aku harus menerima takdir yang telah digariskan oleh sang pencipta.

"Tujuan saya mengumpulkan kalian di sini untuk memberikan sertifikat dari pihak instansi untuk kalian, yang telah melaksanakan tugas kalian selama disini. Kerjasama kalian benar-benar memuaskan, dan untuk sertifikat Almarhum Rendra Ezna saya berikan pada siapa?" Ucap pak Ardhan seraya bertanya perihal tentang Rendra

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang