Bukankah awal yang baik
Akan berakhir dengan baik pula? Apakah itu termasuk dengan aku menunggu dirimu, agar suatu sa'at nant kamu menjadi milikku.
_Alaca Karanlik_Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati......."Syarat apa pak?"
"Bisakah kamu memanggilku Kakek? Aku ingin sekali mendengar panggilan itu yang aku dambakan dari bertahun-tahun yang lalu."
Aku sedikit terhenyak mendengar perkataannya, bagaimana bisa dia memintaku memanggil dirinya Kakek sedangkan aku dengan beliau saja baru bertemu dan berkenalan sa'at ini.
"Maaf pak, apa alasan pak Gama meminta saya untuk memanggil Kakek?"
"Saya tidak memiliki anak, saya dan mendiang istri saya hidup hanya berdua tanpa seorang anak yang hadir di tengah-tengah pernikahan kita, seiring berjalannya waktu saya dan istri saya mengikhlaskan hal itu. Dan kami menjalani kehidupan dengan bahagia hingga maut memisahkan saya denganya"
Mendengar perkataan beliau hatiku tersentuh dengan cerita kehidupan beliau, yang mampu menerima ketetapan dari sang pencipta, sedang diriku? Masih saja bernostalgia dengan luka yang ada.
"Boleh, mulai saat ini saya akan memanggil anda dengan sebutan Kakek." Ucapku seraya tersenyum kearah beliau, mulai saat ini beliaulah yang akan menjadi Kakekku.
Setelah bercerita dengan Kakek aku dan bunda memusatkan untuk pamit pulang.Hari sudah mulai memasuki malam. Besok aku akan kembali ke ke tempat ini untuk merubah menjadi cafe bakery yang sebentar lagi akan launching. Aku berpamitan pada Kakek dan meminta izin terlebih dahulu bahwa besok aku akan kembali untuk membersihkan tempat ini.
"Kek aku pulang dulu, besok aku akan datang kembali. Aku meminta izin untuk merubah beberapa oranamen-ornamen yang terpasang di sini, apakah Kakek mengizinkannya?"
"Kakek izinkan, besok datanglah ke rumah Kakek. Tepat berada di belakang toko mu ini."
"Baik Kek, kami izin pamit."
"Sebentar" ucap kakek mengentikan langkah ku dengan Bunda, terlihat kakek berjalan menuju arah belakang dan memanggil seseorang. Aku melihat Kakek menghampiri kami kembali dengan seorang pria yang berada di sampingnya seraya berkata
"Antarkan cucuku itu sampai kerumahnya"
Kebaikan apa lagi yang diberikan oleh sang pencipta pada aku dan Bunda. Di pertemukan dengan orang-orang baik hatinya seperti Kakek Gama.
Setibanya kami di rumah yang terlihat gelap, sebab lampu di luar rumah belum ada yang menyalakan karena kegiatan ku dan Bunda di luar. Aku dan Bunda memasuki kamar kami masing-masing, setibanya aku di dalam kamarku aku menghempaskan tubuhku pada tempat tidur yang sangat nyaman ini, lelah sekali rasanya. Lantas aku bergegas kembali bangkit dan mengambil handuk yang tergantung rapi dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri aku kembali menghampiri Bunda yang sedang berada di ruang tamu seraya menikmati cemilan yang telah dibuatnya.
"Na, kenapa kamu memanggil pak Gama dengan sebutan kakek?" Tanya Bunda saat aku menempati tempat duduk di sebelahnya
"Pak Gama sendiri yang memintaku memanggil nya kakek, aku turuti saja." Ucapku seraya ikut mengambil cemilan yang tersedia di atas meja di depanku
"Na, sepertinya setelah cafe bakery mu launching bunda akan kembali ke tempat tinggal kita disana" ucap Bunda seketika membuatku menatapnya seraya terheran-heran mendengar perkataannya
"Bunda akan menemani mama di sana Na" sambungnya lagi
"Jadi, bunda meninggalkan ku sendiri di kota ini?"
"iya, bunda ingin kamu mandiri Na. Lagian kamu di sini tidak sendiri kan, ada kakek yang menjadi keluarga mu"
"Bunda serius dengan keputusan bunda?" Tanyaku memastikan lagi, bahwa keputusannya itu sudah benar-benar dipikiran matang-matang. Melihat tatapan mata dari Bunda, aku menyesali keputusannya karena Bunda benar-benar serius dengan ucapannya.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang, lalu "Kalau itu keputusan bunda, aku terima. Mungkin bunda bisa mengunjungi ku satu bulan atau beberapa bulan untuk melihat cafe bakery ku"
"Iya, akan bunda lakukan."
Setelah percakapan itu, aku dan Bunda kembali disibukkan dengan pemikiran kami masing-masing, sampai sa'at tiba-tiba Bunda meninggalkan ku di ruang tamu sendiri. Katanya, beliau sudah mengantuk dan lelah karena mengurus berkas-berkas siang tadi. Aku putuskan melangkah kan kakiku menuju arah pintu utama dan menguncinya dari dalam, dan pergi menuju kamarku, setibanya aku di dalam kamar. Terlihat sinar rembulan yang indah dari arah jendela yang tak ku tutup tirainya. Aku melangkahkan kakiku pada salah satu sofa yang berada tepat menghadap jendela kamar ku seraya memandang arah jalan yang terlihat sunyi sekali, aku kembali bernostalgia dengan luka-luka ku, membuatku menatap nanar rembulan yang hadir menemani malamku. Semua luka dan yang telah terjadi pada diriku menyisakan trauma padaku, aku tidak bisa membenci sang pencipta atas semua yang telah terjadi. Semua ini ketetapan darinya, hanya saja aku membutuhkan waktu untuk menerima ini semua.
"Sampai kapan?
Sampai kapan aku akan kehilangan arah dan tujuan Yah? Mereka memaksa ikhlas, padahal mereka tau kehilangan sesuatu hal yang melekat itu sangatlah menyakitkan, dan ikhlas tidak semudah yang diucapkan." Lirihku seketika, bersama derai air mata yang jatuh dari kelopak mata. Mengalir di pipi, mengingat perkataan dari mereka yang mengetahui perihal tentang ceritaku. Memang benar bukan, ikhlas tidak semudah yang di ucapkan ketika mereka berada di posisi diriku mereka akan sama seperti diriku, dan ketika mereka sudah bisa mengikhlaskan lantas mereka menghakimi seseorang yang mengalami kehilangan. Aku melirik sekilas ke arah jam yang berbentuk bunga berada di atas mejaku tepat disamping sofa yang aku duduki sa'at ini.Sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, jika terus menerus aku menangis esok pagi bisa di pastikan bahwa mataku sembab dan hal itu akan ditanyakan oleh Bunda, terlebih lagi besok adalah jadwalku untuk mengurusi tempat yang akan aku jadikan sebagai cafe bakery. Dengan cepat aku menghapus tetes air mata di pipi. Lalu beranjak menarik tirai dan menuju tempat tidur mengistirahatkan tubuh, fikiran dan hati yang lelah.
AKU MENYUKAI LUKA
Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...