Senja yang selalu ku tatap dengan penuh candu dan mendamba, sama seperti dirimu.
_Alaca karanalik_
Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Sesampainya aku di halaman rumah, aku memarkirkan sepeda motorku kedalam garasi rumah. Jauh sebelum memasuki pekarangan rumahku, aku sudah mematikan motor ku terlebih dahulu dan mendorongnya hingga memasuki halaman rumah. Aku hanya bisa merapalkan doa agar diriku tak mendapatkan teguran apapun karena telat pulang, semoga saja....
Cklek
Suara pintu yang terbuka secara perlahan "Assalamualaikum" ucap ku lirih, berharap mas Habi tidak ada di dalam rumah atau tak mendengar suara ku yang membuka pintu utama.
"Jam berapa?" Ucap mas Habi yang tiba-tiba datang mengejutkan ku, baru saja aku berharap sudah terpatahkan terlebih dahulu menyebalkan memang, aku rasa sudah pelan sekali diriku membuka pintu rumah agar mas Habi tak mendengar suaranya, bahkan aku memelankan langkahku. Hanya saja itu sia-sia, aku baru tersadar selama hidup satu rumah dengan mas Habi, dia adalah tipikal seseorang yang peka pada siapapun, mungkin saja lebih peka dari hantu penghuni rumahku dan aku melupakan akan hal itu.
Aku sedikit melirik sekilas mas Habi yang tengah menatapku seraya memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya, dengan tatapan mata mas Habi seperti itu padaku, aku langsung menundukkan arah pandanganku pada lantai yang hari ini terlihat cukup mengkilap.Aku merasakan hembusan nafas kasar dari nya, seraya berkata
"Jam berapa Analik" tanya-nya sekali lagi, aku pun memilih tak mengeluarkan sepatah kata apapun. tak kunjung mendapatkan jawaban dari ku, aku melihat dari pantulan lantai rumah, mas Habi yang beranjak bangkit dari sofa yang dia duduki dan berjalan menuju ku yang sedang menunduk takut. Aku benar-benar tidak menyukai ketika berada di situasi sekarang ini, bisa berakibat diriku yang tak mendapatkan izin untuk pergi ke caffe lagi, untuk mencari inspirasi tulisanku dan secangkir kopi cappucino yang menjadi candu ku. Hanya saja sa'at ini, aku benar-benar tidak bisa meminumnya seperti dulu, mengingat di caffe tadi aku meminum secangkir kopi cappucino jika mas Habi mengetahui, ia benar-benar tidak akan pernah mengizinkan ku untuk datang ke caffe miliku
"Maaf mas, tadi aku melupakan menyeting alarmnya untuk pulang tepat waktu." Ucapku lirih
"Terlarut dalam tulisan yang kamu buat, atau?" Tanya nya seraya menaikan satu alisnya
"Iya hehe" Jawab ku, memberikan diri menatapnya dengan sedikit terkekeh dan mengangkat jari-jari tangan ku membentuk huruf V. Melihat tingkah laku diriku mas Habi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis seraya mengacak hijab yang aku kenakan. Sepertinya aku benar-benar tidak akan mendapatkan kemarahan darinya, syukurlah pikirku.
"Ya sudah, kamu mandi dulu. Setelah itu makan, belum makan juga kan?" Tanyanya padaku, benar-benar pengertian sekali suamiku ini, aku benar-benar bersyukur sekali mendapatkan sosok suami seperti dirinya.
"Iya mas, aku belum sempat makan. Siap komandan" Ucap ku seraya memperagakan seperti petugas pemimpin upacara yang sedang memberikan hormat pada sang pemimpin dan bergegas berjalan menuju ke kamarku untuk melakukan perintah yang telah di titahkan oleh mas Habi.
Malam semakin larut, entah kenapa aku sulit sekali memejamkan mataku, aku rasa otakku meminta ku untuk melanjutkan tulisan ku yang sempat tertunda tadi. Dengan perasaan sedikit ragu aku beranjak bangun dari tempat tidurku dengan perlahan, aku memastikan kembali bahwa mas Habi sudah tertidur dengan pulas. Seusai mamastikan mas Habi, akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan tulisanku, dan memilih mengerjakannya di ruang keluarga saja sambil lesehan dan menyalakan televisi agar diriku merasa tak sendirian, di tengah juta'an manusia yang sedang tertidur dengan lelap aku lebih memilih berkutat dengan tulisan-tulisan ku. Malam semakin terasa larut, dan jam pun sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari hampir menjelang pagi, aku putuskan bangkit dan kembali ke dalam kamarku, biarlah laptop dan buku-buku yang lainya aku bereskan esok pagi, tak lupa aku pun mematikan televisi, dan beberapa lampu yang masih menyala, setelah selesai mematikan lampu aku bergegas berjalan kembali kedalam kamar. Aku melihat mas Habi yang sempat hampir memarahiku tadi sore rupanya masih terlelap tidur dengan damainya, aku pun berjalan mengitarinya dan kembali merebahkan tubuhku disampingnya, tak lupa sebelum itu aku menutup pintu kamarku untuk kembali tidur menuju alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...