RENDRA EZNA

59 12 0
                                    

Aku begitu terbuai dengan kata-kata manismu, hingga aku lupa bahwa hadirmu hanya sekedar singgah.

_Alaca karanalik_

Munafik, kau yang berkata jangan terlalu menggunakan hatimu pada dia yang datang padamu. Kau juga yang terluka karena perkataan mu.
_Kedra Arji_

Seyara17
*
*
*
*

Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

"Kamu bohong Na, ngga ada yang sepenuhnya percaya sama yang menciptakan semesta, buktinya, ketika seseorang dihadapkan dengan sebuah ketidak berdaya'an dia berkata 'Mengapa kau memberiku dengan ketidak berdaya'an.' Dan bertindak menyalahkan yang menciptakan semesta atas apa yang terjadi dan yang dia alami. Padahal dia tau jawabannya. Pemilik semesta tidaklah akan memberikan sebuah ketidak berdaya'an terkecuali orang itu mampu untuk melewatinya, rasa kepercayaan itu jawabannya. Tapi, ketika ditanya 'kamu percaya dengan pemilik semesta?' jawabannya pasti 'iya.' Sayangnya, Apa yang dia ucapkan tak sama dengan apa yang ia jalankan, bukankah sama saja dengan pembohong Na?." Paparnya, aku masih merasa terheran-heran dengan perubahan Rendra yang berubah menjadi seperti puitis, kata-kata yang digunakan nya pun terdengar tidak familiar di pendengaran ku yang selama ini sering terlibat percakapan dengan Rendra. Seperti, ada yang berbeda dengan apa yang biasanya Rendra ucapkan.

Dan lagi, aku sempat terkejut saat mendengar ucapan yang barusan di lontarkan Rendra, dan bukankah kita memang diharuskan menaruh kepercayaan pada Tuhan kita.

"Lalu bagaimana dengan bang Da?." Tanyaku penasaran padanya

"Aku? Percaya dan tak percaya, ketidak kepercayaan ku adalah dengan perilaku abang Na, tanpa di jawab dengan panjangpun kamu memahaminya kan?."

Ya! Aku mengerti, arti dibalik jawabannya bahwa ia percaya dan tak percaya pada sang pencipta.

Sejenak aku hembuskan nafas secara perlahan, ada setitik rasa tak percaya tentang apa yang akan aku utarakan. Aku putuskan mengalihkan pandanganku yang sepenuhnya pada Rendra menjadi menatap danau yang terlihat cantik dan indah dengan semburat bayang-bayang senja, seraya tersenyum aku kembali berucap "Aku tau, bang Da percaya dengan pencipta semesta atas apa yang telah terjadi dan akan terjadi.
Dan ketidak percaya'anya adalah, ketika abang menyalahkan yang menciptakan semesta atas apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi.
Seringnya kita menyalahkan sang pencipta, padahal sang pencipta percaya bahwa kita mampu untuk melewatinya. Bukan ketidak percayaan dengan sang pencipta, akan tetapi ketidak percayaan akan sebuah perilaku diri kita yang menyalahkan sang pencipta." Ucapku panjang lebar, aku harap Rendra memahami ucapanku itu

"Kamu benar Na, kamu memang adiku yang paling pintar" Ucapannya.

"Inilah yang membuat aku kagum dan bangga pada mu Na, sudut pandang dan pemikiran mu. Meskipun kamu masih bergulat dengan luka, tak membuat dirimu kehilangan sedikit cahaya. Meskipun cahaya itu berasal dari sang rembulan yang bisa redup kapanpun Ketika sudah ditentukan" Kata Rendra seraya menatap ke arahku, dan aku tak berniat untuk membalas ucapan darinya.

Setelah percakapan itu berakhir aku dengannya terfokus pada pemikiran masing-masing.

"Aduh-aduh"

Terdengar ucapan Masrul yang membutku dan Rendra reflek mengalihkan arah pandangan kami menghadap ke arah sumber suara, yang tepat berada di belakang ku dengan Rendra.

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang