Luka, bisa menciptakan sebuah karya yang memiliki arti tersendiri bagi sang penikmatnya.
_Alaca Karanlik_Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Malam yang semakin larut, aku sulit sekali memejamkan mataku. Kenapa saat-saat seperti ini pikiran dan hati tak menyatu pikiran ingin tidur dan hati ingin bernostalgia dengan luka yang ada, diantara mereka yang membenci luka, justru aku menyukai nya. Aku menyukai sensasi rasa sesak yang memenuhi relung hati aku menyukai luka. Ketika aku menikmatinya ada banyak sekali rangakaian kata-kata yang tercipta dengan begitu indahnya ciptaan manusia dari inspirasi lukanya menciptakan karya yang memiliki arti tersendiri bagi sang penikmatnya.
Setelah menciptakan rangakaian kata-kata yang berakhir menjadi sebuah karya, aku putuskan untuk menyimpannya pada akun yang diperuntukkan untuk karya-karya ku. Akun yang sengaja diperuntukkan untuk menyampaikan rasa melalui sebuah tulisan dan dinikmati tanpa harus dihakimi. Aku memutuskan untuk kembali menidurkan diri dan mengistirahatkan pikiran dan hati, bukan hanya tubuh saja yang membutuhkan istirahat hati dan pikiran juga.
****
Sinar matahari memasuki kamar yang aku tempati, melewati celah-celah tirai jendela yang terpasang tersusun rapi memberikan kesan indah bagi sang penikmat privasi, rumah saja mempunyai tempat yang hanya bisa dimasuki diri sendiri mengapa tidak dengan hati? Aku lupa bahwa hatiku milik sang pencipta dan diciptakan oleh–Nya, sedangkan rumah diciptakan oleh manusia dan diperuntukkan untuk manusia, jelas berbeda dengan hati.
Aku mendengar suara ketukan pintu cukup keras dari arah luar kamarku, bising yang diciptakan cukup mengganggu ku saat menikmati cahaya matahari pagi yang begitu indah dan menenangkan hati dan pikiranku. Semakin didiamkan semakin keras suara ketukan, mau tak mau aku putuskan untuk membuka pintu kamar ku. Terlihat laki-laki yang tinggi berada dihadapan ku, gaya pakaian yang dikenakan tampak terlihat casual, sepertinya ia akan pergi pikirku.
"Iya?" Ucapku seraya tersenyum masam padanya. Menyebalkan memang melihat raut wajahnya yang tampak senang melihatku terusik dengan tingkahnya.
"Cuman mastiin aja kalau masih hidup."
"Lalu?" Tanyaku lagi seraya tersenyum remeh ke arahnya
"Cih! Abang mau pergi jaga diri baik-baik."
"Iya" jawabku singkat seraya berbalik masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarku kembali, hari ini memang hari libur aku tak memiliki acara apapun itu saat pagi ini aku lebih menyukai istirahat dan berada dalam kamar. Aku ingin kembali bergulat dengan buku-buku dan pena ku, sudah lama sekali aku tak bermain-main dengan mereka pikirku. Setelah menyiapkan semuanya seperti, musik, coffe, novel, pena dan buku. Aku kembali bermain dengan satu persatu huruf yang ku susun agar menjadi kalimat demi kalimat yang penuh makna, tak jarang aku menciptakan sebuah puisi yang berhadapan dengan dunia dewasa, seperti salah satu puisi ku yang ku ciptakan lalu tentang 'Jarak dan waktu' sepasang kekasih yang saling merindu, dan masih banyak yang lainnya.
Aku tuangkan ide-ide yang mengalir dalam benak pikiranku pada buku tulisku, tak terasa sudah lama sekali aku berkutat dengan buku dan penaku banyak sekali rangkaian aksara kata yang telah jadi. Itulah mengapa aku menyukai luka karena berakhir seperti sekarang ini. Lelah sekali rasanya, aku melihat ternyata banyak waktu yang aku habiskan dalam kamar. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 aku menyudahi tulisanku, dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dilanjut dengan mengganti pakaian yang tak sempat aku ganti dari pagi, ya.
Aku baru saja mandi sedari tadi pagi, setelah siap dengan pakaian yang aku kenakan, jilbab segi empat dan gamis bermotif abaya, tak lupa tas kecil yang ku selempangkan pada bahuku dan tak lupa dompet dan handphone yang ku masukkan kedalam tas kecilku, aku akan pergi menikmati senja dengan sepupuku itu. Sudah menjadi rutinitas bagi kami ketika saat bersama, menikmati senja disore hari dan berakhir menikmati suasana kota dengan mengelilinginya mengunakan sepeda motor milik sepupuku, tak jarang teman-teman yang lain, melihatku denganya seperti sepasang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
Chick-LitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...