MEMULAI HIDUP BARU

9 3 0
                                    

Kita, akan merangkai kehidupan kita. Mengukurnya dengan indah. Hingga akhir hayat memisahkan kita.
_Arden Alzabi Habibie_

Seyara17
*
*
*
*



Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

Aku dengannya melangkahkan kaki menuju mobil yang terparkir di halaman rumah, lalu menyerahkan kunci mobil padanya.

Perjalanan kali ini aku di temani seseorang yang sedang belajar mengerti tentang diriku, begitu pun dengan diriku yang berusaha mengerti tentang dirinya. Melihat sikapnya tadi membuatku kembali tersenyum ketika mengingatnya, dirinya benar-benar menghargai perasaan diriku. Aku menoleh padanya sepersekian detik, terlihat wajah yang pokus pada jalanan, lantas aku alihkan pandanganku kembali pada jalanan yang berada pada sisi kiri mobil, masing-masing dari aku atau pun darinya tidak ada yang mencoba membuka percakapan biarlah sa'at ini pun aku masih nyaman dengan diamku.

Sudah 3 jam lamanya, perjalanan yang telah ditempuh itu artinya tersisa dua jam setengah akan sampai pada kota Demak, dari Bandung sampai Demak yang jarak ditempuh kurung waktu 5 Jam 30 Menit. Itupun jika kondisi lalulintas lancar. Dan beruntungnya lalulintas hari ini terlihat lenggang, aku dan mas Habi memutuskan untuk berhenti sejenak di rest area. Setelah memarkirkan mobil, aku dengannya turun lalu berjalan beriringan menuju minimarket, aku meminta untuk menunggu sebentar di depan minimarket karena aku akan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, saat aku melangkah kan kakiku menuju minimarket. Dari arah kejauhan terlihat mas Habi yang sedang berbicara dengan seorang perempuan yang duduk dihadapannya, "siapa lagi yang ingin dinikahinya" ucapku seraya terkekeh dan bergegas menghampiri mereka

"Mas" panggil ku padanya seraya menepuk bahunya, dan langsung direspon olehnya seraya berkata

"Sudah selesai?" Tanyanya padaku. Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu menoleh ke arah belakangku dan menarik kursi dan menempatkan nya tepat disamping mas Habi

"Adiknya ya mas, cantik. Masih muda, kelas berapa dik" ucap perempuan tersebut padaku, aku yang mendengar perkataannya ingin sekali tertawa dengan kencang. Dan apa, apakah aku terlihat seperti seorang remaja hingga diriku masih saja ada yang menganggap bahwa aku anak sekolah?

"Dia istri saya" ujar mas Habi, yang membuat perempuan dihadapnku langsung terdiam seketika. Dan beranjak pergi dari hadapanku dan mas Habi, sedari tadi tawa yang aku tahan akhirnya meledak sudah, aku melihat orang-orang yang menatap ke arahku dan reflek aku menghentikan tawaku.

"Ayo mas, lanjutkan perjalanan lagi." Ucapku seraya bangkit dari kursi, sa'at ingin melangkah kan kakiku, mas Habi menarik pergelangan tanganku dan memintaku untuk kembali duduk. Setelah aku kembali duduk aku melihatnya melenggang pergi entah kemana, mungkin saja dirinya ingin pergi ke dalam kamar mandi sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

Sepuluh menit berlalu, mas Habi masih saja belum datang menghampiriku. Sebenarnya kemanan ia, sepertinya aku harus mencarinya pikirku. Sa'at berdiri dari duduku dari arah belangku dikejutkan dengan beberapa bungkus makanan yang berada tepat dihadapanku. Aku menoleh ke arah mas Habi

"Dari pagi kamu belum sarapan, makanlah jangan membuat diriku sedih karena melihatmu sakit." Ujarnya padaku, aku pun terkekeh mendengar nya.

"Mas Habi, makanlah" ucapku seraya menyodorkan satu bungkus makanan kearahnya

"Tidak, saya masih kenyang." Tolaknya, hanya saja aku terus memaksanya untuk ikut makan bersamaku, dan akhirnya dia menuruti permintaan ku.

Setelah selesai menyantap makanan yang dibelikan oleh mas Habi, aku dengannya kembali melanjutkan perjalanan.

****


Akhirnya sampai juga di kedimam ku sa'at tinggal barada di kota Demak ini. Setelah menurunkan beberapa koper aku mengambil kunci rumah milikku dan membukanya, sa'at pertama kali membukanya aku ucapkan salam terlebih dahulu dan menyalakan lampu. Sa'at ingin membantu mas Habi membawa kan koper bantuanku tidak diterima olehnya, katanya

"Tidak usah An, sa'at di Bandung kamu yang memasukkan koper kedalam bagasi dan ini sa'atnya aku yang bergantian."

Setelah memasukkan semua koper kedalam rumah, aku dan mas Habi yang memarkirkan mobil kedalam bagasi rumah. Sa'at kembali aku melambaikan tanganku untuk memintanya duduk di sampingku, sebelum itu dia mengunci pintu rumah terlebih dahulu.

"Sudah berapa lama rumah ini ditinggalkan?" Tanya mas Habi membuka obrolan kami

"Sudah sekitar dua minggu lebih, memangnya kenapa mas?" Jawabku padanya seraya melontarkan pertanyaan

"Di depan rumputnya sudah mulai panjang, besok saya izin memotongnya." Ujar mas Habi

"Besok istirahatlah terlebih dahulu, oh iya. Selamat datang di rumah kita. Itu kamar kita" ucapku seraya menunjukkan kamar yang berada di depan, lalu aku kembali melanjutkan ucapanku, "Di rumah ini terdapat tiga kamar dengan masing-masing kamar mandi didalamnya. Kamar mandi luar hanya ada satu, ada ruang tamu, ruang keluarga dapur dilengkapi meja makan lalu tempat laundry dan tempat jemuran dan gudang, salah satu kamar bisa diubah untuk ruang kerja jika mas Habi membutuhkan." Ucapku seraya menjelaskan padanya tentang rumah ini

"Tunggu disini sebentar, aku ingin mengganti sprei dan bed cover beserta selimutnya terlebih dahulu." Ucapku seraya beranjak pergi memasuki kamarku. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya sudah selesai sa'at ingin memanggil mas Habi, aku urungkan kembali karena dirinya sudah ikut masuk kedalam kamarku. Entah mengapa perasanku menjadi tak menentu, bukankah aku sudah pernah berada satu ruangan denganya mengapa menjadi seperti ini, terlebih lagi ketika melihat tatapan matanya semakin membuat perasaanku tak menentu.

"Dimana meletakkan semua barang-barang ini An,"

Aku pun mendekat ke arahnya dan mengambil alih koper yang berada di tangannya. Seraya membuka lemari aku menjelaskannya bahwa bajunya akan berada di lemari yang sebelah kiri dan sebelah kanan adalah milikku, ia pun hanya mengangguk kepalanya. Dan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur dan melentangkan badan diatas tempat tidur, sepertinya dia benar-benar lelah

"An, kemarilah" ucapnya padaku seraya menepuk tempat tidur disampingnya. Aku pun bergegas menghampirinya seraya mendudukkan diriku disampingnya

"Tidurlah, saya benar-benar lelah" ucapnya seraya membenarkan posisi tidurnya, aku yang benar-benar sudah lelah pun mengikuti instruksi nya. Setelah membaringkan tubuhku disampingnya nyaman sekali rasanya, rasa nyaman yang datang membuat ku akhirnya terpejam, mengingat sa'at sampai di rumah ini jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, Karena terjadinya kecelakaan lalulintas yang berakhir aku dengannya harus bermacet-macetan dan itu cukup melelahkan.






















AKU MENYUKAI LUKA

Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang