Dan kamu, jangan pernah memaksaku untuk melepaskan dirimu, sampai kapanpun tidak akan terjadi, biarlah keegoisan ada dalam pada diriku ketika semua itu perihal tentangmu.
_Arden Alzabi Habibie_Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Aku kembali mengirimkan pesan pada Mas Habi bahwa aku akan pulang sedikit larut malam, beberapa menit berlalu pesanku sudah dibaca olehnya. Aku pun hanya tersenyum kecut melihatnya yang tidak membalas pesanku, biarlah dirinya pun akan pulang sa'at pukul 01.00 dini hari, entah apa yang ia kerjakan di restoran miliknya hingga selarut itu aku tidak ingin mencari tahunya jika faktanya akan membuatku terluka.
Aku kembali menuju meja yang menjadi tempat favorit ku sa'at berada di sini
"Na, sudah makan?" Tanya Ghandi yang menghampiri diriku, aku baru mengingat bahwa sedari pagi hanya kopi dan pastry lah yang masuk kedalam perut ku
"Belum Ghan, saya sedang tidak berselera makan." Ucapku padanya
"Sejak kapan Na, kalau boleh saya tau?" Tanyanya lagi padaku
"Sejak dua Minggu lalu," ujarku, setelah mendengarkan perkataan ku Ghandi kembali melanjutkan pekerjaannya, aku hanya berdiam diri menikmati malam melihat lalu lintas yang lenggang, di temani dengan secangkir kopi cappucino dengan satu porsi Pai buah, cafe akan tutup pukul 22.00 malam, dan biarlah aku yang akan menutupnya.
Waktu berjalan memasuki pukul 22.00 malam, para pelanggan sudah mulai satu persatu beranjak pergi dari cafe ini, hingga sudah memasuki waktu 22.00 malam, beberapa karyawan telah membereskan semuanya, setelah selesai semua mereka satu persatu berpamitan kepdaku termasuk Ghandi, awalnya ia ingin menemaniku yang akan memeriksa stok kebutuhan cafe ku ini, hanya saja aku menolaknya dan dengan terpaksa dirinya meninggalkan ku berada di cafe ini sendiri, lampu depan cafe sudah aku matikan, hanya ada penerangan yang temaram dari dalam cafe. Aku beranjak menuju meja kasir, tempat dimana aku akan menghitung pengeluaran maupun pemasukan seperti beberapa stok yang telah habis, beberapa jam telah berlalu aku yang difokuskan dengan penghitungan stok kebutuhan cafe bakery miliku ini. Dikejutkan dengan seseorang yang masuk kedalam cafe ku, rupanya mas Habi yang masuk kedalam cafe ku. Aku menghentikan sejenak pekerjaan ku seraya berjalan menghampirinya, setibanya aku dihadapannya aku menyalimi tangannya dan mempersilahkan mas Habi untuk duduk seraya menawarkan apakah dia ingin kopi atau teh
"Mau kopi atau teh mas" ucapku padanya
"Kopi hitam dan Pie buah." Ucapnya, aku mengalihkan arah pandangku pada etalase yang menampilkan satu porsi Pai buah yang masih ada. Aku pun beranjak pergi meninggalkan nya menuju pantry untuk membuatkannya kopi, setelah selesai aku kembali menghampirinya seraya membawa secangkir kopi dan Pai buah miliknya, sesampainya dihadapan mas Habi aku meletakkan secangkir kopi dan Pai buah dihadapannya. Tak berselang lama ia menikmati kopi dan Pai buah, aku hanya bisa memandangi nya dalam diam.
"Tidak berniat untuk pulang" ucapnya yang memecahkan keheningan diantara kami sejak tadi, mendengar perkataanya aku hanya tersenyum kecut. Aku alihkan arah pandangku pada jam yang berada di pergelangan tanganku, waktu menunjukkan pukul. Setengah dua belas malam, aku terheran mengapa dia pulang sebelum pukul satu dini hari, seperti yang ia lakukan beberapa bulan ini.
"Untuk apa saya pulang, jika keberadaan saya selama ini tidak dianggap oleh suami saya sendiri." Ucapku padanya, aku benar-benar lelah jika berada di situasi seperti ini dan segera mungkin aku harus mengakhirinya, dan sa'at ini waktu yang tepat untukku.
"Kamu tidak menyesali perbuatanmu." Ujarnya padaku seraya menyesap kopi miliknya
"Menyesal, apakah hukuman untuk diri saya belum selesai?" Ucapku, seraya mengajukan pertanyaan padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...