Bagaimana? Apa sudah cukup dirimu memberikan rasa padaku. Jika faktanya kau mengorbankan sebuah cinta yang tulus padamu
Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Hari demi hari bulan demi bulan aku dengannya semakin terlibat dengan obrolan-obrolan ringan, seiring berjalannya waktu aku dengannya terlibat kebersamaan di sore hari, seperti melepaskan lelah yang ada dan saling bertukar cerita, aku tak lagi kesal denganya ketika dia datang secara tiba-tiba seperti sa'at pertama kali aku dengannya bertemu dan terlibat percakapan di pameran lukisannya. Rupa-rupanya dia disini untuk melakukan beberapa pameran lukisan seperti awal aku dengannya bertemu, tak jarang juga dia mengajakku datang pada pemeran lukisannya, hanya saja aku menolaknya beberapa kali karena pekerjaan yang harus aku lakukan, dan beruntungnya dia memahami hal itu. Aku putuskan untuk lebih lama berada di kota ini, selama Ghandi bisa menghendel semuanya aku masih bisa menikmati waktu untuk tinggal di kota seniman ini, akan tetapi aku tetap membantu Ghandi menguras cafe ku meskipun dari jarak jauh.
Seperti sore hari ini aku dengannya kembali terlibat percakapan yang menyenangkan
"Kalau kamu menikah, kamu memilih pasangan sendiri atau dijodohkan oleh keluarga besarmu?" Ucapnya padaku, aku tak habis pikir kenapa tiba-tiba dia menanyaiku tentang pernikahan? Bukankah dia tau tentang hal itu
"Aku lebih memilih untuk dijodohkan" Jawabku atas pertanyaan yang ia lontarkan padaku, aku lebih menyukai asing diantara sebuah ikatan. Aku tak perlu berpura-pura tentang siapa diriku, agar ia tertarik denganku. Dan resiko terlukanya pun sedikit tidak terlalu mendalam.
Sambil menggenggam secangkir kopi hitam miliknya ia menghirup aroma kopi tersebut. Sempat aku bertanya apa yang spesial dengan aroma kopi hitam, ia menjawab 'seperti spesialnya cappucino bagiku'.
"Disaat yang lain ingin menikah sesuai dengan pilihan sendiri, kamu lebih memilih untuk dijodohkan. Dan bukankah resiko jika dijodohkan lebih rentan untuk berpisah?"
Aku tertawa sejenak, sambil menikmati cappucino miliku dan suasana disore hari, sepertinya ia masih belum puas dengan jawabanku. "Tidak masalah, bukankah aku takkan tersakiti mendalam. Dan, jika pemikiran mu tentang yang dijodohkan lebih rentan dengan perpisahan, bukankah pilihan sendiripun bisa bernasib sama? Aku lebih menyukai opsi dijodohkan, mungkin awal aku dengannya akan menjadi asing, belum mengenal satu sama lain. Dan untuk itu bisa memilih opsi selayaknya berteman."
"Lalu, jika ia selingkuh dan mencintai perempuan lain bagaimana?" Ia menaruh kembali kopi hitam yang digenggamnya. Terlihat guratan jelas di dahinya itu. Sepertinya ia mulai kesal dengan jawabanku, selama aku mengenal Kala, banyak sekali ekspresi dan gesture tubuh darinya yang membuat aku mengerti dibalik ketika dia melakukan hal itu.
"Biarkan saja, selagi tidak merugikan banyak pihak. Akan tetapi, sebelum itu terjadi aku akan memberitahu terlebih dahulu tentang prinsip-prinsipku"
"Biarkan saja? Mungkin sa'at ini kamu berpikiran seperti itu, tapi kalau kamu merasakannya mungkin saja kamu takan berucap seperti itu"
Sudah terlihat jelas, bahwa ia kesal dengan jawabanku, mengingat aku dengannya cukup lama berteman.
"Sa'at ini."
Aku terdiam sejenak , dan mengalihkan pandanganku pada hiruk pikuk lalu lintas yang lalu lalang. Pikirku, seharusnya ia tau apa penyebab aku menjawab pertanya'an nya dengan jawaban seperti itu. Walaupun aku menyukai asing dalam sebuah ikatan "Sudah tau aku masih dalam keadaan berduka atas kepergiannya cinta pertamaku. Dan kamu menanyaiku tentang sebuah pernikahan? Bahkan aku tak berfikir bahwa aku akan menikah"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...