Aku tidak ingin mereka melukaimu, biarlah aku saja yang menerimanya. Aku takkan sanggup jika melihatmu terluka karena mereka.
_Arden Alzabi Habibie_Seyara17
*
*
*
*Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......Sesampainya dihadapanku terlihat mas Habi yang kebingungan dengan melihatku yang sudah rapi sepagi ini
"Mau kemana kamu sayang?" Tanyanya padaku, aku pun bergegas menuntunnya untuk masuk kedalam kamar dan dia pun segera mengganti pakaiannya. Dan aku pun kembali menunggunya di teras rumah dengan tas miliku yang aku letakkan di atas meja. Sa'at tenangnya menikmati udara di waktu subuh, aku pun di kejutkan dengan mas Habi yang berada dihadapnku seraya memandangiku dengan raut wajah cemasnya.
"Mas, kita ke cafe ya. Aku ingin menikmati suasana di pagi hari ini di dalam cafe ku, dan sepulang mas dari restoran aku meminta tolong untuk membelikan beberapa list belanja yang sudah aku kirimkan pada mas Habi melalui WhatsApp" ungkap ku padanya, dia pun hanya tersenyum mendengar penjelasan dari ku. Lalu menuju arah garasi rumah untuk mengeluarkan mobil pribadi miliknya, setelah menghidupkannya lalu mendiamkan nya sebentar. Beberapa menit kemudian aku dan dirinya memasuki kedalam mobil, membelah jalanan di pagi hari yang masih terlihat lenggang, terlebih udara segar yang aku nikmati seiring perjalanan menuju cafe. Sesampainya aku di cafe terlihat beberapa karyawan yang mendapatkan sip pagi sedang menyusun semua perlengkapan cafe, sa'at memasuki kedalam cafe terlihat raut wajah mereka yang menegangkan. Mungkin mereka berfikir bahwa ada seorang pelanggan yang sepagi ini datang disaat mereka belum bersiap melayani pengunjung. Aku pun tersenyum melihat raut wajah mereka, setelah mereka mengetahui bahwa aku lah yang datang di waktu sepagi ini terlihat dari beberapa mereka menghembuskan nafas panjang seraya mengusap dada mereka.
"Pagi mbak Na, pagi pak Abi" sapa mereka pada ku dan mas Habi, aku pun melanjutkan langkahku memasuki kedalam ruangan milikku. Meletakkan tas dan laptop yang aku bawa dari rumah, lalu kembali turun menemui mas Habi yang berada di spot favorit milik kami, seraya menikmati waktu cafe buka aku dan mas Habi saling berbagi pendapat dan pemikiran hingga sudut pandang, tak terasa obrolan ku dan mas Habi terpaksa kami hentikan ketika suara dari seorang perempuan memanggil nama mas Habi
"Abi" teriak perempuan itu memanggil mas Habi, membuat kami yang berada di dalam cafe memandanginya dengan terheran-heran. Terlihat perempuan itu berjalan ke arahku dan mas Habi, setelah berada di dekat mas Habi perempuan itu menarik salah satu kursi yang berada di sebelah meja kami, aku pun mengalihkan arah pandangku pada karyawan yang membawakan pesananku dengan mas Habi dan memberikan isyarat untuk, untuk tetap meletakkan pesanku pada meja kami. Setelah meletakkan pesanku pun, pramusaji tersebut mempersilahkan ku untuk menikmati hidangan.
"Abi, apa kabar. Sudah lama sekali kita tidak bertemu, beruntungnya aku bisa bertemu denganmu di toko ini. Benar-benar suatu hal yang tidak pernah aku sangka sebelumnya bahwa aku akan bertemu denganmu." Ucap perempuan itu dan hanya mendapatkan respon diam dari mas Habi, aku pun mengambil secangkir teh milikku untuk aku nikmati melihat drama yang berada dihadapnku ini. Seraya menyesap teh milikku dan mengusap-usap perutku, ternyata perempuan itu beralih memandangiku dengan lekat, aku pun meletakkan kembali teh milikku seraya berucap.
"Tidak memiliki sopan santun" tegurku padanya, terlihat raut wajah darinya yang menatapku dengan tatapan tak suka.
"Ada hubungan apa kamu dengan Abi" ucapnya seraya tersenyum kecut, terlebih lagi setelah melihatku yang beberapa kali mengusap perutku yang sedikit tercetak jelas ketika aku mengusap perutku.
"Istrinya" ucapku dengan nada menekan kalimat yang aku ucapkan
"Istrinya," ucapnya kembali mengulangi ucapanku seraya tertawa dengan terbahak-bahak dan beberapa kali tangannya memukul lengan mas Habi.
"Diam"
Mendapatkan teguran dari mas Habi, seketika perempuan itu mengentikan aksi tertawanya. Seraya berkata kembali
"Perkenalkan, saya perempuan yang pernah akan di jodohkan dengan Abi" ucap perempuan itu dengan nada angkuhnya
"Hanya perempuan yang sempat akan dijodohkan dengan mas Habi bukan perempuan yang menjadi mantan istri mas Habi, tapi hebohnya sampai membuat beberapa pengunjung yang sedang menikmati waktu pagi mereka terganggu hanya karena kamu." Ujarku padanya, seraya kembali menyesap teh milikku yang sudah menghangat.
"Abi, kapan kamu akan mengunjungi ku dengan mama kembali." Tanyanya dengan nada manjanya, mendengar itu rasa-rasanya membuat sebuah ide berliant muncul kedalam pikiranku, tidak ada salahnya aku melihat spoiler dari salah satu drakor yang sedang berhadapan dengan perempuan yang merebut suaminya itu. Aku pun mengikuti gayanya,
"Pantaskah kamu berbicara seperti itu di hadapan saya, istri sahnya." Ujarku dengan nada yang sengaja aku buat sedikit lantang, mendengar ucapanku beberapa pengunjung yang berada di dalam toko mengalihkan atensinya pada kami, terlihat dari beberapa mereka yang berbisik-bisik satu dengan yang lainnya.
"Terlebih dengan kondisi saya seperti ini, tidakkah kamu mengasihi diriku, aku adalah seorang istri yang akan menjadi seorang ibu. Sungguh tega sekali pertanyaan mu itu yang menanyakan perihal suamiku yang mengunjungi dirimu... Ya Rabb, kasihanilah diriku dan buah hatiku ini, dan dengan teganya kamu sebagai perempuan menyakiti hati sesama perempuan." Ucapku kembali dengan berakting seraya menghayati peranku.
"Sekarang, cantik-cantik banyak yang lebih memilih jadi pelakor. Terlebih lagi, tidak mendapatkan respon apapun sedari tadi oleh suami mbaknya dengan percaya dirinya masih saja mendekati si mas tersebut. Mbak, saya sebagai generasi muda anak bangsa malu sekali melihat tingkah laku mbak sebagai perempuan yang seharusnya menjunjung tinggi rasa kehormatan." Cetus salah satu perempuan tersebut, melihat sekeliling sudah mulai terlihat ramai perempuan yang belum ku ketahui namanya itu bergegas meninggalkan ku dengan mas Habi, pengacau penikmat waktu pagi. Setelah kepergian perempuan itu, aku pun meminta maaf kepada mereka atas kejadian yang ada di cafe ini, dan mereka pun memakluminya. Aku melihat mas Habi yang memijat pelipisnya dan berkata padaku
"Sedang apa kamu An" ujarnya padaku, aku pun hanya mengedikkan bahu ku, seraya kembali menikmati teh yang sudah mulai habis
"Anlik" panggilnya kembali seraya mengetukkan jari jemarinya pada pegangan kursi, jika sudah seperti ini mau tak mau aku pun harus menjelaskan padanya, apa yang telah aku lakukan.
"Memerankan adegan disalah satu drama" Celetuk ku padanya
"Untuk apa?" Tanyanya padaku membuatku mengernyit bingung mendengar perkataannya, sudah jelas untuk mengusir perempuan tersebut.
"Mengusir perempuan tersebut."
Mas Habi pun beranjak menghampiri diriku dengan mengusap kepalaku, seraya berucap
"Lain kali, bicarakanlah baik-baik tidak seperti barusan. Mas tidak suka sa'at mereka menatap diri mas dengan tatapan seperti itu, mas malu. Mas berangkat dulu" Ucapnya kembali seraya tersenyum padaku, dan berjalan menjauhi diriku yang masih tertegun mendengar ucapannya, mas Habi malu dengan perilaku diriku. Apakah respon yang aku berikan pada perempuan itu terlihat berlebihan dimatanya?
Sejak sa'at itu, aku lebih menyibukkan diri ku didalam rumah untuk melanjutkan merevisi salah satu cerita milikku, yang akan aku terbitkan nanti, pasalnya sa'at malam itu aku mendapatkan e-mail dari salah satu penerbit yang tertarik dengan beberapa karya miliku dan ingin mengajak bekerjasama, setelah dengan berbagai pertimbangan dan persetujuan dari kedua belah pihak akhirnya aku memutuskan untuk mempercayakan karya-karya ku padanya penerbit tersebut. Dan sekali-kali aku pun sering datang ke cafe ku untuk membunuh rasa bosan, menulis cerita ku.
AKU MENYUKAI LUKA
Jangan lupa pendapat kalian yang dibebaskan untuk berpendapat di cerita saya ini
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MENYUKAI LUKA
ChickLitSUDAH END Rentetan masalah silih berganti berdatangan, entah itu mampu dihadapi atau berserah diri pada sang ilahi. Ketika sesuatu hal sudah hilang bukankah akan terasa hampa, lalu bagaimana dengan dirinya yang telah kehilangan sang nahkoda hingga k...