[01] 17 Tahun

2.5K 86 4
                                    

>> Happy Reading <<

Jakarta, Indonesia

Gadis belia berparas cantik dengan badge nama di dada sebelah kanannya bertuliskan —BRIGITTA INDIRA— yang tahun ini akan menginjak usia 17 tahun itu tengah fokus menjawab soal-soal matematika yang terdapat pada lembaran-lembaran kertas ujiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis belia berparas cantik dengan badge nama di dada sebelah kanannya bertuliskan —BRIGITTA INDIRA— yang tahun ini akan menginjak usia 17 tahun itu tengah fokus menjawab soal-soal matematika yang terdapat pada lembaran-lembaran kertas ujiannya. Ia harus lulus meski setelah lulus nanti ia sendiri tak tahu apa yang akan ia lakukan. Impiannya untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas ternama di Inggris, dengan mengambil jurusan seni rupa, itu pupus sudah. 

Sedari lahir sampai dua tahun lalu hidup Gitta berjalan mulus tanpa kerikil yang menghadang. Harta kekayaan turun temurun peninggalan kedua orang tuanya membuat hidupnya nyaris sempurna. Apapun bisa ia dapatkan dengan mudah. Kebutuhan, keinginan, kemewahan, pokoknya SEGALA HAL bisa ia dapatkan dengan mudah seperti bagaimana mudahnya membalikkan telapak tangan.

Namun semua berbanding terbalik 180 derajat dengan keadaan saat ini. Permasalahan yang terjadi dengan bisnis keluarganya begitu mempengaruhi hidup dan dunianya. Ya, perusahaan keluarganya tengah dalam masalah besar yang sejujurnya ia sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi selain perusahaan keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar. Wajar saja Gitta tak memahaminya karena keseharian yang ia jalani adalah bersekolah, sebagai pelajar sebagaimana mestinya.

Beberapa menit kemudian, Gitta selesai dengan lembaran-lembaran ujiannya. Matematika merupakan pelajaran yang cukup sulit, menguras isi kepalanya terlebih dengan rumus-rumus sulit yang harus sudah hafal di luar kepala. Tapi meski begitu, matematika merupakan salah satu pelajaran favoritnya.

Gitta mengumpulkan kertas ujian miliknya tepat di meja pengawas. Setelah itu ia pun melangkah ke perpustakaan, bukan ke kantin sekolah seperti murid-murid lainnya. Jika ia ke kantin, hanya cemoohan dan ejekan yang ia dapatkan terlebih dari para mantan teman-temannya yang dulunya berada dalam genk yang sama dengannya. Kumpulan lima gadis cantik, fashionable, kaya raya yang tersohor dan terpandang diantara siswi lainnya karena mereka-mereka adalah primadona sekolah yang merupakan anak dari para pengusaha sukses.

Hanya dulu, pada tahun pertama Gitta duduk di bangku SMA, Gitta bergabung dengan mereka-mereka karena kini Gitta sudah dikeluarkan secara tidak hormat dari genk itu. Salah satu yang menjadi alasannya adalah karena bisnis keluarga Gitta sedang jatuh dan tak menutup kemungkinan Gitta akan segera jatuh miskin. Hal itu dibuktikan dengan tidak pernahnya Gitta memakai tas dan barang-barang branded ke sekolah, mobil yang Gitta pakai adalah mobil dengan merk pasaran, bukan mobil mewah seperti dulu. Dan mereka-mereka itu alergi dengan yang namanya kemiskinan.

Alhasil, di luar jam belajar, Gitta jadi sering menghabiskan waktunya di perpustakaan, berkutat dengan bermacam buku yang ada di perpustakaan atau pun menyalurkan hobi menggambarnya disana. Teman-temannya pun adalah siswa dan siswi kutu buku yang memang kerapkali menghabiskan waktu istirahat mereka di perpustakaan.

SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang