[13] Berterima kasih dengan cara lain

350 43 5
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Ting!!

Gitta tiba di lantai delapan belas tempat dimana hunian apartemen Maxime berada. Gitta keluar dari lift dan mendadak ia menghentikan langkahnya saat mendapati seorang wanita cantik dengan kulit seputih susu serta tinggi badan semampai bak model, keluar dari apartemen Maxime sembari tertawa bersama Maxime. Kemudian Maxime memeluknya dan wanita itu mendaratkan kecupan singkat di pipi Maxime sebelum akhirnya berjalan menunggu lift.

Gitta yang terlalu penasaran dengan siapa wanita itu, apa saja yang wanita itu lakukan bersama Maxime di dalam apartemen dan kenapa Maxime tak mengenakan pakaian bagian atasnya? Gitta pun hanya diam mematung di tempatnya berpijak hingga wanita itu masuk ke dalam lift hingga pintu lift tertutup. Dan Gitta terlambat untuk pergi karena Maxime sudah lebih dulu menyadari eksistensinya.

Gitta memutar tubuhnya, menekan panel lift berkali-kali namun sialnya! Maxime menarik pergelangan tangannya kemudian membawanya masuk ke dalam apartemen pria itu.

"Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan." Sesaat setelah Maxime mengunci pintu apartemen, Maxime berbicara pada Gitta supaya tak ada kesalahpahaman yang terjadi.

Melihat Gitta hanya diam, Maxime mendongakkan dagu Gitta agar menatapnya. Gitta membuang pandangannya ke sembarang arah menghindari tatapan mengintimidasi dari Maxime.

"Fine." Maxime sedikit menjauh dari Gitta. "It's your business."

Gitta membuat gerakan tak suka dengan bibirnya. Pantas saja Maxime tak membalas pesan dan menerima telepon darinya karena rupanya Maxime sibuk dengan wanita tadi.

"Ada perlu apa kamu datang menemuiku?"

"Kenapa kamu ingin menikah denganku disaat kamu punya pacar?" Bukannya menjawab, Gitta malah balik bertanya.

"Because I like you. I am falling in love with you."

"Liar," ucap Gitta nyaris terdengar seperti bisikan tapi rupanya Maxime mendengarnya.

Maxime tersenyum tipis. "Liar? Aku?" tunjuk Maxime pada dirinya sendiri.

Lagi-lagi Gitta membuat gerakan bibir tak suka.

Maxime menghimpit tubuh Gitta ke pintu kemudian mengunci pergerakan tubuhnya.

"Perlu kamu tahu, aku sudah meminta restu pada Bibimu untuk menikahimu. Apa menurutmu itu kurang serius?" Maxime menjepit dagu Gitta dengan sebelah tangannya. Saking dekatnya jarak mereka, Gitta bisa merasakan hembusan napas harum dan hangat Maxime menyentuh kulit wajahnya.

"Gitta, aku mencintaimu, tulus dari hati terdalamku." Maxime meletakkan jemari tangan Gitta di dadanya yang shirtless.

Gitta tertegun. Haruskah ia percaya disaat baru saja dengan mata kepalanya sendiri ia melihat seorang wanita keluar dari apartemen Maxime dan melihat keduanya bersikap selayaknya pasangan kekasih?

SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang