>> Happy Reading <<
Jakarta, Indonesia
Tiga hari berlalu ...
Gitta, Caca dan Bara tengah berada di kafe yang terletak tak jauh dari kediaman Bara berada. Ketiganya tengah berkutat dengan kegiatan masing-masing. Sesekali obrolan ringan pun terjadi. Mereka harap-harap cemas menanti kabar kelulusan mereka. Caca tengah membaca novel tebal remaja bergenre romantis komedi yang ditulis oleh salah satu penulis kenamaan Indonesia yang kabarnya novel tersebut akan diserieskan. Sementara Bara, berkutat dengan buku dan sesekali dengan ponselnya. Sedangkan Gitta fokus menggambar Caca dan Bara yang kali ini menjadi objeknya yang tengah asyik dengan kegiatan masing-masing.
"Ih sial," rutuk Caca tiba-tiba. "Kenapa bisa coba gue bayangin cowok ganteng yang jadi PU disini itu Bara."
Bara yang disebut namanya itu mengendikkan bahunya.
"Abisannya ciri-cirinya itu mirip banget lo, Bar." Caca menambahkan seraya mengembungkan pipinya.
Bara berusaha tak peduli. Sementara Gitta terlihat memperhatikan Bara.
"Mending lo jauh-jauh sono." Caca mendorong Bara agar Bara menjauh darinya tapi Bara enggan beranjak dari duduknya.
"Jangan bilang lo naksir sama gue," tunjuk Bara pada Caca dengan ejekannya.
"Pede mampus lo! Gue punya kriteria cowok idaman yang pastinya bukan kayak lo," balas Caca. Ya, mana mungkin juga ia jatuh cinta pada Bara, sahabatnya sendiri.
Bara dan Caca pun beradu mulut dan saling mengejek seperti biasa. Dan hal itu membuat Gitta tertawa kecil melihat tingkah keduanya yang memang sering seperti ini, beradu mulut meski ia tahu bahwa itu hanya candaan semata.
Kemudian senyum Gitta menghilang kala Gitta menyadari Bara memperhatikannya.
Bara tersenyum hangat pada Gitta. "Udah lama banget gue nggak lihat lo senyum lebar kayak gini, Gitt."
"Alah modus. Jangan dengerin Gitt." Caca bersuara masih dengan intonasi mengejek Bara.
"Kalau kekonyolan gue sama Caca bisa bikin lo ketawa lebar kayak gini, gue nggak ... " Bara menjeda ucapannya kala Caca menjewer telinganya kuat-kuat membuat Bara mengaduh kesakitan. Kemudian Bara mengulurkan lengannya kemudian mencekik leher Caca dari belakang membuat Caca tertawa kecil, memberontak dan meminta dilepaskan.
"Pe'a nih anak. Lepasin woi!"
"Heh, buat orang bahagia itu ibadah," ucap Bara sembari memperhatikan Gitta yang masih tersenyum.
"Ya udah lepas dulu." Caca masih memberontak.
Bara pun melepaskannya. Saat melihat gelas Gitta sudah kosong, Bara berinisiatif menawarkan minuman lagi pada Gitta. Jelas saja Gitta menolaknya tapi Bara tak mau tahu dan tetap memesan minuman yang sama untuk Gitta. Bukan hanya minuman saja tapi juga camilan ringan untuk Gitta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LIES [COMPLETED]
RomanceDalam hidupnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak BRIGITTA INDIRA, akan menikah di usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Semua bermula ketika bisnis keluarganya jatuh ke titik terendah, membuat keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar...