[08] Calon suami

434 50 3
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Tak ada perbincangan yang terjadi selama sesi makan malam berlangsung. Inggrid asyik dengan pikirannya sendiri dan sesekali juga sibuk dengan gadget-nya. Sementara Gitta memperhatikan apa yang Inggrid lakukan sembari mengaduk-aduk makanan dalam piringnya.

Saat di meja makan, Gitta memang seperti ini, tak pernah memulai pembicaraan lebih dulu sebelum Inggrid duluan yang berbicara atau bertanya padanya. Tapi kali ini tidak lagi karena ada banyak sekali yang ingin Gitta tanyakan pada Bibinya yang terlihat santai tanpa beban berbanding terbalik dengan apa yang Gitta rasakan.

Baru saja Gitta akan membuka mulutnya untuk bertanya, Inggrid sudah lebih dulu bertanya.

"Gimana perayaan kelulusan tadi sama teman-teman kamu? Seru?"

Gitta mengernyitkan dahinya. Kenapa tiba-tiba Inggrid bertanya tentang hal itu?

"Bibi lihat Megan, Naomi dan teman-teman kamu lainnya dalam satu frame foto kayak lagi di pesta gitu. Itu kamu yang fotoin? Karena nggak ada satu pun foto kamu."

Gitta menghela napas berat. Sepertinya sudah seharusnya ia menceritakan hal ini pada Inggrid. Tidak mungkin juga selamanya ia merahasiakan hal ini dari Inggrid.

Dan Inggrid dibuat terkejut luar biasa kala Gitta menceritakan bahwa tepatnya saat ia duduk di bangku kelas 3 SMA, saat bisnis keluarganya jatuh, Megan dan yang lainnya mulai jaga jarak dengannya. Kemudian tak lama setelah itu, Gitta dikeluarkan dari genk beranggotakan gadis-gadis cantik, anak dari keluarga pengusaha sukses dan konglomerat itu.

"Mereka bilang Gitta nggak sepadan lagi berteman dengan mereka."

Inggrid mengepalkan tangannya geram. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang dijauhi oleh genk sosialitanya, di sindir-sindir oleh mereka saat tengah berkumpul, nyatanya ponakan tercintanya juga sama. Dijauhi oleh teman-temannya. Karena alasan itu lah Inggrid bertekad untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya untuk membungkam mulut-mulut mereka. Inggrid yakin jika ia mendapatkan kembali aset-aset berharga dan semua kekayannya, mereka-mereka tak akan lagi memandang rendah dirinya. Inggrid paling benci direndahkan.

"Karena itu kamu temenan sama si kacamata tebal dan bocah laki-laki berandalan yang miskin itu."

"Bara bukan berandalan. Cuma gayanya aja yang kayak gitu. Gitta berani jamin Bara anak yang baik," sanggah Gitta membuat Inggrid tak suka.

"Kamu dibayar berapa sih buat belain tuh anak miskin?"

"Bibi, Bara nggak ... " Gitta menjeda ucapannya kala Inggrid merentangkan tangannya supaya Gitta berhenti memberikan pembelaan.

"Kamu nggak pantas dekat sama orang-orang kayak gitu. See, otak kamu bahkan udah terdoktrin dengan terus-menerus belain dia."

"Tapi percaya sama Gitta, Bara dan Caca itu baik. Meski pun—"

SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang