>> Happy Reading <<
Gitta membuka matanya. Padahal semalam ia terjaga menunggu Maxime kembali ke hotel tapi bisa-bisanya ia malah ketiduran. Gitta meraba sisi sebelahnya yang terasa begitu dingin. Gitta menghela napas kecewa, itu artinya Maxime belum juga kembali.
"Apa Maxime tidur di luar? Tapi dimana?" tanya Gitta pada dirinya sendiri. Sekedar informasi bahwa sebelum hari pernikahan tiba, barang-barang milik Maxime yang ada di apartemennya sudah dipindahkan ke rumah pengantin mereka begitu juga barang-barang milik Gitta. Maxime mengatakan ia akan menyewakan apartemen itu pada seseorang.
Gitta menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang kemudian meraih ponselnya di atas nakas dan mencoba menghubungi nomor Maxime lagi namun tetap saja nomor Maxime masih tidak aktif. Sebenarnya urusan apa yang harus Maxime selesaikan? Pergi kemana ia di malam pernikahan mereka dan hingga saat ini belum juga kembali?
Kemudian Gitta menghubungi Aslan untuk meminta Aslan mengantarnya ke kantor Maxime. Mungkin saja saat ini Maxime ada di kantor dan ketiduran disana saking lelahnya. Namun jawaban Aslan di seberang telepon sana membuat Gitta semakin kecewa. Aslan mengatakan bahwa sejak semalam ia sendiri tak tahu Maxime kemana dan dimana. Tapi yang jelas saat ini Maxime tidak ada di kantor.
"Nggak apa-apa, Bapak anterin saya ke kantor Maxime saja. Saya akan menunggu dia disana."
Ya, Gitta yakin siang ini Maxime pasti akan ke kantor. Jika tidak, pokoknya Gitta akan menunggu Maxime sampai Maxime datang dan meminta penjelasan darinya mengenai kenapa Maxime pergi meninggalkannya di malam pengantin mereka? Padahal tadinya Gitta sudah membayangkan malam pengantin mereka yang hangat dan romantis karena mereka menikah saling mencintai satu sama lain. Namun rupanya Maxime malah pergi, menghilang entah kemana.
***
Dengan keadaan shirtless, Maxime menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang kala Olivia masuk ke kamar dengan membawakan kopi dan camilan ringan.
"Kamu itu tidur pulas sekali sampai aku nggak bisa bedain kamu tidur atau pingsan." Olivia mendudukkan dirinya di tepian ranjang, memperhatikan Maxime dengan seksama.
Maxime tersenyum tipis. "Kamu tahu, aku nggak pernah tidur senyenyak ini sebelumnya."
"Apa kamu senang karena setidaknya rencana kamu berhasil, Max?"
Maxime mengendikkan bahunya. "Ku rasa ini belum dikatakan berhasil karena ini baru permulaan. Tapi ini sesuai dengan rencanaku, aku bisa membuat dia jatuh cinta padaku lebih cepat dari dugaanku."
Olivia menghela napas dalam-dalam. Ia mengerti, amat sangat mengerti permasalahannya yang Maxime hadapi. Dan demi ini Maxime harus menunggu selama lebih dari 17 tahun lamanya.
"Mengenai pesta resepsi semalam, ada bagusnya Megan datang dan mempermalukannya." Maxime tersenyum miring. "Melihatnya dipermalukan dihadapan banyak orang membuatku senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LIES [COMPLETED]
RomanceDalam hidupnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak BRIGITTA INDIRA, akan menikah di usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Semua bermula ketika bisnis keluarganya jatuh ke titik terendah, membuat keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar...