>> Happy Reading <<
Entah bagaimana awalnya tahu-tahu Gitta duduk, menjadi pendengar yang baik atas apa yang Maxime sampaikan. Maxime mengatakan bahwa ia sedang berolahraga malam karena ia tinggal di hunian apartemen yang tak jauh dari supermarket ini berada. Maxime haus dan berniat akan membeli minuman kemudian ia pun bertemu Gitta disini.
Keduanya pun berkenalan lagi. Dan Maxime senang saat Gitta memanggil namanya saja tanpa embel-embel ‘Om’ atau pun ‘Bapak’
Maxime terus bercerita mengenai dirinya sendiri meski Gitta tak bertanya. Gitta baru tahu bahwa ternyata Maxime pandai merangkai kata dan asyik sekali saat berbicara. Lugas, tegas, dan perkataannya pun tertata dengan baik. Kalau Gitta tidak salah lihat di kartu nama yang terdapat di dompet Maxime, Maxime merupakan presiden direktur dari sebuah perusahaan di luar Indonesia. Entah itu dimana Gitta tidak tahu dan tak mau tahu karena itu bukan urusannya. Mungkin itu yang menjadi salah satu alasan kenapa Maxim selugas ini saat berbicara.
"Jadi ini pertama kalinya setelah 17 tahun kamu ke Jakarta lagi?"
Maxime berdehem sebagai jawaban. "Ada urusan penting yang harus aku selesaikan disini."
"Apa ini menyangkut pekerjaan kamu, Max?" Oh Tuhan, maafkan Gitta. Gitta terpaksa menuruti Maxime untuk memanggil namanya saja meski ini terdengar sangat tidak sopan. Gitta menurutinya bukan tanpa alasan melainkan karena Maxime terlihat baik terlebih dalam memperlakukannya. Saat Gitta akan duduk, Maxime menarik kursi untuknya duduk. Bahkan makanan dan kopi milik Gitta dibawa sendiri oleh Maxime.
Sekedar informasi bahwa sepanjang ia dan Maxime berbincang-bincang, Gitta tak sekali pun melepas kacamata hitam yang ia kenakan dan hal itu membuat Maxime bertanya-tanya.
Gitta beralasan kalau ia kurang tidur dan ada guratan hitam di sekitar kantung matanya. Beruntungnya Maxime percaya pada kebohongannya.
Maxime berdehem membenarkan. "Tapi sepertinya pekerjaan kali ini akan lebih banyak tantangannya."
Gitta berpikir apakah Maxime sedang mengalami masalah besar sama seperti permasalahan yang dialami Inggrid? Sungguh! Permasalahan orang dewasa itu begitu rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LIES [COMPLETED]
RomanceDalam hidupnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak BRIGITTA INDIRA, akan menikah di usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Semua bermula ketika bisnis keluarganya jatuh ke titik terendah, membuat keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar...