[28] Rasa sakit bertubi-tubi

437 50 6
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Sembari menikmati semilir angin yang berhembus menerpa kulit tubuhnya, Maxime mengepulkan asap rokok ke udara. Tadinya ia berniat bermalam di apartemen Olivia. Meski apartemen Olivia tidak seluas rumahnya, justru Maxime merasa lebih tenang kala berada di sana. Namun sialnya! Ketenangannya harus terganggu karena Inggrid terus meneleponnya dan mengatakan Gitta kecelakaan dan mendapatkan perawatan.

Mau tak mau Maxime pun bergegas ke rumah sakit.

Dan alhasil ia pun kini berada di tempat membosankan ini, berakting sebagaimana suami yang mengkhawatirkan istrinya.

Tepat di hadapannya tubuh Gitta terbujur tak berdaya dengan perban di kepala, kaki dan juga tangannya. Maxime pikir Gitta mengalami kecelakaan serius tapi nyatanya gadis itu hanya mendapatkan luka ringan di kepala, tangan dan juga kakinya akibat keserempet kendaraan roda empat yang membuat Gitta jatuh ke aspal dan mendapatkan luka-luka itu.

Dan atas bantuan Aslan, Maxime menyuap saksi-saksi yang ada di lokasi untuk mengatakan bahwa ini murni kecelakaan yang tidak sengaja. Padahal pada kenyataannya Gitta berniat bunuh diri dengan berlari ke tengah jalan.

"Bodoh!" rutuk Maxime dalam hati.

Benar. Sebelum Inggrid dan Caca tahu Gitta mengalami kecelakaan, Aslan sudah lebih dulu tahu kemudian Aslan menghubungi Maxime dan menceritakan kronologinya padanya. Saat itu, Maxime enggan peduli karena baginya Aslan saja sudah lebih dari cukup menemani Gitta. Tapi sialnya setelah Inggrid di beritahu, Inggrid terus meneleponnya dan memintanya segera ke rumah sakit.

Tidak apa-apa. Itung-itung ini adalah bagian dari perannya sebagai seorang suami Gitta yang terlihat peduli padanya. Toh tidak ada salahnya berakting berpura-pura mengkhawatirkannya.

Meski tubuh Gitta terlihat lemah tak berdaya tapi Maxime belum merasa puas. Seperti yang sudah pernah ia katakan bahwa ini baru permulaan. Masih banyak kejutan-kejutan manis lainnya yang belum ia realisasikan. Secepatnya ia akan mewujudkannya dengan bantuan Aslan.

Maxime menghela napas. Entah bagaimana dirinya tanpa Aslan. Aslan sudah mengabdi pada Marcellino, Ayah Maxime selama puluhan tahun lamanya dari Aslan masih remaja hingga Marcellino meninggal dunia. Dan kini Aslan bekerja untuknya.

Bagi Maxime, Aslan bukan hanya sekedar bawahan tapi lebih dari itu. Aslan seperti separuh jiwanya. Tidak ada yang tidak Aslan ketahui tentangnya. Kartu As nya ada di tangan Aslan dan Maxime percaya Aslan setia padanya.

Karena itu Maxime memberikan kendali penuh pada Aslan untuk mengelola perusahaan kecil peninggalan Marcellino di Jakarta. Namun demi merealisasikan rencana ini, Maxime mengambil alih sebentar perusahaan ini untuk membuktikan pada Inggrid dan Gitta bahwa ia berada di Jakarta adalah untuk mengelola perusahaan peninggalan Ayahnya. Ia menyibukkan diri dengan perusahaan Ayahnya sembari menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikan seluruh rencananya pada Gitta. Satu persatu Maxime akan wujudkan sampai ia puas dan sampai Gitta tak memiliki gairah lagi untuk hidup.

SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang