[25] Pria berhati iblis

541 46 5
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Dengan menopang dagu menggunakan kedua tangannya, tatapan mata Maxime tertuju pada layar MacBook dihadapannya. Namun hanya pandangan matanya saja yang tertuju ke sana tapi tidak dengan pikirannya. Maxime teringat pada apa saja yang terjadi malam itu dan juga pada apa yang sudah ia dan Gitta lakukan termasuk dengan alasan kenapa ia menghajar Bara secara membabi buta.

Maxime tak menyangka jika luka yang Bara derita akibat pukulan demi pukulannya malam itu ternyata akan separah ini. Hidung Bara bengkok, tulang pipi Bara ada yang patah yang mengharuskan Bara di rawat secara intensif di rumah sakit. Bahkan keluarga Bara percaya jika Bara terluka akibat kecelakaan sepeda motor.

Malam itu Maxime tak sedikit pun mendengar rintihan kesakitan yang keluar dari bibir Bara selain Bara diam tak melakukan perlawanan. Dan itu menandakan bahwa benar Bara dan Gitta sudah bermain api dibelakangnya.

"Ada perlu apa anda meminta saya datang menemui anda, Tuan Yildirim?"

Maxime terkesiap kala melihat Aslan sudah berdiri tak jauh dari tempatnya berada.

"Bagaimana kabar terkini tentang anak itu? Dan bagaimana respon Gitta setelah tahu selingkuhannya terluka separah ini karena saya?"

Aslan membuang kasar napasnya. Hingga saat ini ia masih tidak yakin jika Gitta dan Bara memiliki hubungan. Ya, Aslan berpikir demikian karena ia tahu bagaimana hubungan yang terjalin antara Gitta dan Bara yang tak lebih dari sekedar teman. Hanya saja saat Aslan mengatakannya, Maxime tetep kekeuh pada instingnya kalau Bara dan Gitta memang memiliki hubungan lebih dari sekedar teman. Buktinya mereka menghabiskan waktu berdua di kamar hotel.

"Aslan, apa saya harus mengulangi pertanyaannya?"

Aslan terkesiap.

"Bara masih menjalani perawatan. Sementara Nona tidak bereaksi apa-apa selain hanya diam."

Maxime memutar kursinya menghadap kaca pembatas berukuran besar yang menampilkan pemandangan gedung-gedung tinggi menjulang.

"Apa dia masih mogok makan?"

"Ya, Tuan Yildirim. Riani tidak melewatkan informasi apa pun kepada saya mengenai apa yang Nona muda lakukan di rumah."

Maxime menghembuskan napas kasarnya. Padahal ini baru permulaan tapi Gitta sudah selemah ini. Hidup tapi seperti tak bernyawa.

 Hidup tapi seperti tak bernyawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang