[15] Rumah kita

313 39 2
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

PLAKK!!

Inggrid merasa pipinya terasa kebas setelah mendapatkan tamparan keras dari Win yang terlihat murka.

"Untung saja Gitta tidak jadi menikah dengan pria ringan tangan, mata keranjang dan tua bangka seperti mu, Win."

"Inggrid!!"

Saat Win akan kembali menamparnya, Inggrid berhasil mendorong Win menjauh darinya.

"Begini balasanmu atas kemurahan hatiku selama ini, huh?!"

"Kau bermurah hati padaku karena ada maunya. Kau menginginkan Gitta, keponakanku."

"Kenapa kau mengkhianatiku Inggrid. Tidak kah kau takut jika aku berhasil mengambil alih seluruh saham dari tangan Jonathan dan dari tangan Chris aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri, huh?!

"Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi."

Bukan Inggrid yang mengatakannya, melainkan Jonathan yang datang bersama Maxime dan Gitta.

"Apa maksudmu, Jo?"

"Kami bekerja sama untuk menjebakmu dan mempermainkanmu, Win."

Win benar-benar tak mengerti apa maksudnya ini?

"Aku tidak memiliki saham itu lagi begitu juga dengan Chris selaku pihak ketiga," tutur Jonathan membuat Win terkejut mendengarnya. Padahal baru tadi sore Jonathan dan Chris mengatakan siap menjual saham yang ada di tangan mereka pada Win yang membuat Win amat sangat percaya diri datang ke pesta ini dengan tujuan memiliki Gitta seutuhnya. Tapi rupanya ia di jebak. Ia sengaja dipermainkan oleh manusia-manusia sialan dihadapannya ini.

"Dan laki-laki sialan itu yang kini memiliki semuanya?!" Win menyimpulkan setelah melihat apa yang terjadi.

"Benar. Dan laki-laki ini lah yang akan menjadi suami Gitta, bukan anda." Maxime menunjuk dirinya sendiri seraya memandang remeh Win.

Win menghampiri Maxime dan ...

"BUGHH!!"

Sudut bibir Maxime mengeluarkan darah segar menandakan saking kerasnya pukulan yang Win layangkan padanya.

Belum sempat Maxime mengelak namun ...

"BUGHH!!"

Win memukul keras perut Maxime.

"Hentikan, Om Win." Gitta berdiri di tengah-tengah antara Win dan Maxime. Gitta khawatir melihat sudut bibir Maxime berdarah. Kemudian Gitta menyeka darah di bibir sudut Maxime dengan ibu jari tangannya.

"Ini baru permulaan!" tunjuk Win dengan amarah menggebu-gebu dalam dada pada Maxime. "Aku akan membalas apa yang sudah kalian lakukan!"

Kemudian Win menjambak sekuat tenaga rambut Gitta yang tergerai hingga Gitta mendongak ke atas langit-langit ruangan itu. Gitta merasa kepalanya begitu perih namun sesaat kemudian Maxime mendorong tubuh Win dengan kekuatan penuh membuat Win terdorong beberapa langkah ke belakang dan jambakan itu terlepas.

SWEET LIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang