>> Happy Reading <<
"Inggrid itu serakah. Inggrid seolah tidak belajar dari pengalaman."
"Saat itu, setelah kedua orang tuanya tiada dan harta warisan jatuh ke tangannya termasuk dengan perusahaan besar yang saat itu sedang dalam masa kejayaannya, Inggrid begitu terlena dengan apa yang ia dapatkan. Inggrid tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik karena ia tak memiliki kemampuan untuk itu. Ia hanyalah anak manja yang bisanya menghambur-hamburkan harta orang tua."
"Dan pada akhirnya perusahaan itu gulung tikar karena terlilit hutang dalam jumlah yang besar. Dan sekarang hal ini terjadi lagi untuk kali kedua pada perusahaan peninggalan Brian yang di kelola olehnya."
"Dulu, memang murni Inggrid gagal karena Inggrid tak bisa mengelolanya dengan baik. Tapi sekarang ini terjadi adalah murni karena kebodohannya."
"Kebodohannya?"
"Ya, kebodohannya menjual empat puluh persen sahamnya pada saya karena Inggrid begitu percaya pada saya. Dulu, Inggrid mengatakan satu-satunya orang yang Inggrid percaya itu adalah saya.
"Uang hasil penjualan saham itu ia gunakan untuk menutupi hutang dalam jumlah besar setelah ia di tipu milyaran rupiah oleh relasi bisnisnya dan ia juga di peras oleh seseorang."
"Diperas oleh siapa?"
"Untuk yang satu itu, Inggrid tak menceritakannya padaku. Dia bilang seseorang itu meminta uang dalam jumlah yang besar. Inggrid tak punya pilihan lain selain memberikannya."
"Untung saja kamu yang datang dan bernegosiasi dengan saya, bukan Inggrid. Jika dia yang datang, saya benar-benar tidak akan menjual saham saya padanya lagi."
"Lantas bagaimana dengan nasib enam puluh persen sahamnya lagi?"
"Inggrid terbiasa dengan gaya hidup mewah membeli aset-aset berharga, barang-barang branded, mengoleksi mobil-mobil mewah dan Inggrid juga hobi melakukan operasi plastik untuk mempercantik dirinya dan ia juga gemar berpesta pora. Ia memiliki perusahaan bukan untuk mengembangkan perusahaan itu menjadi besar lagi melainkan untuk memuaskan dirinya sendiri. Saya sendiri tak mengerti dengan jalan pikirannya."
"Inggrid memang tidak pantas memimpin sebuah perusahaan. Ia harus lebih banyak belajar lagi."
"Bukankah itu wajar dilakukan oleh wanita sosialita seperti dia? Dia banyak uang dan dia bebas melakukan apa pun yang dia mau."
"Ya, benar. Ia bebas melakukan apa pun yang ia mau tapi Inggrid tidak melihat situasi. Saat itu perusahaannya butuh tambahan dana untuk mengembangkan beberapa project yang tengah berjalan tapi Inggrid seolah tak peduli dan malah memangkas beberapa project itu. Alhasil ini berdampak pada semua aspek. Jika saja saya, selaku pemegang empat puluh persen dari perusahaan itu tahu, maka saya akan melarangnya dengan tegas. Saya sangat tidak setuju dengan apa yang Inggrid lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LIES [COMPLETED]
RomanceDalam hidupnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak BRIGITTA INDIRA, akan menikah di usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Semua bermula ketika bisnis keluarganya jatuh ke titik terendah, membuat keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar...