>> Happy Reading <<
Sembari meneguk wine dalam botol di genggaman tangannya, mata Maxime tertuju pada layar iPad yang menampilkan Gitta di dalamnya. Di dalam kamar, Gitta terlihat sedang mondar-mandir entah memikirkan apa. Ini sudah hampir tengah malam tapi gadis itu masih terjaga.
Ya, benar. Seperti ini lah aktivitas yang Maxime lakukan selain sibuk dengan pekerjaannya. Ia memperhatikan Gitta, memantau Gitta dari kamera pengawas yang tersambung ke iPad miliknya yang sengaja ia pasang di tiap sudut kamar Gitta tanpa diketahui oleh Gitta. Hanya bagian kamar mandi saja yang tidak ia pasangi kamera pengawas guna memberikan privasi pada Gitta.
Setelah apa yang terjadi kemarin malam, Maxime juga tahu kalau tadi siang Gitta memecahkan cermin di kamarnya. Maxime tahu segala aktivitas yang Gitta lakukan sehari-harinya di dalam sana.
Jika boleh jujur, sejak awal pertemuannya dengan Gitta tidaklah tidak di sengaja. Ia lah yang merencanakan semuanya. Pertemuannya di kafe, di toko buku kemudian dengan sengaja ia menjatuhkan dompetnya, lalu di supermarket, kemudian juga dengan keenam anak punk yang hampir mendekati Gitta malam itu, semuanya merupakan rencana Maxime dengan tujuan membuat Gitta bisa lebih dekat dengannya. Dan usahanya pun berbuah manis. Gitta percaya tanpa menaruh curiga. Gitta menganggap dirinya tulus.
Saat Maxime akan meneguk wine itu kembali, wine di dalam botol sudah habis. Maxime pun menghubungi Aslan untuk mengambil wine di ruang khusus penyimpanan anggur di lantai bawah.
Terhitung sudah empat hari belakangan ini ia seperti ini. Minum hingga mabuk seorang diri di kamarnya seolah sengaja ingin mengenyahkan apa yang ada di dalam isi kepalanya.
"Bukankah ini yang anda inginkan?"
"Nona menderita. Nona membenci anda. Anda terlihat buruk dan bajingan di matanya. Nona hidup tapi seperti tak bernyawa. Anda sudah berhasil. Bukankah seharusnya anda senang, Tuan Yildirim?"
Ya, ia senang. Ia bahagia Gitta menderita namun sialnya, di hati terdalamnya justru ia tak merasakan itu. Ia bimbang. Ia ragu untuk kembali melanjutkan pembalasan dendamnya pada Gitta. Baru permulaan saja Gitta sudah serapuh ini bahkan Gitta berniat mengakhiri hidupnya sendiri lantas bagaimana jika Maxime melakukan hal yang lebih parah dari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LIES [COMPLETED]
RomanceDalam hidupnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak BRIGITTA INDIRA, akan menikah di usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Semua bermula ketika bisnis keluarganya jatuh ke titik terendah, membuat keluarganya terlilit hutang dalam jumlah besar...