Bjorka side story 3

320 49 13
                                    

Jin sedang melepas kemeja ditubuhnya saat ponsel ditangannya berpendar. Dia lupa mematikan ponselnya. Biasanya dia akan mematikan ponsel kalau tak ingin diganggu siapapun lagi. Bukan kebiasaan Jin mengabaikan panggilan atau pesan dari seseorang. Jadi lebih baik dia mematikan ponselnya ketika ingin istirahat tanpa diganggu siapapun.

Namun entah mengapa dia tergerak membuka ponsel dan melihat seseorang mengirimkan pesan.

Hobbie ??

Dengan cepat pria itu membuka pesan dan melihat satu foto seseorang yang sangat dikenalnya.

Dadanya langsung berdegup kencang ketika melihat foto pemuda yang duduk diatas karpet, dengan bertelanjang kaki, memakai kemeja berwarna lembut, berkacamata dan memegang gelas minuman ditangannya. Tampak sangat kesepian.

***

Dengan sempoyongan Hobbie membuka pintu dan melihat sosok pria yang tak disangkanya akan berada di depan apartemennya.

"J-Jin ssi ??"

"Ya. Bjorka disini ??"

"B-Bjorka ?? Ah... Namjoon ?? Ya dia di...di...aduh dimana tadi aku membawanya?? Ah ya dia mabuk....aku juga hehee...dia di...disana...."

Tanpa menunggu lagi, Jin masuk dan mengikuti arahan tangan Hobbie pada satu kamar yang setengah terbuka.

"Jin ssi....temanku mabuk.... jadi jangan diapa-apakan...okay ??? Aku mau tidur.... bye"

Hobbie hanya mengatakan semua itu pada pintu yang tertutup karena yang diajaknya berbicara sudah tak mendengar apa yang dikatakannya.

Sementara Jin terpaku pada sosok tubuh besar yang tergeletak diatas ranjang salah satu kamar apartemen Hobbie.

Kacamataya tergeletak sembarangan disamping tubuhnya. Wajahnya tak begitu jelas terlihat karena penerangan kamar yang temaram. Rupanya Hobbie yang sedang mabuk masih sempat mengganti lampu kamar untuk kenyamanan sahabatnya tidur.

Dengan pelan pria itu duduk disamping tubuh Namjoon, mengambil kaca mata dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.

Dengan lembut pria itu membalik tubuh Namjoon agar tak miring, untuk melihat wajahnya dengan jelas.

Pemuda itu mendesah saat tubuhnya dihadapkan keatas. Dan Jin begitu terpaku pada wajah yang sudah setengah tahunan tak pernah dilihatnya. Tak berbicara. Karena sosok yang tergeletak ini memblokir dirinya. Dan media sosialnya juga menghilang karena di non aktifkan.

Jin merasa saat itu dunia seperti berhenti, tak melihat Namjoon dalam bentuk apapun membuatnya seperti sedang dipenjara sendirian dibawah tanah tanpa cahaya. Hidupnya terasa kosong melompong dan tak berarti.

Berhari-hari ia habiskan waktu di kamarnya, dirumah dimana ia pernah tinggal dengan Namjoon. Menonton series yang diperankan nya bersama pemuda itu. Dan ternyata itu juga menyakitkan. Semakin menyakitkan.

Ia tak ingin berakhir berjauhan, tak berhubungan bahkan tak tahu kabar masing-masing.

Ia tahu bahwa saat itu Jin kehilangan separuh jiwanya karena Namjoon, pemuda pendiam dan sederhana yang menerima dengan lapang dada apapun yang menjadi keputusan Jin. Dan dengan tegar ia melepas kepergian Jin dan hari itu menjadi pertemuan terakhir mereka.

Pemuda yang tergeletak tak berdaya dan sedang mabuk didepannya ini adalah satu-satunya orang yang telah membuatnya tahu rasanya arti kehilangan yang sebenarnya.

Jin juga bertanya-tanya apakah ini namanya jatuh cinta ??

Jatuh cinta ??

Dengan gemetar, Jin mendekatkan dirinya untuk melihat pemuda yang sangat dirindukannya  itu. Dia senang karena dia tampak sehat seperti biasanya. Wajahnya yang tampan tampak bertambah coklat dan sehat karena matahari Italia. Rahangnya yang kokoh dan tampak sangat laki-laki bertambah kokoh seiring waktu. Di mata Jin, dia berlahan menjadi pria. Benar-benar pria. Tak ada lagi tersisa pipi bayi disana. Rupanya 6 bulan bisa merubahnya begitu banyak. Tak ada tersisa wajah pemuda yang dengan ragu mendekati nya sambil membawa lukisan ditangannya.

Telapak tangan Jin meraba berlahan alis tebal yang bertengger kuat diatas mata naga yang kini terpejam rapat.

"Hobbie...."

Tiba-tiba saja pemuda itu memegang tangan jin yang berada diatas wajah nya.

"Baby...."

Jawab Jin dengan berbisik sambil mendekatkan tubuhnya pada Namjoon diatas ranjang.

"Hobbie....kau tahu.....kau tahu kenapa...aku tiba-tiba pulang ?? Hah kamu...mau tahu ??"

Jin hendak menjawab dan mengatakan bahwa ini dirinya, bukan Hobbie temannya. Tapi demi mendengar kalimat yang keluar dari bibir menggemaskan itu maka dia diam dan memutuskan mendengarkan.

"Aku....langsung berlari...pulang...ketika ia memanggil namaku....hahahah....kau tahu kenapa ?? Itu karena...itu karena teman mu ini bodoh tak tertolong....hahahaha...karena apa ?? Karena ia kuletakkan terlalu jauh didalam hatiku...."

Jin langsung memegang kedua tangan Namjoon ketika pemuda itu mulai memukul-mukul dadanya.

Jin tahu dada pemuda itu akan sakit besok pagi karena terlalu keras dipukul tapi dadanya sendiri langsung sakit saat ini juga.

"Baby...jangan pukul dadamu"

Bisik Jin merangkum tubuh hangat dan berbau alkohol dibawahnya.

"Aku sudah bersumpah...kau tahu...aku sudah bersumpah akan mencintainya dengan cara berbeda. Kau tahu....cinta....yang seperti di drama...tak saling memiliki....tapi saling mencintai ??hahaha...itu ternyata bullshit !! Aku tak bisa jika tak menyentuhnya, aku tak bisa jika tak menciumnya...aku harus memeluknya, mencium nya, memujanya dengan tubuhku....memberi keseluruhan diriku...."

"Baby.....sudah...."

Air mata Jin sudah tak terbendung lagi, ternyata apa yang dirasakan nya selama ini sama dengan yang dirasakan Namjoon nya. Bjorka nya.

"Kenapa....kau muak mendengar nya ?? Hahaha...bro jangan jatuh cinta seperti aku...ini sakit...sumpah...!!"

Dan tubuh pemuda itu menggelinjang, memutar tubuhnya hingga ia berbaring miring memunggungi Jin.

"Baby...aku disini....Hyung bersamamu..."

Jin membelai rambut cepak itu dan membelai wajah yang sangat dirindukannya tapi pemuda itu sudah terpejam kembali. Tertidur.

Jin mengusap matanya dan pipi Namjoon yang basah karena air matanya yang terjatuh disana.

Lalu Jin ikut merebahkan dirinya dibelakang punggung Namjoon, memeluk tubuh pemuda itu erat.

Dia rindu, sangat rindu.

Dengan sikunya Jin bangun dan mengecup pipi, dahi dan leher Namjoon dengan perlahan. Ia sadar bisa jadi besok ketika pemuda ini tersadar, jangankan memeluk, bisa jadi melihatnya pun tak akan sudi. Karena faktanya pemuda itu telah memutus segala bentuk komunikasi dengannya.

"Baby...Hyung masih milikmu, kau milik Hyung. Bukan milik yang lain"

Tapi bisikan itu tak berpengaruh, dia tetap tertidur dan tak pernah menyadari bahwa seseorang yang sedang dibicarakannya ada bersamanya, berurai air mata dan merindu. Tapi hanya bisa mencium dan meremas tubuh yang saat sama sekali tak mengenalinya. Membaui bau tubuh yang begitu sangat digilainya.

                                        *****
  
       

BjorkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang