33 - Hospital

440 34 0
                                    

"Sam!" "Vir". Teriak Mon dan mbak Anin saat melihat suami mereka tak sadarkan diri dengan banyak luka.

" Kath" "Ata" Mereka kembali berteriak melihat keberadaan anak mereka terikat di kursi dan langsung membebaskan mereka.

Mereka khawatir dan langsung membawa anak mereka masing-masing terlebih Mon karena melihat leher anaknya terluka. Sedangkan mereka tetap menghawatirkan suami mereka yang kini di tangani oleh tenaga medis yang telah dipanggil.

Kini mereka pergi kerumah sakit dengan dua mobil ambulance. Satu mobil terdapat Sam dengan penuh darah terutama di bagian kepalanya yang terbaring di Strecher ambulance bersama Mon dan Kath yang sambil mendapatkan pengobatan berjalan. Sedangkan di ambulance lain terbaring Pak Virga bersama mbak Anin dan Ata yang menemani. Dua ambulance bersamaan menuju rumah sakit yang sama (SVSV)

Sedangkan masih ada tiga ambulance lain dari rumah sakit berbeda (NNNNN) untuk membawa Non dan dua orang suruhannya agar tidak berada dekat dengan keluarga Pranata atas perintah daddy langsung yang kini juga mengetahui bahwa Non dalang dibalik penculikan ini.

Kini di rumah sakit SVSV semua orang tampak khawatir menunggu hasil pengobatan Sam dan Pak Virga. Dokter keluar lebih dulu memberitahu keadaan Pak Virga.

"Dok, bagaimana suami saya?" Tanya mbak Anin khawatir.

"Pak Virga, saat ini sudah kami pindahkan ke ruang rawat. Keadaannya kini sudah dalam keadaan baik tetapi masih dalam pengawasan kami. Karena terdapat beberapa lebam hantam benda tumpul di bagian dada dan luka dibagian lainnya. Tapi semua dalam kondisi baik untuk saat ini" Jelas dokter membuat mbak Anin sedikit lega.

"Terus suami saya bagaimana dokter?" Tidak bagi Mon yang kini bertanya pada dokter menghawatirkan kondisi Sam.

"mohon maaf untuk pasien satunya karena mengalami benturan keras yang sebabkan pendarahan hebat dikepalanya, untuk itu kami masih mengusahakan dengan sebaik mungkin. Jadi saya ijin untuk kembali lagi ke dalam" Ucapan dokter itu seketika membuat Mon lemas.

Hampir satu jam berlalu kini dokter kembali keluar dari ruang operasi. Semua yang melihat langsung merapat untuk menanyakan kondisi Sam.

"Untuk saat ini pasien baru saja kami pindahkan ke ruang perawatan intensif. Jadi sementara pasien belum bisa di jenguk. Kondisi pasien saat ini masih dalam keadaan kritis tapi pendarahan di otaknya berhasil di atasi. Hanya saja kami tidak tau bagaimana keadaan lebih lanjutnya sebelum pasien itu sendiri sadar. Hanya itu yang bisa saya beritahu saat ini semoga Tuhan selalu menjaganya" Ucapan dokter itu lagi-lagi membuat semua orang lemas terlebih Mon.

"Hikss, mom dad, entah kenapa aku takut sesuatu terjadi pada Sam nanti" Ucap Mon karena tiba-tiba teringat sesuatu.

"Apa maksudmu nak? Sam pasti kuat bisa melewati ini" Mommy mencoba menenangkan.

"Aku tau itu. Tapi aku menghawatirkan hal lain" Mon.

"Apa itu nak?" Tanya mommy.

"Kalian ingat Sam pernah mengalami benturan di kepalanya, hiks..kata dokter waktu itu tidaklah buruk. Tapi tidak menutup kemungkinan jika kembali terkena benturan lagi dia akan amnesia. Hikss..Dia akan melupakannku dan Kath" Ucap Mon sambil menangis.

"Sudah sudah kau tak usah pikirkan itu dulu yang terpenting kita berdoa semoga Sam bisa melewati inis semua". Ucap daddy.

Satu hari berlalu sejak kejadian malam itu, kini Mon tetap setia menunggu menjaga Sam di depan ruang rawatnya. Sedang di kamar rawat lain tampak Pak Virga yang baru saja siuman.

"Eughh Aww... " Rintih Pak Virga mencoba bangun.

"Mas, udah sadar. Tunggu jangan bergerak biar aku panggil dokter dulu" Ucap Mbak Anin.

RENJANA : AKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang