BONUS (THE FACTS)

642 48 3
                                    

POV MAKAM

Pada sore hari tampak seorang pria dengan pakaiannya yang serba hitam berjalan di are komplek pemakaman. Orang itu juga memakai kacamata hitam dengan buket bunga yang dia bawa di tangan kirinya.

Orang itu terus berjalan melewati begitu banyak makam yang berjajar sampai pada satu makam tepat di bawah pohon yang rindang orang itu menghentikan langkahnya.

Kini orang itu perlahan menekuk lututnya dan berjongkok tepat disamping pusara makam tersebut. Orang itu meletakkan buket bunga yang dia bawa di atas makam dan mulai berbicara seakan dia berbicara dengan orang yang dimakamkan di dalam sana.

"Hai, bagaimana kabarmu? Kuharap kau masih tetap dalam masa hukuman mu. Karena semua yang kau perbuat di dunia ini dulu sangatlah jahat, tidak tidak kejam maksudku. Kau begitu kejam menghancurkan kehidupan orang lain dan juga keluarganya bahkan aku sampai tak habis pikir apa motif mu di balik semua perbuatan kejam mu itu. Kau tau itu semua menyakiti ku".

".........."

"Sampai kau tega menjabak diriku atas perbuatan yang tidak ku lakukan. Begitu benci kah dirimu padaku? Sampai atas perbuatan mu itu menyudutkanku atas kesalahan yang sebenarnya tak ku berbuat dan aku menjalani hukuman selama sepuluh tahun dimana seharusnya aku tidak mendapatkan hukuman itu"

".........."

"Kau tau itulah yang membuatku merasa begitu benci padamu tapi apa daya aku tak bisa melupakan kebencianku ketika kau sendiri sudah mati. Satu hal lagi yang paling menyakitkan dan membuatku begitu tidak tenang, merasa bersalah adalah ketika semua orang benar melihatku sebagai pembunuh, kau tau apa itu? Itu adalah saat dimana putriku sendiri juga percaya kalau aku adalah pembunuh dan dia bahkan menjauh dariku bahkan setelah aku bebes dari hukuman itu"

".........."

Ditengah orang itu berbicara seorang wanita juga datang ke makam itu dan posisinya berdiri dihadapan pria yang lebih dulu sampai. Pria itu tau kehadiran si wanita dan tetap fokus melanjutkan perkataannya.

"Tapi di sini aku akan mengatakan dan menegaskan satu hal yang perlu kau tau. Bahwa sekarang aku sudah bisa tenang karena semua orang terutama putriku kini sudah kembali dan tetap setia bersamaku. Dan itu sudah menyembuhkan rasa sakit tersakit dalam diriku. Jadi kini aku lebih tenang dalam menjalani hidup karena yang terpenting kau sudab tak ada lagi di dunia ini untuk mengusik ku dan keluargaku" Tak lama pria itu berdiri dan menatap wanita didepannya dengan keadaan saling memakai kacamata hitam.

"Jadi bagaimana kabarmu dan keluarga mu?" Tanya si wanita.

"Kenapa masih bertanya ketika kau sudah tau sendiri apa jawabannya" Jawab datar pria itu.

"Baiklah. Langsung ke intinya saja. Aku hanya akan berpamitan denganmu dan tak akan lagi mengganggu dirimu juga keluarga yang kau sayangi itu"

"Memang kemana kau akan pergi Na? " Tanya pria itu.

"Sepertinya ke Eropa bukankah itu sudah cukup jauh? Atau perlu aku pergi lebih jauh dengan tak lagi berada didunia ini agar kau lebih tenang? " Perkataan si wanita membuat si pria melepas kacamata hitamnya.

"Aku tidak sekejam dia. Tapi ku harap perkataan dan perbuatan mu kali ini bisa dipercaya"

"Kau tenang saja Sam kali ini aku bersungguh-sungguh kau tak perlu khwatir"

"Baguslah, karena ini kesempatan terakhir mu Na"

"Kau masih memanggilku dengan nama itu? "

"Iya, karena nama itu terlalu sering melekat di kepala ku saat kau sering berkunjung ke lapas untuk membuatku mengingat beberapa hal dan meyakinkan diriku untuk beberapa hal juga. Nama Nana lebih familiar daripada Reina. Tapi nama tidak penting sekarang. Karena aku juga mau berterima kasih karena atas dirimu juga aku bisa menjalani hidupku dengan sebuah rasa lega terhadap suatu hal dimana hal itu cukup anatara kita yang tau. Dan kuharap kau tak memberi tau fakta itu pada keluarga ku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENJANA : AKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang