BAB:11 Sisi lain si cello

141 14 0
                                    

Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....

Happy Reading~
.

.

.
Cello tertawa puas melihat abang kembarnya yang tengah di marahi daddynya, namun seketika pandangan cello mengarah kearah Alan dan deon yang baru saja datang, "Abang!" pekik cello yang membuat atensi mereka mengarah ke Alan dan deon.

Namun Alan hanya acuh saja ketika pandang mereka mengarah kearahnya, deon langsung menarik Alan untuk duduk bersebelahan dengannya, Alan sedikit heran kenapa deon menariknya untuk duduk disebelahnya yang agak jauh dari mereka, padahal masih banyak kursi yang tersisa di dekat mereka.

Kini makanan sudah tersaji di atas meja makan, namun alan hanya menatap makanan itu, tanpa sadar alan mengeraskan rahangnya melihat menu makan malam yang tersaji di hadapannya.

'Anying, kenapa menu makan malamnya makanan laut semua sih! Gue kan alergi makanan laut dalam bentuk apa pun itu, ni keknya si pak tua sialan mau bunuh gue secara perlahan deh, makanya menu makan malam isinya semuanya ikan!'

"Alan, kenapa gak di makan makanannya? Makanannya gak enak ya? Atau mau makan yang lain?" tanya deon kepada Alan.

"Gak gitu bang, cuma gue al-" ucapan Alan terpotong di kala serlo berucap,
" dasar anak tidak tau diri, masih untung kau di kasih makan, cepat makan makananmu!" ucap serlo dengan nada membentak.

Alan tidak tahan lagi, ia rasanya ingin pergi saja dari rumah ini, disini Alan selalu merasa tersiksa setiap detiknya, Alan bangkit dari kursi dan beralih menuju tangga tempat kamarnya berada, namun ketika Alan ingin melangkahi anak tangga ketiga, suara serlo langsung menghentikan langkah Alan.

"Behenti! Apa amnesia menyebabkan kau lupa tata krama, alan?" ucap serlo tajam, yang dimana ucapan serlo membuat alan terkekeh.

'Hooh, gampang ini mah, bisa gue jawab dengan mudah ye kan?' batin alan.

"Tapi aku al-"

"Apa? Kamu tidak menghargai makanan yang sudah di sajikan di depan matamu? Daddy tidak pernah mengajarkanmu untuk memilih-milih makanan, jadi, kembali ke kursimu!" potong serlo, amarah Alan langsung mencuat begitu saja.

'hahaha, oh jadi si pak tua sialan ini udah nganggep pemilik tubuh ini sebagai anaknya Sekarang? Haha, mudah sekali ucapannya itu' tawa Alan dalam hati.

"Apakah kau terlalu memperhatikan anak pungut itu yang kau anggap sebagai anak kandungmu sendiri, sehingga kau tidak mengetahui jika aku yang tak kau anggap anak kandung mu alergi terhadap makanan laut?" sarkas Alan sambil tersenyum remeh, sementara serlo hanya tampak diam tanpa memperlihatkan perubahan ekspresi.

Suasana di Meja makan itu hening, apa lagi wajah deon yang terlihat penuh dengan rasa bersalah kerna tidak mengetahui jika adiknya ini ternyata alergi makanan laut.

"Abang kok ngomong gitu ke daddy?" ucap cello dengan nada yang di imut-imut kan.

"Jadi maksud lo? Gue harus ngomong kek gimana? Ngomong dengan nada lembut kayak banci yang nadanya kek lo gitu? Heh!, yang ada kalo gue lembut kek dulu, lo semua bakalan semakin nyiksa gue" Balas alan dengan nada mengejek.

"Abang kok jadi ngomong gitu ke cello?" ucap cello dengan mata berkaca-kaca, yang membuat keempat pawang cello yaitu serlo, eden, relan, reza, menatap tajam dan dingin.

'Heh, apa kalian pikir gue bakalan takut dengan tatap itu, oh ayolah marahnya ayah velen bahkan lebih serem ketika stok kesabarannya sudah mulai menipis'
Ucapnya dalam Batin.

"Alan! Minta maaf sekarang juga!" ucap serlo dengan nada tegas, "kenapa gue harus minta maaf, memang apa salah gue" ucap Alan.

"ALAN!" sentak serlo emosi.

"GAK USAH TERIAK, PECAH GENDANG TELINGA GUE" geram alan, alan tidak ingin berlama-lama lagi diruangan itu, dan alan akhirnya mulai berlari menuju kamarnya di lantai 3 meninggal mereka di ruang makan itu.

🌸

Sampai di kamar vino, Alan mendudukkan dirinya di kursi belajar, "gue gak betah disini, gue pengen pulang, gue pengen kembali ke orang tua gue" ucap Alan dengan mata yang berkaca-kaca.

Kini Alan sudah merasakan betapa sakitnya jadi seorang Melvino yang selalu di benci di cacimaki, di sudut kan, selalu di kambing hitamkan, seolah di mata mereka vino lah yang akan selalu salah.

Dan mungkin Alan tadi tidak salah lihat cello yang tampak tersenyum senang melihat Alan yang dibentak oleh serlo, sungguh Alan tidak menyangka jika seorang anak yang di pungut di sebuah panti asuhan, ternyata memiliki sifat yang licik dan jahat, namun yang membuat Alan bingung adalah apa sebenarnya tujuan cello datang ke keluarga bramantya?.

Hah Alan tidak ingin memikirkannya sekarang, ia hanya ingin mengistirahatkan pikirannya sekarang, namun perutnya sekarang terasa lapar kembali, Alan saja tadi tidak memakan makananya karna Alan yang alergi.

Pasti karna si cello sialan itu yang meminta semua hidangan makan malam isinya makanan laut semua, sehingga Alan tidak dapat makan, malah mendapatkan amukan dari para pawangnya cello, sungguh licik.

Namun apa yang bisa Alan lakukan sekarang, Alan hanya bisa menahan laparnya sambil melihat keluar jendela yang sekarang sedang turun hujan lebat di sana, namun suasana sangat nyaman dan sejuk. Alan rasanya ingin kembali lagi kemasa itu.

Alan langsung teringat kembali ketika ia masih tinggal di raganya, Alan dulu sangat suka menatap hujan dari jendela kamarnya sambil meminum secangkir coklat panas, ditemani melodi musik dan rintihan hujan yang mengalun-aluni senada dengan melodi yang diputar, Alan rasanya ingin kembali lagi kemasa-masa itu.

"Alan..."
.

.

.

.

.

.
TBC.
Gimana-gimana? Masih kurang Alan yang di bentar oleh si serlo, mau yang lebih ekstrim lagi, ato mau Alan yang di siksa? Tenang akan vira buat kok, tapi sabar ya gess, nunggu vira good mode dulu okey👌babay👋

LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang