Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....
Happy Reading~
..
.
Dan sayangnya, karna Alan sempat membantu Bima di tengah perjalanan, Alan jadi melupakan janjinya untuk segera pulang sebelum larut malam, dan kini sudah larut malam, namun alan berpikir mungkin saja deon kini sudah tidur, tapi Alan tidak ingin mengambil resiko, bisa-bisa bukannya deon tidur, malah terjaga sepanjang malam menunggu Alan yang tak kunjung pulang.Sementara Penjagaan di mansion akhir-akhir ini sering di ketatkan, guna menjaga dan melindungi anggota keluarga bramantya dari segala serangan yang tak terduga terjadi, sampai-sampai Alan menjadi sedikit kesulitan untuk memikirkan cara untuk masuk ke sana dengan mudah.
lihatlah Alan yang masih setia di luar pagar mansion, bersembunyi sambil terus mengintip dari cela lubang berukuran kecil yang ada pada pagar tersebut, "Buset! Ketat amat penjagaannya, udah kayak rumah presiden aja cokk!" cerocos Alan dari balik pagar
Sedang asik mengintip tiba-tiba sebuah ide brilian terlintas di pikiran alan, namun, alan rasa ide ini tidak akan berhasil dengan mudah.
Alan langsung mengambil sebuah batu dengan ukuran sedang yang berada di dekat pagar, kemudian melemparkannya dengan sekuat tenang ke arah semak-semak yang terlihat cukup jauh, sehingga menimbulkan suara yang cukup bisa di dengar oleh para bodyguard itu.
Tak berselang lama para bodyguard itu terkecoh dengan suara yang Alan buat, dan tak lama kemudian para bodyguard itu meninggalkan area penjagaan untuk mengecek situasi di sana, sementara kini Alan terlihat senang dengan senyum yang terukir di bibirnya, Karna idenya terlihat berjalan dengan mulus.
'Ini kesempatan gue buat masuk, ayo al, lo pasti bisa!' Batin Alan menyemangati, tampa berlama-lama lagi Alan dengan lihainya langsung memanjat pagar mansion yang tak terlalu tinggi, mari kita berdoa agar bagian celana alan tidak robek.
Di saat alan sudah hampir sampai di bawah tiba-tiba kaki alan terlepas dari pijakannya kemudian alan terjatuh dari pagar tersebut, namun kali ini bukan kakinya yang duluan terjatuh kebawah, melainkan pantatnya, yeah, untung masih selamat, cuma nyeri doang
"AKH! Shitt~" teriak Alan di kala merasakan sakit.
Sadar dengan teriakanya yang begitu keras alan segera menutup mulutnya dengan erat, karna bisa saja ada yang mendengar suara teriakannya tersebut, "aduh, bawah gue nyeri cok, kaya di tusuk jarum sumpah, mana sakitnya ga tanggung-tanggung lagi" gerutu alan sembari bangkit dari jatuhnya entah pada siapa.
Kemudian alan perlahan berjalan sambil mengendap-endap, tujuannya sekarang adalah untuk menemukan balkon jendela kamarnya yang tepat langsung mengarahkan ke dalam kamarnya tersebut.
Tak berselang lama Alan pun menemukan di mana keberadaan kamarnya, Alan tersenyum senang, tampa berlama-lama lagi Alan berniat untuk memanjat lagi menggunakan pohon mangga yang kebetulan tinggi menjulang ke atas, berada dekat dengan balkon kamarnya.
Di saat Alan ingin memanjat, Alan melihat sekilas ke arah jendela, dan apa ini? pintu jendelanya terkunci? Siapa yang menguncinya? Seingat Alan dia tidak pernah mengunci pintu jendela, hanya mengeser jendela itu untuk menutupnya saja.
'Waduh! Sekarang gue harus gimana lagi dong? Masa gue harus lewat pintu utama sih?" tanya Alan dalam batinnya 'Terpaksa deh, mau gimana lagi?' vino tiba-tiba saja datang dalam pikiran Alan dan menyanggupi pertanyaannya, 'aelah, nyusain aja raga lo ini' gerutuh Alan dalam batinnya, yang malah di dengar vino 'eh, yang ada jiwa kak Alan yang nyusain ya, enak aja raga vino mau di salain' 'iya bawel lu gitu aja sewot' ucap Alan dalam batinnya, vino hanya tampak diam sambil terlihat memicingkan matanya.
Alan dengan langkah perlahan dan hati-hati beralih menuju pintu utama, takut menimbulkan suara yang bisa di dengar oleh para penjaga nantinya, setelah sampai di pintu utama Alan langsung membuka pintu itu secara perlahan, dan kebetulan sekali pintu utama tidak di kunci, tunggu! seperti ada yang tidak beres?
Alan masuk dan kemudian menutup pintu secara perlahan, didalam mansion tampak suasana yang begitu gelap dengan cahaya penerangan yang minim, karna semua lampu yang di matikan, namun itu membuat Alan tidak sulit untuk menemukan di mana keberadaan kamarnya.
Alan pun bergegas menuju tangga yang mengarah lansung ke kamarnya, namun baru hendak melangkahkan kakinya ke atas tangga, tiba-tiba semua lampu di mansion itu menyala entah siapa yang menyalakannya, dibarengi dengan itu, sebuah suara barito yang datang dari ruang tamu yang langsung menghentikan langkah alan, dan memalingkan pandangannya ke arah orang tersebut.
"Berhenti di sana!" ujar seseorang itu dengan suara lantang dan keras yang kini tengah duduk di sofa ruang tamu sembari menyilangkan kedua tangan dan kakinya, menatap ke arah alan dengan tatapan maut yang mengerikan, "masih berani untuk pulang kerumah hmm? Apa kau tau jam berapa sekarang?" tanya serlo dengan raut wajah merah padam menahan amarah yang sewaktu-waktu akan lepas landas.
Alan hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan serlo, itu membuat serlo jadi kesal, karna seumur hidupnya tidak perna melihat siapapun berani untuk tidak menjawab pertanyaannya, namun anaknya satu ini sangat berbeda, itu sangat membuat serlo jadi darah tinggi.
"MELVINO ALAN BRAMANTYA!" ujar serlo dengan nada keras sehingga menggema di seluruh ruangan, dan mungkin saja dapat membangunkan sebagian orang yang ada di mansion itu.
"Apa pedulimu?-"
..
.
.
.
.
TBC.
Silakan di vote dan komen cerita nya😄
Yeayyyy!!! Akhirnya setelah sekian lama bertapa Udah mau masuk konflik aja nih, moga makin banyak yang baca ya😄
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]
RomanceSeorang pemuda SMA Bernama Alan Wirat Majaya yang harus memperjuangkan cintanya demi seorang teman laki lakinya lintang bagas kara yang tidak mau menerima cinta alan, sampai akhirnya alan berniat untuk mengakhiri hidupnya karna sudah menyerah pada c...