Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....
Happy Reading~
..
.
"Al, lo serius leher lo itu emang ga papa?
Atau mau ke UKS aja biar di priksa? Takutnya leher lo itu bukannya pegel malah patah leher lagi" tanya devan kawatir aksen pun jadi ikut kawatir, "ga usah, leher gue ga Kenapa-napa kok, lagian kita juga udah mau nyampe kelas nih, tanggung kalo harus ke UKS sekarang bisa-bisa ntar bel lagi, udah ayo buruan kaki gue udah pegel nih" ucap alan yang langsung mendapatkan anggukan dari keduanya, mereka pun melanjutkan berjalan ke kelas X mipa 4 dengan hikmat sambil menunggu bel tanda jam pelajaran di mulai.🌸
"Alan di mana sekarang? Kenapa jam sigini belum pulang? Dan kenapa baru sekarang ngangkat terfon abang?" Rentetan pertanyaan dari deon diseberang telfon membuat alan jadi mengabaikan nasi padang yang ada di depannya dan fokus berbicara dengan
Deon melalui ponselnya."Sabar dong bang, Satu-satu nanyanya, emang alan mbah Google apa bisa jawab pertanyaan dengan cepet gitu? Pelan-pelan nanyanya, napas dulu" balas Alan pada deon yang tengah kawatir dengan keadaan Alan.
Gimana deon gak kawatir coba? Jika Alan saja belum juga pulang ke mansion sampai jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, di tambah dengan Alan yang baru bisa di hubungi sekarang setelah puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari deon.
Tentu membuat deon benar-benar mengkhawatirkan adik kesayangan nya itu, bahkan deon sempat panik dikala mengetahui jika Alan tak ada di mansion sejak ia pulang tadi.
"Jawab pertanyaan abang Alan!" Ucap deon seperti sebuah nada perintah.
"I-iya Al Jawa" ucap Alan dan mencoba mengingat pertanyaan yang deon berikan padanya.
"Pertama Alan sekarang ada di warung kaki lima yang jaraknya berada gak jauh dari mansion, kedua alasan kenapa Alan belum pulang itu karna sekarang Alan mau makan nasi padang dulu, dan terakhir alasan kenapa alan baru angkat telfon abang, itu karna ponsel alan baterainya habis dan baru keisi sekarang, udah Al jawab semua kan bang?" Deon terdengar menghela nafas di seberang panggilan.
"Satu lagi kenapa gak langsung pulang sehabis sekolah?"
Alan terdiam dan berusaha untuk mencari alasan yang sekiranya bisa membuat Deon tidak akan marah dan menghukumnya saat ia pulang nanti.
"Umm, anu...itu karna Alan tadi kan laper, jadi makan dulu, abang ga usah kawatirin Alan, bentar lagi Al pulang kok" jawab Alan berbohong, mana mau Alan menghabiskan waktunya hanya untuk pulang kembali ke mansion bramantya yang terlihat seperti neraka itu, apalagi harus melihat wajah-wajah menyebalkan mereka rasanya Alan ingin mati, Buang-buang waktu aja tau gak! Mendingan Alan pergi ke warnet dan bermain game sepuasnya sehingga dia bisa melewatkan jam makan malam lagi bersama keluarganya itu.
Tapi gak mungkin Alan dengan bar-bar mengatakan semua itu pada Deon karna bisa-bisa nanti Alan langsung di ruqiyah lagi.
Jadi jalan terbaik satu-satunya adalah dengan berbohong mengatakan jika ia sedang lapar dan ingin makan sebentar, berdoa saja agar Deon mempercayai apa yang baru saja di katakan nya, karna sungguh Alan sebenarnya tak terlalu pandai untuk berbohong.
"Adek yakin? Gak bohong kan?" Tanya Deon tiba-tiba, seperti sedang merasakan kalau saat ini Alan tengah membohonginya, "I-iya, Alan gak bohong kok" jawab Alan sedikit gugup karna mendapatkan pertanyaan spontan dari Deon.
"Yaudah, cepet pulang, jangan kemana-mana lagi" ucap Deon sebelum ia mematikan sambungan telfon setelah Alan mengatakan 'iya'.
Selesai mengurus Deon, alanpun kembali memakan nasi padang miliknya yang sudah hampir dingin itu.
🌸
Di perjalanan pulang ke mansion alan terlihat sedang berjalan kaki di samping trotoar, sesekali ia akan menghirup udara segar di malam hari, sangat segar, sejuk dan nyaman, tak seperti hidupnya yang selalu penuh dengan masalah dan tekanan batin, Alan lelah seandainya keajaiban itu benar-benar ada, ia ingin sekali saja meminta agar nasibnya di rubah, tapi sayangnya itu tak akan mungkin terjadi karna Alan hanya manusia biasa, dan keajaiban itu tidak akan pernah ada walaupun Alan memintanya dengan sekuat tenaga.
Di saat Alan sedang asik berjalan sambil menikmati suasana malam, tiba-tiba sebuah motor yang melaju dengan kecepatan tinggi datang dari arah depan trotoar, tiba-tiba hilang kendali dan menabrak pembatas jalan, Alan yang melihat kejadian itu syok dan hampir saja terkena serangan jantung.
"Anjin*g ada tabrakan cok! gue kira tu motor mau nabrak gue tadi, soalnya jaraknya hampir dekat banget" ucap Alan kaget, "aduh, bantuin gak ya? Tapi kalo gue bantuin gue dikira yang udah nyelakain tu orang lagi, tapi kalo gue ga bantu tu orang bakalan sekarat lagi, yaudalah bantuin aja, itung-itung amal" gerutuh Alan, kemudian segera menuju tempat tabrakan itu terjadi.
Perlahan Alan mulai mendekati seorang pengendara yang terlihat sedang terkapar lemas di atas trotoar, "Eh, lo belom matikan? Soalnya gue gak mau nolongin mayat!" Ucap alan pada pengendara motor itu yang sepertinya masih terlihat sadarkan diri, namun tak bisa menanggapi perkataan alan karna kondisinya saat ini yang terlihat lemas, bahkan tak sanggup untuk berbicara.
Karna tak mendapatkan tanggapan dari pengendara itu, alan dengan inisiatif dan kekuatannya, berusaha untuk mengangkat dan membawa pengendara itu ke tempat halte bus yang kebetulan tak terlalu jauh dari tempat kejadian.
..
.
.
.
.
TBC.
Hayo lo, penasaran ya sama pengendara yang di tolong alan itu siapa? Yang sabar ya nanti rabu depan kalian bakalan tau jawabannya🤭 ingat! Orang yang sabar itu pahalanya panjangggg banget kayak total belanjaan di indomaret, jadi bersabarlah, papayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]
RomantizmSeorang pemuda SMA Bernama Alan Wirat Majaya yang harus memperjuangkan cintanya demi seorang teman laki lakinya lintang bagas kara yang tidak mau menerima cinta alan, sampai akhirnya alan berniat untuk mengakhiri hidupnya karna sudah menyerah pada c...