BaB:14 "cih, padahal sedikit lagi"

132 14 3
                                    

Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....

Happy Reading~
.

.

.
10 menit kemudian, kini Alan sudah selesai dengan acara mandinya, beranjak dari bathub itu, mengambil handuk dan mengenakannya sebatas pinggang, alan segera keluar dari kamar mandi itu.

Alan berjalan ke arah lemari pakaian dan membukanya, kemudian Alan mencari di mana vino meletakkan seragam sekolahnya, tak butuh waktu lama Alan menemukan seragam vino, walau Alan tidak terlalu menyukai warna celananya yang dominan ke biru, namun Alan tetap memakainya.

Setelah selesai memakai seragam sekolah yang pernah dipakai vino, dengan aksen celana biru, baju kemeja putih dengan lambang OSIS disamping kiri sakunya, dan dasi berwarna biru tua, kemudian alan menatap pantulan dirinya di cermin, alan merasa jengah dengan penampilan raga vino yang tampak culun dan lusuk, apa lagi di bagian poni yang menutupi hampir seluruh bagian matanya.

Alan menata rambutnya yang agak panjang terutama di bagian poni yang sangat menjengkelkan itu, Alan membelah dua poninya dan merapikan bagian belakang rambutnya, setelah merapikan rambutnya, alan beralih ke seragam sekolah yang ia pakai dan mengobrak abrik pakaian itu, layaknya menata pakian.

Beberapa menit kemudian, Kini alan menatap puas pantulan dirinya di cermin, bagaimana tidak puas? , karna penampilannya saat ini terlihat seperti anak badboy berandalan sekolah, dengan rambut yang tidak begitu rapih, baju yang di keluarkan dan dasi yang di ikat di lengan tangan, bukannya di pasang di leher, penampilannya saat ini sama seperti penampilan alan yang dulu, dengan gaya rambutnya tampak seperti artis bintang k-pop favoritnya yaitu 'kim taehyung'

Walaupun alan dulu adalah seorang bendahara sekolah, namun ternyata alan memiliki dua sisi kepribadian yang berbeda, di depan siswa/i lain terutama taman-temannya alan akan bersikap dan berpenampilan layaknya anak badboy yang nakal serta berbicara layaknya anak prik, namun lain halnya alan jika di depan guru ataupun orang tuanya, alan akan bersikap layaknya anak yang manis dan polos.

Bener-bener memiliki dua sisi keperibadian yang berbeda, setelah selesai membenarkan seragam dan rambutnya, alan mengambil ponsel vino atau lebih tepatnya ponsel milik alan sekarang di atas meja belajar, alan keluar dari kamarnya tidak lupa menutup kembali, alan berjalan menuruni tangga sambil bersenandung ria, berniat pergi kearah parkiran mansion bramantya.

🌸

Di sisi lain, kini keluarga cemara palsu sedang sarapan dengan suasana gembira karna tingkah laku cello yang sedang asik mengunyah makanan yang membuat hati para pawangnya jadi gemas melihat cara makan cello yang terbilang imut, kecuali deon yang hanya menatap ponselnya saja, jika menatap tingkah laku cello hanya membuat matanya jadi iri tasi.

"Abang deon, nanti anterin cello ke sekolah ya?" Ucap cello dengan nada yang di imut-imutkan, namun deon tidak menjawab dan hanya fokus menatap layar ponselnya.

Si kembar dan yang lainnya seketika merasa marah karna deon satu ini selalu cuek kepada cello yang manis itu, cello murung namun si kembar langsung mengusap kepala cello dengan lembut, "gak papa dek, nanti berangkat kesekolahnya bareng abang relan sama abang reza aja ya?" Ucap relan dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"endak, cello maunya sama abang deon" cello bersikeras, namun serlo langsung berucap, "jangan membantah cello, ini juga perintah dari daddy, daddy tidak mau kau di sakiti lagi oleh Alan" ucap serlo dengan nada tegas, cello langsung diam dan kembali melanjutkan makannya 'cih, padahal sedikit lagi aku akan merebut deon dari tangan alan' batin cello kesal.

Di saat alan tengah menuruni tangga dan sudah sampai di ruang makan yang kebetulan dekat dengan tangga kamar alan, seseorang memanggilnya dan membuatnya menghentikan langkah untuk menoleh.

"Alan" deon memanggil alan membuat atensi yang berada di ruang makan itu seketika tertuju pada alan, seketika mereka semua terkejut termasuk cello melihat penampilan alan yang sekarang terlihat seperti berandalan, atau lebih tepatnya seperti anak badboy dengan rambut yang tidak rapih dan baju yang di keluarkan, namun mereka segera menetralkan raut wajahnya kembali.

"Kenapa?" Tanya Alan pada deon, deon menatap lekat Alan dari bawah sampai atas, "emm, adek kenapa penampilannya dirubah jadi kek anak nakal gitu?" Tanya deon dengan tatapan bingung.

"Sengaja pengen gue-" ucapan Alan terpotong karna eden berucap duluan, "apakah kau sekarang merubah penampilanmu supaya mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari kami lagi? itu tidak ada gunanya, dengan kau merubah penampilanmu, semakin membuat abang dan yang lain menjadi benci pada mu" ucap eden dengan tatapan dingin yang tertuju pada Alan.

Alan hanya menanggapi tatapa dingin eden dengan tatapan datarnya tanpa rasa takut, sementara eden sedikit kaget dengan tatapan Alan yang tertuju padanya "heh, apa kalian kira gue merubah penampilan gue hanya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang kalian? Kalian salah besar!, gue ngubah penampilan gue karna gue pengen jadi diri gue sendiri, gue benci selalu jadi anak yang cengeng, polos dan manis seperti cello, itu menjijikan" ucap Alan kepada mereka terkesan seperti nada menghina.

"ALAN!" Bentak serlo kepada Alan dengan tatapan geram, Alan tidak menghiraukannya dan berniat langsung pergi, namun sebelum pergi tangannya di cekal deon, "Alan, sarapan dulu sebelum kesekolah nanti perutmu jadi sakit, abang akan mengantarmu kesekolah setelah kau selesai makan" ucap deon pada Alan, tapi Alan langsung menolaknya.

"Loh, bukannya abang tadi diam aja ketika cello mengajak abang untuk mengantar cello, kenapa sekarang mengajak abang alan?" Deon tidak menjawab pertanyaan cello, tatapan deon masih tertuju pada Alan.

Alan menghela nafas "gak bang, gue gak mau makan bareng mereka, mereka semua gak suka dengan kehadiran gue, mereka semua menganggap kehadiran gue sebagai malapetaka buat mereka, lebih baik gue kelaparan dari pada harus denger semua ocehan mereka tentang gue" ucap Alan terkesan lirih namun pilu di hati yang mendengarnya, Alan langsung pergi begitu saja, meninggalkan mereka yang sempat mematung sejenak, kecuali cello menunjukkan tatapan sinisnya, hati serlo tiba-tiba seperti teriris mendengar apa yang di ucapkan Alan, rasanya sakit serta menyayat hati.

Deon pun sama, sempat mematung sejenak, namun ketika deon kembali kekesadarannya semula Alan yang terlihat sudah pergi menuju pekarangan mansion, "alan!" tanpa pikir panjang deon langsung mengejar Alan sebelum sempat pergi terlalu jauh.

🌸

Di dekat garasi mansion, Alan terlihat sedang menuju pintu gerbang mansion yang lumayan besar, seperti gerbang istana saja, belum sempat Alan keluar dari mansion itu, deon datang dan langsung menghentikan langkah Alan, "Alan, masuk kemobil, abang akan mengantarkanmu" ucap deon, Alan berniat ingin membantah namun deon sudah berucap duluan, "dan abang tidak menerima kata penolakan dari mu" sambungnya dengan menekankan kata tidak menerima kata penolakan.

Alan hanya pasrah saja, toh dia juga tidak bisa menolak karna jika deon sudah berucap dengan nada yang tak bisa dibantah serta di tekan, siapa pun termasuk Alan tidak bisa menolaknya.

Alan menurut dan langsung menuju mobil deon yang masih terparkir, alan mengekor deon dari belakang, Alan membuka pintu dan langsung masuk kedalamnya, deon juga sama, namun bedanya Alan duduk di kursi disamping pengembudi mobil, sementara deon duduk di kursi pengembudi mobil.

Setelah itu mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan mansion yang tampak sunyi sepi, karna masih terlalu pagi.
.

.

.

.

.

.
TBC.
Silakan di vote dan komen, maap nih, vira baru pertama kali buat cerita bertema transmigrasi dengan latar belakang toko yang selalu di sakiti, jadi masih ada sedikit kesalahan, mungkin? Jadi mohon bantuannya untuk menekan tombol bintang yang ada di pojok kiri bawah, karena jika di tekan warnanya langsung berubah jadi warna pelangi mungkin? Sekian, Dadah 👋

LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang