BAB:19 "Itu tidak masalah baby"

126 14 0
                                    

Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....

Happy Reading~
.

.

.
"ASTAGA ALAN!.."

teriak Aksen, tanpa banyak membuang waktu lagi mereka langsung berlari dengan panik menuju kantin ips tempat di mana Alan berada sekarang,
'Al maafin kita' ucap mereka dalam batin sambil berlari sekuat tenaga, berharap Alan akan Baik-baik saja setelah mereka sampai di sana.

🌸

Sementara di kantin ips, terlihat delen, ezera dan seno yang masih menatap Alan menunggu jawabannya "g-gue dari jurusan ipa, kelas X MIPA 4 paling ujung" ucap Alan namun entah kenapa perasaannya jadi tidak enak setelah mengatakan dari jurusan mana ia berasal, "Hmm, baiklah sepertinya itu sangat menarik, kami jadi ingin pindah jurusan setelah kau mengatakan dari jurusan mana kau berasal" ucap delen sembari tersenyum penuh arti membuat bulu kuduk Alan jadi merinding seketika di buatnya.

"Umm, tapi itukan ga mungkin, karna kalian dah milih jurusan ips, ga mungkin bisa pindah jurusan lagikan? " Tanya Alan bingung sambil memiringkan kepalanya, ketiga pemuda itu memekik di dalam hati seketika melihat betapa manisnya jika pemuda dengan tubuh mungil di hadapan mereka terlihat bingung, apa lagi saat memiringkan kepalanya seperti seekor kucing yang sangat polos jika di kasih sebuah mainan.

"Bagi kami itu tidak menjadi masalah baby" ucap ezera sembari mengarahkan tangannya untuk mengelus pucuk rambuh Alan yang sayangnya berwarna ungu mudah yang sangat indah, sedangkan Alan dengan polosnya hanya menerima elusan itu, seolah Alan tidak bisa menolak atau pun menepis elusan tersebut.

Namun Alan sebenarnya juga sedikit kesal karna ezera tadi memanggilnya dengan sebutan apa tadi? babi? Atau Bayi?, Ahh!! Terserah, pokonya itu membuat Alan menjadi risih, "oh ya, kita belum tau nih nama lo, siapa nama lo?" tanya seno dengan nada yang berubah menjadi sedikit lembut, "umm, nama gue al-"

"ALAN!!!" teriak dua pemuda yang ada di seberang kantin ips sambil berlari menghampiri alan dengan nafas yang terengah-engah, terlihat dari raut wajah kedua pemuda tersebut tampak kawatir, alan memalingkan pandang yang semula melihat delen ezera dan seno, kini menatap dua pemuda yang sedang kelelahan akibat berlari dengan tatapan bingung, kenapa mereka berlari menghampirinya?

"Devan, aksen, kenapa lo pada lari-larian kek gitu? emangnya kenapa sih? Kayak orang habis di kejar setan aja" Yap! Ges yang berlari menghampiri alan adalah devan dan aksen, namun mereka tidak menjawab pertanyaan alan dan malah mengalihkan pertanyaan lain, yang tentu saja membuat alan semakin bingung.

"Alan lo ga papa kan? Ada yang luka gak? Atau mereka bertiga nyakitin lo? Kasih tau ke kita" tanya devan bertubi-tubi, alan jadi semakin bingung dengan apa yang mereka ucapkan, "hah? Maksud kalian apa sih, Gue ga ngerti? Dan kenapa kalian tiba-tiba jadi nuduh mereka bertiga?" 'ya walaupun gue tadi sempat terlibat cekcok dengan si abu Lahab ini sih, tapi itukan tadi' lanjut alan dalam batinnya.

"Alan, jawab saja pertanyaannya!" aksen geram, tiba-tiba mengeluarkan nada dinginnya yang membuat Alan jadi merinding sekaligus ketakutan, " A-alan ga papa kok, kenapa aksen jadi dingin kek gitu" ucap Alan dengan nada takut dan gugup, dan entah kenapa juga alan jadi memakai namanya untuk menyebutkan dirinya sendiri? Padahal Alan lebih suka memakai. Bahasa gaulnya ketimbang memakai namanya.

Sementara delen, ezera, dan seno yang mendengar nada Alan yang tiba-tiba menjadi ketakutan dan terasa gugup, membuat mereka bertiga tersenyum bak seorang iblis seketika, rasanya mereka jadi ingin selalu mendengar ketakutan alan terus menerus.

"Alan, ayo ke kelas" ucap devan dengan nada lembut, kemudian menghampiri Alan berniat untuk menarik tangannya dan segera pergi dari sana, namun delen tiba-tiba saja mencekal dan menghentikan devan untuk menghampiri Alan dengan tangannya, kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga devan dan mulai membisikkan sesuatu, yang tentu saja tidak akan di dengan oleh siapapun termasuk seekor semut sekalipun.

'Kalian beruntung karna rubah kecil itu sempat menghiburku, kali ini rubah kecil itu akan kami lepaskan secara suka rela, tapi lain kali! Rubah kecil itu tidak akan pernah lepas dari genggaman kami, ingat itu!' bisik delen dengan nada dingin dan terkesan seperti mencekik, sampai membuat devan seketika terdiam membeku seperti patung karna suara delen yang berat di setiap kalimatnya.

Sementara Alan tampaknya sudah mulai bosan berada di kantin ini lama-lama, bahkan sedari tadi ia sudah menguap beberapa kali akibat kebosanan yang melandanya "Devan aksen, ayokk, bukannya kalian bilang tadi mau ke kelas? Cepet sebelum gue tinggal lo pada" ucap Alan yang seketika membuat Devan tersadar kembali dari posisinya yang sempat menjadi patung, (untung gak jadi patung beneran yakkk!!' )Timpa author.

"Oh, iya" Jawab devan, Devan dan aksenpun berjalan menyusul Alan yang sudah hampir setengah jalan keluar dari kantin itu, entah sejak kapan Alan sudah berjalan meninggalkan mereka di kantin itu.

Delen, ezera dan seno yang melihat kepergian alan tersenyum bak iblis,"lain kali kami tidak akan membiarkanmu pergi baby" ucap mereka bertiga kompak tidak lupa sebuah seringaian yang terpancar di wajah mereka, yang tentu saja siapapun yang melihatnya tidak akan bisa bernapas dengan tenang di dekat mereka bertiga.

🌸

Kini Alan, Devan dan aksen sedang berjalan menuju ke kelas XI MIPA 4, yang sayangnya sangat jauh berada di ujung koridor terakhir, 'Hah, kenapa juga kelasnya harus berada di paling ujung, itu membuat kakinya jadi lelah karna terus berjalan, kalau bisa Alan minta request supaya hidupnya di raga si vino ini gak susah-susah amat lah, gini-gini Alan kan juga manusia, butuh ketenangan hidup walaupun cuma semenit.

"Umm, Devan aksen, kenapa kalian tadi nyamperin gue sampe lari-larian kek gitu? Emang ada apa sebenernya?" Tanya Alan dengan rasa penasaran yang belum dijawab oleh Devan dan aksen, "humm, maafin kita ya al, kita yang salah, seharusnya kita nemenin lo ke kantin ips itu, bukannya malah ninggalin lo sendirian" tutur Devan dengan rasa bersalahnya, aksen pun turut merasa bersalah karna sudah membiarkan Alan pergi sendiri.

"Kalian ngomong apaan sih gue ga ngerti? Emangnya kenapa kalo gue ke kantinnya sendiri? Kan gue udah bilang gue ga papa ke kantin sendirian, lu pada pikun apa gimana sih" ucap Alan semakin kesal dengan apa yang mereka bicarakan membuat Alan tidak mengerti sama sekali.

"Umm, bukan kek gitu al, maksud kita tuh..."
.

.

.

.

.

.
TBC.
Makin tiap minggu berlalu cerita vira serasa makin ngawur dan hamba ya kan? Entalah vira juga gatau, pokonya apa yang vira bayangin alurnya, itu yang bakalan vira tulis😑

LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang