BAB:34 Tak melawan

121 14 0
                                    

Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....

Happy Reading~
.

.

.
"Daddy, cello mau duduk di sebelah abang al-" ujar cello yang berada di pangkuan serlo, membuat serlo serta para abang nya termasuk juga deon menatap cello bingung, tak terkecuali alan yang hanya diam di tempat duduk nya, berpikir apa lagi yang akan dilakukan cello pada nya?

"Kenapa baby ingin duduk dengannya?" tanya serlo dengan raut bingung.

"Ya itu benar, kenapa adek ingin duduk dekat orang jahat itu?" ujar eden yang berada di sebelah Alan, Alan tentu saja hanya diam tak menunjukkan reaksi apa pun, namun jauh di lubuk hatinya menyimpan rasa sakit yang dalam, seperti di tusuk ribuan belati yang sangat runcing dan tajam di titik yang sama.

tapi tentu saja itu bukanlah perasaan Alan yang asli, karna perasaan Alan yang asli justru aku berbanding terbalik, ia akan bersikap cuek karna mereka bukanlah keluarga kandung nya, dan ia pun tak akan pernah merasakan yang nama nya iri walaupun mereka melakukan cara apa pun untuk membuat nya selalu terpancing oleh rasa keiridengkian, karna ia dulu sudah sangat sering merasakan yang namanya kasih sayang dari keluarga maupun temannya.

"Cello hanya ingin membuat hubungan cello dengan abang al jadi membaik, daddy, abang, hanya itu saja" ujar cello dengan tatapan polos nya menatap serlo penuh harap, berharap serlo akan memenuhi permintaan nya.

Yang di tatap pun seketika hanya menghela nafas nya berat, jika cello sudah mengeluarkan jurus andalan nya, serlo maupun para abang nya tak bisa melarang cello untuk melakukan apa pun yang ia ingin kan, dasar anjeng penurut!

Ini pula si cello wajah merayu pantat menipu!!

"Hah baiklah, terserah baby saja" mendengar itu cello pun merasa senang, tampak senyum yang terpancar dari wajah nya, cello segera turun dari pangkuan serlo dan beralih ke meja tepat di sebelah kiri Alan.

Sementara deon dengan berat hati kini duduk di dekat si kembar, padahal deon ingin dekat dengan adik manis nya itu, tapi tak jadi karna cello yang ingin duduk di dekat nya, tak apa masih ada kesempatan di lain waktu.

"Hihihi, apa kau menyukai sebuah pertunjukan?" bisik cello yang kini berada di dekat alan, pandangan Alan seketika menoleh dengan cepat ke arah cello.

"Apa maksudmu?" ucap Alan cepat dengan nada suara rendah.

"Kau akan tau" jawab cello singkat sedikit tersenyum miring ke arah Alan.

Alan yang melihat senyuman itu menjadi was-was, apa yang akan di lakukan cello lagi? Semoga tidak berdampak buruk baginya.

Alan segera berdiri dari tempat duduk nya, sebelum cello mulai melancarkan aksi nya lebih baik ia segera menjauhi cello, itu akan lebih baik bagi nya, alan beralih ingin duduk di sebelah deon, namun baru ingin melangkah sudah lebih dulu di tahan oleh sang kepala keluarga.

"Kau mau kemana?" tanya serlo datar, "aku hanya ingin duduk di sebelah abang deon" jawab Alan yang langsung mendapatkan penolakan dari serlo.

"Tidak! Kembali ke tempat duduk mu" Alan yang mendengar penolakan dari serlo ingin membantah, namun sudah lebih dulu mulut nya di bungkam oleh serlo.

"Duduk! Atau hukuman menantimu" ujar serlo dingin dengan nada penuh penekanan, Alan mengepalkan tangan nya menahan amarah, menatap serlo nyalang, sedangkan yang di tatap hanya menunjukkan datar tanpa ekspresi.

"Daddy kau-" ucap deon yang ingin membantu Alan lebih dulu di hentikan serlo, "diam! jangan ikut campur."

"Udah, Gapapa bang" ujar Alan di sertai senyum singkat di wajah nya, kemudian dengan berat hati ia kembali ke tempat nya semula, namun ini aneh kenapa Alan tak memberontak seperti biasa nya? Apa ia sudah malas melakukan nya? Entahlah, hanya dia yang tau.

'Hahahaha, jangan harap kau bisa lari! aku akan membuat keluargamu semakin benci, benci, benci, sangat benci! padamu, sehingga dengan tangan mereka sendirilah yang akan melenyapkan mu dari dunia ini, atau setidaknya mereka akan membuang mu jauh dari kehidupanku hama, lihat saja nanti aku pastikan itu akan terjadi' ujar cello tersenyum lebar dalam hatinya, memikirkan rencana jahat yang seperti nya akan segera ia mulai.

Tepat di saat itu juga, para maid datang menyiapkan makan malam, cello yang melihat saat salah satu maid datang kearah nya dan Alan dengan membawa sub panas di atas nampan, semakin tersenyum girang dalam hati, cello langsung menyenggol tangan maid itu di saat ia ingin menaro sub itu di atas meja.

"Ahh, tuan muda, tuan kecil!"

"Akhh!"

"Huwaaa! Hiks"

Otomatis sub itu tumpah mengenai tangan keduanya karna jarak duduk Alan dan cello yang cukup dekat, mereka berdua meringis kesakitan menahan panas nya kuah sub itu, namun yang lebih parahnya adalah Alan, karna sub itu tumpah lebih banyak ke tangan nya, sedangkan sisa kuah itu hanya mengenai tangan cello sedikit, seperti hanya terciprat saja.

Semua orang yang ada di ruang makan itu termasuk para maid terkejut mendengar suara teriakan dari keduanya, eden dan si kembar langsung sigap menghampiri cello yang merintih kesakitan, padahal luka nya tak terlalu parah.

"cello, cello ga papa kan? Mana yang sakit baby, mana?" ujar reza panik, cello langsung memberikan tangan nya dan di sambut baik oleh reza tak lupa meniup tangan nya yang terasa panas dan perih.

"Alan! Kali ini-"
.

.

.

.

.

.
TBC.

LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang