Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....
Happy Reading~
..
.
"Alan! Kali ini apa lagi yang kau lakukan pada cello!" ujar serlo mengeram menatap Alan marah.Oh, dasar manusia satu ini! Tak lihatkah dia bahwa justru siapa yang lebih parah terluka di sini? Lagipula bukan ia lah pelakunya, melainkan cello sialan itu! Walaupun ia mengatakan kebenarannya apa mereka akan percaya?
Tentu saja tidak!!!
"Sthhh, aku tak melakukan nya"
"Dasar kau pembohong!" eden menghampiri alan dan langsung meninju kuat perut ratan nya, sampai alan tersungkur lemas ke lantai.
Bug!
"Akhh! A-aku sungguh tak melakukan nya ughh" ucap alan penuh lirih, sembari memegang perut nya yang terasa sakit.
"Alan!/tuan muda!" teriak deon dan maid tadi secara bersamaan, kemudian segera menghampiri alan yang berada di lantai dan membantu nya untuk berdiri.
"Bang! Ada apa dengan mu, kenapa kau menuduh Alan seperti ini, walaupun cello duduk berada di dekat alan, tapi alan tak mungkin melakukan itu, bagaimana alan bisa melakukan itu jika aku sedari tadi saja hanya memperhatikan nya diam tanpa melakukan apa pun!" ujar deon dengan wajah merah padam menahan amarah.
"Heh, Kau tak perlu membela nya seperti itu" balas eden remeh
"Jika kau tak percaya tanya saja si kembar karna mereka juga sedari tadi ikut memperhatikan alan secara diam-diam!" ujar deon telak, pandangan serlo dan eden seketika langsung tertuju ke arah si kembar.
"Apa itu benar?" ujar serlo dengan nada datar, namun lain halnya dengan si kembar yang mendengar nada sang kepala keluarga langsung gemetaran.
"Tidak! untuk apa kami memperhatikan nya, seperti tak ada kerjaan sama sekali" elak relan bohong, entah kenapa ia jadi tak ingin jujur mengatakan kebenarannya, begitu juga dengan reza yang tak ingin membenarkan perkataan abang nya.
"Tidak, dia bohong, aku-"
"Kau dengar sendiri, bukan? Jadi berhentilah untuk membela anak tak tau diri itu, kali inipun ia takkan bisa mengelak, karna dialah yang sudah bersalah karna melukai cello" tekan serlo kuat menghentikan ucapan deon, deon tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, rasanya mulut nya sudah terkunci rapat tampa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hiks...hentikan..." lirih alan membuat deon dengan cepat mengalihkan pandangan nya.
"aku mohon...tolong hentikan!!!" teriak alan sangat keras menunduk menutup kedua telinga mengunakan tengan nya, tubuh alan bergetar dengan sangat hebat tak kuasa menahan depresi, batinnya merasakan tekanan yang sangat kencang.
Keras nya teriakan alan sampai mengema di seluruh ruangan, membuat seluruh orang yang ada di ruang makan itu menatap alan terkejut sekaligus bercampur rasa sakit.
Rasanya sangat sakit..tidak ada yg mencoba untuk membelanya, semua keluarga..bukan! lebih tepatnya keluarga pemilik asli tubuh ini bahkan tidak ada yg bertanya bagaimana keadaanya saat ini, miris sekali nasib nya kali ini.
"Adek..." lirih deon memanggil alan, namun segera tangan nya menghentikan langkah deon yang mencoba mendekati nya, Alan mendongak, tatapan tertuju pada mereka dengan tatapan aneh, kosong, suram yg tidak bisa di deskripsikan.
"Kalian semua" alan menunjuk ke arah saudara-saudaranya, tak terkecuali deon.
"Apa kalian sudah puas mencaciku?"
"Mulai saat ini, dan detik ini juga kalian semua jangan pernah mengusik hidupku lagi. Jangan bicara, jangan berinteraksi atau apapun yg berhubungan tentang ku." Dingin alan kepada mereka.
"Anggap saja kita bukan orang yg saling kenal. Kalian semua orang-orang munafik yg mengatas namakan keluarga."
"dari sekarang dengerkan aku baik-baik. Aku paling benci mengulang apa yg aku katakan untuk yg kedua kalinya, kalau aku mengulang kalimat ini untuk kedua kalinya kalian semua, keluarga ini, keluarga bramantya akan berada dalam dasar kegelapan di hati ku dan jangan harap aku bener-bener menahannya hanya karena kalian benar-benar ingin hidup tenang"
"Termasuk kau!" tunjuknya pada sang kepala keluarga, sementara sang daddy yg marah mendengar nada tidak sopan alan, namun sekilas terlintas sebuah perasaan aneh yang membuat nya hanya diam, entah perasaan apa itu yang membuat hatinya terasah pilu bercampur sakit.
"Dengerkan aku baik-baik. Aku melvino Alan BUKAN melvino Alan bramantya, aku membenci kalian semua sialan, daddy yg seharusnya menjadi pelindung dan menjaga anaknya sendiri. Seorang daddy sekaligus ibu yang seharusnya menyayangi dan memberikan kasih sayang pada anaknya sendiri walaupun terkadang mereka sibuk sekali pun, dan kalian para saudara brengsek yg seharusnya saling mendukung dan saling menjaga satu sama lain." Dingin Alan bercampur rasa kesal menekan semua perkataannya.
"Kalian keluarga-keluarga besar, keluarga kaya, keluarga berpengaruh lebih mementingkan semuanya di atas martabat dan meninggalkan semua yg seharusnya dilakukan oleh sebuah keluarga, dalam hidup kalian tak ada kata keluarga untukku, seakan kalian menghapus dan membuangnya jauh-jauh dari pikiranku"
"Kalau kau ingin jadi orang kaya, orang berpengaruh jangan menikah sialan. Kau menikah hanya menganggap anak mu beban kotor yg harus disingkirkan karena tidak sesuai dengan apa yg kau inginkan."
"Kau tidak becus menjadi seorang kepala keluarga, kau sangat pilih kasih dan sangat benci terhadap ku hanya karna aku tak sengaja membuat mommy kehilangan nyawanya, sadarlah sedikit! Aku yang bahkan masih terlalu kecil tak bisa melakukan apa pun, tak mungkin tega membunuh mommy ku sendiri, aku masih punya hati..semua itu bukanlah kesalahan ku, itu adalah takdir"
"Aku tak bisa mengubah nya..kalau pun bisa..akan sudah kulakukan sedari awal aku belum di lahirkan, kalau bisa, aku akan menukar nyawa ku dengan mommy, agar dia bisa hidup dan biarlah aku yang pergi, seandainya aku bisa..seandainya aku...heugg..hiks" ujar Alan meringis karna menahan tangis.
"Alan..ayo abang antara ke kamar ya?" ujar deon berusaha mendekati Alan, namun lagi-lagi di tolak Alan.
"Dan untukmu!-"
..
.
.
.
.
TBC.
Silakan di vote dan komen nya.
Double up or no ga nih? Kebetulan part dua nya dah jadi😁Gasss author up ya selamat menikmati~
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]
RomanceSeorang pemuda SMA Bernama Alan Wirat Majaya yang harus memperjuangkan cintanya demi seorang teman laki lakinya lintang bagas kara yang tidak mau menerima cinta alan, sampai akhirnya alan berniat untuk mengakhiri hidupnya karna sudah menyerah pada c...