BAB:37 Suasana suram

116 14 0
                                    

Tinggalkan vote dan komentar kalian jika ceritanya menarik....

Happy Reading~
.

.

.
'Hisss!! Kenapa jadi seperti ini! Aku tak pernah membayangkan akan jadi seperti ini sekarang? Aku hanya membuat keluarga ini mengusir nya, bukan malah membuat mereka jadi menyesal!! Sial awas saya kau ALAN!!!!' teriak frustasi cello dalam hati.

Sedangkan alan saat ini sedang membalut luka yang baru saja ia buat, ia merasa lega sekarang karna bisa melepas semua perasaan dan tekanan yang selama ini ia pendam, ia berharap kedepannya mereka tak akan menganggu nya lagi dan benar-benar akan melepaskan nya, luka yang alan dapatkan sungguh tak berarti apa-apa, karna bagi nya sekarang adalah membuat mereka pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan nya.

🌸

Pagi hari, di meja makan itu tak ada seorang pun yang ingin membuka pembicaraan, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai terlihat bahwa mereka memiliki kantong mata berwarna hitam, namun tertutup oleh wajah datar mereka masing-masing, itu menandakan bahwa mereka sedari kemarin tak bisa tidur dengan baik karna memikirkan kejadian semalam.

Seolah pikiran mereka masih terkunci di sana.

Bahkan tanpa sadar pandangan mereka akan tertuju ke arah tangga yang biasa di lalu alan, seolah berharap alan akan turun ke bawah dengan keadaan yang cerita, dan tak menunjukkan raut wajah kebencian nya pada mereka.

"Mmm...bi?" ujar deon memanggil maid di samping nya yang sedang menyiapkan sarapan, "iya tuan?" saut maid itu bingung, "dimana alan? Apa ia tidak akan turun untuk sarapan?"

Maid itu menghela nafas sesaat lalu berucap, "saya tidak tau tuan, karna sedari kemarin malam tuan muda mengunci pintu dan tak membiarkan saya masuk, walaupun saya memberikan alasan untuk mengantar makanan tuan muda tetap tak membuka pintu nya sama sekali" jawab maid itu jujur dengan tatap sendiri.

Mereka yang mendengar juga ikut merasakan perasaan khawatir, pada anak/ sekaligus adik bagi saudara nya, saking khawatir nya sampai-sampai mereka melupakan kehadiran cello disisi mereka, cello seperti merasakan penderitaan yang sama seperti alan, yakni tersingkir, di abaikan, dan tak di perhatikan lagi.

Cello tak ingin semua itu terjadi, ia harus segera merencanakan sesuatu agar nasibnya tak sama seperti alan, "Abang...suapinnn" rengek cello yang berada di samping eden meminta di suapin, namun bagai rencana tak sesuai ekspektasi, cello justru mendapatkan kata penolakan dari eden yang selama ini tak pernah menolak permintaan nya.

"celloo...makan sendiri ya? Kan cello mulai bisa sekarang oky?" ujar eden tersenyum lembut mengusap surai rambut cello yang berwarna kecoklatan, sedangkan cello yang awalnya menunjukkan raut wajah murung, namun segera tersenyum sambil mengangguk dan mulai beralih memakan makanan nya, eden pun sama beralih mulai menatap makanan yang tersaji di piring dan mulai memakan nya begitu juga yang lain.

Sedangkan disisi alan, saat ini sedang berusaha mengganti perban yang ada di bagian tangan kaki serta kepala nya yang sangat sulit sekali untuk di buka, pasti jika terus seperti ini ia tak akan bisa keluar dari kamar selain menunggu lukanya sembuh total, apa lagi ia sempat mengunci pintu kamar dan tak bisa membuka nya karna sangat sulit sekali untuk berjalan.

Alan akhirnya pasrah menunggu setidaknya 1 minggu untuk memulihkan lukanya, tanpa bisa keluar dari kamar selain tetap berada di sana, untung saja di kamar ini sempat di bangun sebuah ruangan rahasia yang menyimpan segudang biskuit, snack makanan, serta minuman dingin penganjal lapar.

Namun aneh nya hanya ialah yang mengetahui ruang rahasia tersebut, karna sebelum nya galen lah yang meminta agar di buatkan sebuah ruangan rahasia khusus untuk alan dan tampa sepengetahuan atau pun melibatkan serlo dan anaknya yang lain.

LOVE BETWEEN THREEE SOULS {Transmigrasi Alan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang