2. halte

333 13 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Malam itu Hyun-jae masih berada di rumah sakit. Ia kira malam ini adalah ia menjaga sif malam ternyata..

"Hyunjeee???" Seseorang mengagetkan Hyun-jae yang tiba-tiba saja memanggilnya dari samping

Itu teman dekat hyun-jae, panggil saja Hana

"Shutt.. diamlah jika kau berisik akan mengganggu pasien!" Kesal Hyun-jae

"Hmmm.. pasien itu terganggu atau kau yang ketakutan?"

"Kamar nomer 657 ada pasien menderita penyakit jantung. Sudahlah aku ingin bekerja" ucap Hyun-jae

"Apa? Bekerja? Hei ini sudah malam.. pulanglah.." kesal Hana

"Apa?" Membalikkan badannya menatap Hana

"Hari ini, kau dan aku tidak jaga sif malam, apa kau lupa?"

"Apa? Benarkah.." heran Hyun-jae

"Hmm, kita pulang bersama?"

"Boleh saja.." berjalan berdua menuju ruang ganti disana

Ketika mereka berdua sampai di depan rumah sakit itu Hana mendapatkan telfon dari boyfriendnya jika ia akan dijemput dengan kekasihnya dan Hana yang ingin mengatakan sesuatu ragu kepada Hyun-jae

"Hyunje.." lirih Hana

"Ada apa?"

"Emm.." Hyun-jae kebingungan lantaran Hana tak kunjung berbicara

"Ada apa? Katakan saja.."

"Janji kau tidak akan marah??.." lirihnya dan iel mengangkat jadi kelingking yang artinya *tidak akan*/*no problem*

"Aku.. akan dijemput dengan-"

"Hanya itu? Ayolah jangan konyol.. kau sulit untuk mengatakan jika kau akan dijemput dengan kekasihmu susah sekali" Hyun-jae terkekeh

"Itu memang sudah hak kamu, pulang bareng dia? Silahkan" bisiknya terakhir lalu Hyun-jae meninggalkan Hana yang sedang menunggu jemputan























Hari sudah larut malam, jalanan sepi dan tidak ada satu kendaraan lewat, Hyun-jae terasa nyaman difase ini, ntah mengapa seperti ia berada pada jati dirinya. Ia menunggu bis yang akan lewat di halte, jarak antara rumah sakit dan halte cukup jauh.

Ia sepertinya kelelahan dan memutuskan untuk tidur sebentar di halte itu, tak terasa kabut sudah menyelimuti seluruh jalanan Hyun-jae kedinginan, ia seperti tidak sanggup untuk membuka mata, ia mengantuk berat, hingga 4 menit setelah sekian dinginnya ia merasa lumayan hangat

Ia merasakan bahwa tubuhnya semakin lebih hangat, dirasa ia sudah cukup memejamkan mata, akhirnya ia membukanya dengan berlahan, Hyun-jae terkejut didepannya ada seorang pria yang sepertinya sedang menunggu bus juga, ia tinggi, putih, dan.. tampan

"A-apa ini? P-permisi tuan, apa ini milikmu?" Tanya Hyun-jae ramah

Pria itu tidak menjawab dan hanya diam saja, selang beberapa menit kemudian ia menjawabnya

"Hmm.."

"Tidak, ini tidak per-" ucapnya terpotong disaat ada bis berhenti depan di depan halte, pria itu memasuki bus dan disusul oleh Hyun-jae

"T-tuan?" Panggilnya lagi, dan belum ada jawaban dari sunghoon

"Jangan menolaknya jika tubuhmu membutuhkannya" ucapnya singkat

"Terimakasih.." ujar Hyun-jae, suasana menjadi canggung, Hyun-jae merasa tidak enak dengan pria satu ini. Mengapa dia tiba-tiba datang dan membalutiku jaketnya? Siapa dia? Aku sama sekali tidak mengenalinya

Hyun-jae berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif yang ia pikirkan, ia hanya ingin melupakan apa yang terjadi dengannya, sampai pada halte berikutnya bis pun berhenti dan sunghoon turun dari bis tanpa mengatakan sepatah katapun ke Hyun-jae

Ketika bis itu berangkat Hyun-jae lupa untuk menanyakan nama pada seseorang itu

"Aisshhh.. aku lupa menanyakan namanya.." sesal Hyun-jae








































Sampainya di rumah, Hyun-jae terkejut ketika memasuki rumahnya tepatnya di ruang tamu, ibunya sedang menunggunya pulang sedari tadi

"Ibu.." ucapnya lembut kepada sang ibu yang tertidur menunggu kepulangan sangputri

"Sayang? Sudah pulang?" Lembutnya

"Sudah ibu, mengapa ibu tidak tidur di kamar? Lebih baik-baik ibu tidur dikamar Saja.." ibu pun tersenyum

"Iya sayangg.. sudah.. kau juga, setelah mandi kau tidur ya.."

"Baik Bu.."

"Kalau kamu lapar, itu ada nasi baru masak, ikannya seadanya ya.." ujar ibunya yang sepertinya kelelahan

Hyun-jae membalasnya tersenyum dan mengiyakan apa yang ibunya perintah

Hyun-jae memang tinggal bersama ibunya di rumah yang sederhana, namun ia merasa rumahnya itu adalah rumah ternyaman baginya. Terutama sang ibu yang setia menemaninya.



















love exists (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang