Part 12 - Salah Nanya

243 20 2
                                    

Part ini agak 18+, yang nggak berkenan boleh di skip dan tolong bijak dalam memilih bacaan yaa.

Selamat membaca:)

PART 12 - SALAH NANYA

Rania sudah menunggu Deva dari tadi di dalam kamar, namun suaminya itu masih betah berselingkuh dengan pekerjaan. Dan pada akhirnya Rania memutuskan untuk menyusul Deva ke ruang kerja milik laki-laki itu. Rania menghela napas ketika melihat Deva yang masih mengecek laporan dari usaha percetakan milik laki-laki itu padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Kak." panggil Rania dari ambang pintu ruang kerja milik Deva.

Deva menoleh ketika mendengar suara sang istri. Ia menurunkan kacamata bacanya dan melambai menyuruh Rania mendekat. Setelahnya Rania mendekat, duduk di samping Deva sambil menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.

"Belom kelar juga?" cicit Rania.

"Belom sayang." ujar Deva mengecup pelipis Rania sekilas.

"Lama banget." keluh Rania.

"Iyaa bentar lagi selesai. Kan besok mau ke Bandung, biar pas kesana nggak bawa kerjaan."

Rania menegakkan kepala. Ia terperanjat lalu menepuk kening pelan.

"Aku lupa kalo besok mau ke Bandung. Anak-anak belom aku kasih tau." Rania meringis pelan.

"Nggak papa, besok aja dikasih taunya."

Rania kemudian mengangguk dan kembai menyenderkan kepalanya di bahu Deva. Matanya sesekali melirik berkas yang dibaca oleh sang suami.

"Kakak udah kasih tau mama sama papa kalau kita besok mau kesana?" tanya Rania.

"Udah, mama seneng banget. Kangen sama anak-anak katanya."

Rania kemudian tersenyum. Ia kembali menyamankan posisi bersandarnya hingga matanya menemukan sebuah bingkai foto keluarga mereka yang diambil saat kelulusan Abi di SMA dua tahun yang lalu. Rania tersenyum kecil, tidak menyangka bahwa ia dan Deva akan sampai sejauh ini.

"Kak." panggil Rania tiba-tiba.

"Hmmm" sahut Deva pelan.

"Kamu bahagia nggak nikah sama aku?"

Deva terperanjat seketika. Ia menatap Rania yang terdiam dengan tatapan mata kosong.

"Nanya apaan sih." ujar Deva tak suka.

Rania menegakkan punggung, ia menatap Deva dengan sendu.

"Kamu bahagia nggak nikah sama aku?"

"Kamu kenapa Ran?" heran Deva.

"Nggak kenapa-napa. Aku cuma pengen denger jawaban kamu aja." ujar Rania keukeuh.

"Stop nanya aneh-aneh Rania." ujar Deva tegas.

"Aku cuman pengen denger jawaban kamu kak."

Deva menghela napas berat lalu menaruh semua berkasnya ke meja, fokusnya sudah pecah semenjak Rania menanyakan pertanyaan paling konyol yang pernah Deva dengar. Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja Deva bahagia, tanpa perlu mendengar jawabannya, Deva pikir Rania seharusnya sudah tau betapa bahagianya ia bisa membangun keluarga bersama Rania. Deva hanya bisa menatap Rania sambil menghela napas.

"Bukannya udah jelas?" tanya Deva balik.

"Kamu nggak bahagia ya nikah sama aku?" ujar Rania sendu.

"Astaghfirullahalazim Rania." geram Deva menatap Rania tajam.

Rania mengerjabkan kedua matanya untuk menghalau air mata yang akan menetes. Melihat kemarahan Deva membuat hati Rania sakit, apakah Deva tidak bahagia makanya laki-laki itu marah seperti sekarang? Rania hendak beranjak pergi sebelum tangannya ditarik dan tubuhnya direngkuh oleh pelukan yang familiar.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang