Part 16 - Berbeda

193 16 4
                                    

Selamat membaca:)

PART 16 - BERBEDA

Anin turun dari motor Shaka begitu keduanya sampai di rumah milik laki-laki itu. Seperti biasa, ia meninggalkan Shaka yang masih memarkirkan motor dan berlalu masuk ke dalam rumah. Anin mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tengah, tak lama setelahnya datang Shaka yang masuk ke dalam rumah dan duduk di samping Anin.

Anin melirik Shaka sekilas sebelum mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah.

"Sepi banget, papi dimana kak?" tanya Anin membuka percakapan.

"Papi belom pulang, kemaren bilangnya mau pulang cepet tapi nggak tau jam berapa."

Mendengar jawaban Shaka, Anin hanya diam dan mengangguk pelan. Ia tidak berniat untuk menjawab, hari ini adalah hari berat untuknya. Satu hari dihajar fisika, kimia, dan matematika sukses membuat energinya terkuras habis. Anin menghela napas keras dan menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.

"Adek sakit?" tanya Shaka.

"Enggak, cuman capek." sahut Anin pelan.

Shaka kemudian mengangguk dan beranjak menuju dapur untuk mencuci tangan dan minum air. Setelahnya ia kembali ke ruang tengah untuk menemui Anin.

"Adek nanti dijemput jam berapa?"

Pertanyaan Shaka yang tidak kunjung dijawab oleh Anin. Shaka yang heran lalu menatap Anin, ia menghela napas ketika mendapati Anin yang tertidur dengan posisi duduk. 

"Dek." panggil Shaka pelan.

"...."

"Pindah ke kamar sana. Nanti pegel-pegel kalo tidur di sofa."

"...."

"Dek."

Anin tetap bergeming membuat Shaka hanya menghela napas. Ia kemudian membetulkan posisi tubuh Anin agar berbaring di sofa dan menutupi kaki gadis itu dengan selimut. Shaka kemudian pergi ke kamarnya dan meninggalkan Anin yang tidur di ruang tengah. Shaka juga lelah dan ingin tidur.

0_0

Setelah mencuci piring yang ia gunakan untuk makan malam, Anin beranjak menuju ruang tengah menyusul Wina dan Shaka yang sedang menonton TV. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan sampai sekarang ia belum juga dijemput. Namun Anin tidak mempermasalahkannya. Ia senang-senang saja jika harus menginap disini.

Anin mendudukkan diri di sofa tepat di samping Wina. Setelahnya ia menggelendot di lengan Wina dengan manja. Wina membiarkan saja, toh Anin sudah seperti putrinya sendiri. Sedangkan Shaka sedang tiduran dengan berbantalkan paha Wina.

"Mi." panggil Anin.

"Hmm?"

"Mami dulu kan anak cewek terakhir sama kayak adek. Mami dilarang-larang gitu juga nggak sih sama papa sama ayahnya mas Abi dulu?"

Pertanyaan Anin membuat elusan tangan Wina di kepala Shaka berhenti. Wina menatap Anin dengan kening mengerut.

"Kenapa nanya gitu?" bingung Wina.

"Penasaran aja." sahut Anin.

"Ya iyaaa, dulu banyak banget larangan buat mami, dari papamu, dari ayahnya mas Abi juga. Termasuk pas mami minta izin mau masuk akmil dulu, opa sama oma udah acc, ayahnya mas Abi sama papamu nggak ngasih izin. Tapi mami tetep ngeyel daftar sampek akhirnya papamu itu ngambek sama mami dua minggu full. Dua minggu tuh nggak mau liat mami, nggak mau ngobrol, ditanya nggak dijawab, nggak mau makan masakan mami juga, mami dicuekin, pokoknya tantrum parah." jelas Wina. Mendengar ini membuat Anin meringis.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang