Part 34 - Terbongkar

152 17 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 34 - TERBONGKAR

Rania berbalik, ia menatap Deva dan Abi secara bergantian. Tak lama setelahnya Rania melempar amplop berwarna putih dengan logo sebuah universitas dari luar negeri ke arah lantai. Matanya menatap Abi dengan nyalang.

"Ini apa?!"

Abi yang melihatnya langsung tercekat, jantungnya berdebar kencang hingga membuat lidahnya kelu. Ia beranjak berdiri dan berjalan perlahan mendekati Rania.

"Ma..." panggil Abi lirih.

Rania tidak membalas panggilan itu, ia tetap menatap Abi dengan mata menyala penuh amarah. Demi Tuhan ibu mana yang tidak marah ketika tau bahwa anaknya berencana kuliah keluar negeri tanpa berdiskusi atau minta izin lebih dulu?

Setelah sampai di hadapan Rania, Abi meraih tangan Rania dalam genggaman namun langsung terlepas begitu dihempaskan begitu saja oleh sang ibu. Abi seketika mencelos. Sungguh, Abi tidak pernah melihat Rania semarah ini sebelumnya.

"Ma, mas bisa jelasin." lirih Abi.

"Ran." Deva yang melihat kemarahan Rania segera menghampiri sang istri. Namun Rania mengangkat tangannya ketika Deva mendekatinya, Rania tidak ingin diinterupsi dan ia hanya ingin berbicara dengan Abi. Bahkan wanita itu tidak melirik Deva sama sekali, ia menetapkan pandangannya ke arah Abi.

"Ma, maafin mas."

"Mas nggak bermaksud buat nggak ngasih tau mama. Mas dihubungi sama profesor Ahmad dua bulan yang lalu-"

"Kamu punya waktu dua bulan dan kamu sama sekali nggak ngasih tau mama?!" sela Rania dengan cepat.

"Ma, maafin mas. Mas nggak bermaksud buat nggak ngasih tau mama, mas cuma-" Abi menghentikan ucapannya. Tiba-tiba saja lidahnya kelu dan Abi seolah tidak bisa mengatakan apapun. Jelas ini semua memang salahnya.

"Mas takut mama marah." lirih Abi.

"Berani kamu ngambil keputusan sepihak kayak gini?" desis Rania tajam.

"Ma, maaf-"

"Papa kamu tau soal ini?" sela Rania tajam.

"Ran." panggil Deva.

"Papa kamu tau?!" Rania menyentak Abi dan mengabaikan panggilan dari Deva untuknya.

Abi menunduk dan mengangguk. Rania seketika bungkam, matanya mulai berair dan dadanya bergemuruh pertanda sesak. Napasnya mulai memburu dan ia mengalihkan pandangannya. Rania terhuyung lalu terduduk lemas di sofa yang ada di belakangnya.

"Ma." panggil Abi cemas.

Laki-laki itu bersimpuh dan menaruh kepalanya di pangkuan sang ibu. Tangannya memeluk kedua kaki Rania sedangkan Rania menutupi kedua wajahnya dengan tangan dan terisak kencang. Hati Abi seperti diremas, rasanya sakit luar biasa ketika mendengar isakan Rania yang disebabkan karena kesalahannya.

"Maa maafin mas." lirih Abi.

Deva menghampiri Rania lalu berlutut juga di samping Abi. Ia meraih satu tangan Rania dan menggenggamnya dengan erat sembari berusaha menghentikan isakan sang istri.

"Ran, dengerin penjelasan aku dulu."

Rania hanya diam dan menatap Deva dengan sendu. Matanya yang memerah terus saja mengeluarkan air mata.

"Abi udah sempet minta ijin sama aku soal ini. Aku kasih ijin karena ini cuma program selama dua semester aja Ran. Nggak lama dan nggak jauh juga. Aku udah cross check universitas tempat Abi  nanti dan ternyata deket sama tempat tinggal om Keenan, adiknya mama. Di sana nanti ada om Keenan yang bisa jagain Abi, Abi nggak akan sendirian. Ada profesor Ahmad juga yang bakal nemenin dan bimbing dia, profesor Ahmad itu katingnya mas Dirga dulu. Aku kenal beliau dan keluarganya juga. Abi nggak akan kenapa-napa sayang." ujar Deva berusaha meyakinkan Rania. Deva meneguk ludah karena tidak mendengar jawaban dari Rania. Perlahan ia melanjutkan perkataannya.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang