Part 15 - Posesif

262 23 2
                                    

Selamat membaca:)

PART 15 - POSESIF

Setelah kepulangan keluarga mereka dari Bandung, Angga kembali disibukkan dengan latihan basket yang rutin dilakukan setiap pulang sekolah untuk persiapan turnamen satu bulan lagi. Seleksi bagi para anggota club basket yang akan mengikuti turnamen akan dilaksanakan dua hari lagi. Selain memilih pemain yang akan ikut turnamen, club basket dari SMA Pelita Bangsa juga memilih ketua basket periode baru pada saat seleksi untuk turnamen tersebut.

Angga men dribble bola basket dan melemparkannya ke arah ring dan setelah bola tersebut berhasil masuk ke dalam ring, Angga langsung merebahkan tubuhnya ke lantai. Ia menetralkan napasnya yang terengah. Matanya melirik jam yang tergantung di salah satu sisi dinding GOR, ternyata jam telah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Teman-temannya sudah pulang selepas magrib tadi, namun Angga memilih untuk tetap tinggal dan berlatih sendirian.

Angga mendudukkan diri sejenak lalu berdiri dan beranjak keluar dari GOR. Ia menuju parkiran motor dan mendapati eksistensi seseorang yang sedang berdiri di dekat motornya. Sosok itu bersandar pada sebuah mobil yang Angga yakini bahwa mobil itu merupakan mobil milik sosok tersebut. Angga seketika berdecih, ia tetap melanjutkan langkah dan mengabaikan kehadiran sosok tersebut.

"Lo harusnya nggak perlu latihan sekeras ini." ujar sosok tersebut.

Angga hanya diam dan tetap melanjutkan kegiatannya yang sedang meraih jaket dari dalam tasnya.

"Lo kira dengan latihan sampai malem kaya gini bisa bikin lo menang dari gue?" remeh sosok tersebut.

Angga tetap mengabaikan perkataan seseorang yang sedang menatapnya dengan geram. Ia mengabaikan kehadiran laki-laki tersebut dan tetap fokus pada kegiatannya yang sedang memakai jaket.

"Lo kira lo hebat huh?!"

"...."

"Lo nggak ada apa-apanya dibanding gue Anggasta."

"..."

"Gue bakal jadi kapten basket tahun ini."

"..."

"Lo bakalan kalah." tekan sosok tersebut.

"...."

Angga tetap diam dan memakai helmnya dengan tenang. Angga bahkan tidak peduli ketika sosok tersebut berjalan mendekatinya hingga berdiri di dekat motornya. Angga hendak menaiki motornya sebelum ucapan dari laki-laki tersebut berhasil menghentikan langkahnya.

"Adek lo boleh juga."

Angga seketika menghentikan gerakannya. Ia menatap laki-laki tersebut dengan tajam. Alisnya menukik tajam dan pandangannya menggelap.

"Nggak usah bawa-bawa adek gue." ujar Angga penuh penekanan.

Laki-laki tersebut, Alex, tertawa keras seolah puas dengan respon Angga. Ia senang karena berhasil memancing emosi Angga hanya dengan menyebut adik dari laki-laki tersebut.

"Cantik siihhh, bodinya juga oke. Kayaknya cocok kalo gue jadiin-"

"Brengsek!!"

Angga segera maju dan mencengkeram kerah Alex lalu mendorongnya dengan keras hingga punggung lelaki itu menabrak mobil. Ia menatap Alex dengan tatapan tajam, tangannya mencengkeram kerah Alex semakin keras hingga membuat Alex merintih kesakitan. Namun Angga tidak peduli. Berani-beraninya Alex mengancamnya dengan menggunakan Anin.

"Gue peringatin untuk pertama dan terakhir kalinya. Jangan usik hidup adek gue." ujar Angga penuh penekanan.

Sesaat sebelum Alex kehilangan kesadaran, Angga melepaskan cengkeramannya begitu saja hingga membuat Alex jatuh terduduk begitu saja. Angga membiarkan dan berlalu menuju motornya. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Angga berlalu meninggalkan parkiran sekolah. Sepeninggalnya Angga, Alex menetralkan napas dan menatap kepergian Angga dalam diam.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang