Part 18 - Ketika Abang Sama Mas Pergi Jum'atan

184 17 0
                                    

~~~~~~~

Note : ini timelinenya mundur ya, jadi pas Anin masih umur 9 tahun, Angga 10 tahun, dan Abi 14 tahun. Jadi pas mereka masih pada SD sama SMP lah. Semoga nggak bingung ya.

~~~~~~~

Selamat membaca:)

PART 18 - KETIKA ABANG SAMA MAS PERGI JUMAT'AN

Selepas pulang dari sekolah, Abi segera saja mandi karena jam telah menunjukkan pukul sebelas siang. Ia harus berangkat shalat jum'at bersama Angga. Adiknya itu sudah siap karena memang sudah pulang dari sekolah sejak jam sepuluh pagi.

Suara murottal dari arah masjid sudah mulai terdengar ketika Abi selesai bersiap-siap dan keluar dari kamarnya. Lelaki berumur empat belas tahun itu berjalan menuruni tangga dengan sedikit terburu-buru. Dan setelah sampai di ruang tamu, ia melihat Angga yang duduk di sofa dan menatapnya dengan kesal. Abi tersenyum.

"Maaf ya abang lama nungguin mas."

Angga, laki-laki berumur sepuluh tahun dengan sarung hitam dan baju koko berwarna krem itu hanya mengangguk tanpa melunturkan raut kesal dari wajahnya.

"Ayok berangkat." ujar Angga sambil berjalan keluar rumah.

Abi hanya tertawa kecil lalu berjalan mengikuti langkah kaki Angga. Hari ini adalah pertama kalinya Abi jum'atan hanya berdua dengan Angga, biasanya bertiga dengan Deva juga. Namun kemarin Deva pergi ke Bandung untuk urusan pekerjaan.

Angga dan juga Abi berjalan beriringan menuju masjid komplek yang memang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka. Selama perjalanan Abi maupun Angga tidak banyak bicara. Hanya sesekali mengobrol kecil. Namun di tengah keheningan, Angga tiba-tiba berceletuk.

"Mas, nanti dapet nasi kotak nggak sih?" ujar Angga tiba-tiba.

Abi menoleh dan menatap Angga dengan alis terangkat bingung.

"Biasanya ga dapet sih bang." jawab Abi ragu.

"Masa sih ga dapet, ih ga asik." kesal Angga.

"Hus, niatnya kan ibadah bang." ujar Abi pelan.

"Kalo dapet nasi kan ibadahnya lebih semangat."

Abi seketika tertawa. Yaampun, kenapa Angga bisa berpikiran seperti itu, ada-ada saja. Abi sampai geleng-geleng.

"Udah bang, ayok agak cepet jalannya. Biar dapet barisan depan." ujar Abi sambil mempercepat langkahnya.

Angga yang mendengar perkataan Abi segera mempercepat langkahnya karena tidak ingin ditinggal sang kakak. Namun ketika matanya melihat sesuatu, seketika Angga memelankan langkah dan tersenyum kecil, membuat Abi seketika menyamakan langkahnya dengan sang adik.

"Belakang aja lah, nanti dapet nasinya duluan." ujar Angga.

"Astaghfirullah, kalo di depan dapet unta bang."

"Sama aja bang, barisan depan atau belakang dapetnya tetep ayam bakar." ujar Angga ketika mereka semakin dekat dengan mobil yang bagian belakangnya terbuka dan matanya melihat tumpukan nasi kotak. Hidungnya samar-samar mencium aroma ayam bakar dan sambal terasi dari sana.

Sedangkan Abi yang mendengar ucapan Angga hanya menepuk jidatnya. Adiknya ini memang benar-benar. Padahal maksud Abi jika di barisan depan, pahalanya seperti berkurban seekor unta. Namun Angga malah membahas nasi kotak. Abi tidak menjawab apa-apa dan hanya menghela napas pelan berusaha bersabar.

Keduanya lalu sampai di masjid dan benar-benar berpisah shaf. Abi langsung maju ke depan sedangkan Angga memilih untuk melipir ke pinggir dan mencari spot yang tersorot kipas angin, shaf keempat dari belakang.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang