Part 35 - Sulit

131 19 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 35 - SULIT

Matahari mulai menampakkan sinarnya pagi ini. Suasana ramai yang biasanya menguasai rumah Alfariz entah kenapa pagi ini lenyap. Keheningan yang menyesakkan membuat suasana canggung amat terasa.

Angga hanya melirik anggota keluarganya yang terus bungkam pagi ini. Bahkan mamanya yang biasa mengomel pun terlihat sangat enggan untuk membuka suara. Angga menduga jika ini dikarenakan pembicaraan antara orang tuanya dan juga Abi tadi malam.

"Ma." panggil Angga. Rania hanya menatap Angga dan menunggu laki-laki itu melanjutkan perkataannya.

"Abang sama adek mau ke rumah mami ya nanti."

Rania kemudian mengangguk. "Boleh."

"Nginep boleh ma?" izin Anin.

Lagi-lagi Rania mengangguk lalu kembali menunduk dan makan dengan tenang. Hal ini membuat Angga bertanya-tanya, ada apa dengan Rania pagi ini. Wanita itu terlihat sangat lesu. Angga seketika menghentikan kunyahannya dan menatap Rania khawatir.

"Mama sakit?" tanya Angga.

Rania kemudian berhenti mengunyah dan menatap Angga.

"Enggak kok bang."

"Tapi mama pucet." sahut Angga.

"Mama nggak papa." tak lama setelahnya Rania beranjak berdiri dan membereskan piringnya sendiri.

Semua pergerakan perempuan itu tak luput dari pandangan Deva. Lagi-lagi ia merasa bersalah. Deva pun mengabaikan piringnya yang masih terisi penuh lalu beranjak berdiri dan menghampiri Rania yang berada di dapur.

"Ran." panggil Deva. Dan seperti yang Deva duga, Rania tidak menyahuti ucapannya, bahkan wanita itu tidak meliriknya sedikitpun.

Rania sepenuhnya mengabaikan Deva, wanita itu mencuci piring dengan cepat dan berjalan melewati Deva begitu saja. Namun Deva tidak akan melepaskan Rania kali ini. Ia mencekal pergelangan tangan Rania dan mencegah langkah wanita itu. Rania memberontak tentu saja, namun Deva mengeratkan genggamannya hingga membuat Rania menyerah. Rania kemudian mendongak dan menatap Deva dengan sinis.

"Maafin aku." lirih Deva.

Belum sempat Rania menjawab, kedatangan Angga dari arah ruang makan membuat Rania segera menjauhkan diri. Rania menggunakan kesempatan ini untuk pergi dari dapur menuju kamarnya. Sedangkan Deva yang melihat kepergian Rania seketika menghela napas gusar.

Angga yang melihat betapa frustasinya Deva hanya bisa diam dan menepuk punggung sang ayah. Ia tau Rania sedang marah hingga membuat Deva gusar seperti sekarang. Sudah sering ia melihat Rania ngambek dan mendiamkan Deva. Ujung-ujungnya Deva pasti tidur di kamar Abi.

Deva hendak membuka suara namun ia seketika mengurungkan niat ketika mendengar derap langkah kaki seseorang yang menuruni tangga. Deva bisa melihat Rania yang berjalan turun dari tangga dengan membawa kunci mobil.

Deva seketika mengabaikan Angga dan berjalan cepat menyusul Rania yang hampir membuka pintu rumah mereka. Ia mencekal pergelangan tangan Rania hingga membuat si empunya menoleh. Rania seketika berdecak.

"Ck, apasih?! Lepasin aku!!"

"Kamu mau kemana?" tanya Deva cemas.

"Bukan urusan kamu." sahut Rania dengan ketus.

"Ran, aku tanya baik-baik. Kamu mau kemana?"

"Aku bilang, bukan urusan kamu." ujar Rania datar.

"Ran, aku nggak izinin kamu pergi." tegas Deva.

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang