Selamat membaca:)
PART 22 - WAKTUNYA ADEK ANIN
Seperti halnya dengan Abi dan juga Angga, Anin juga mendapat kesempatan untuk memilih waktu untuk dihabiskan dengan Rania dan Deva. Gadis itu sudah rewel dari jauh-jauh hari dan merengek ingin menonton konser Spine9. Deva sampai geleng kepala.
Sebenarnya Anin sudah ingin menonton konser sejak gadis itu kelas dua SMP. Namun Deva tidak mengizinkan karena umur Anin yang masih menginjak empat belas tahun dan berjanji akan mengizinkan Anin ketika ia sudah SMA. Dan inilah saatnya bagi Anin untuk menagih janji sang ayah.
"Pokoknya taun ini adek harus bisa nonton konsernya Spine9." ngotot gadis itu. Padahal kemarin Deva sudah mengizinkan, namun Anin tidak berhenti merengek dan membuat Deva yang duduk di sofa ruang tengah memijat pelipis karena pening.
"Iyaaa papa kan udah ngasih izin." ujar Deva pelan.
"Taun ini ya pa? Janji ya?"
"Iyaaaa."
"Wes kamu tuh ojo rewel terus. Kemarin kan papa wes ngasih izin." Rania yang baru saja datang dari dapur menyahut.
(Udah kamu jangan rewel terus. Kemarin kan papa udah ngasih izin.)
"Dua bulan lagi loh." ujar Anin mengingatkan lagi.
"Ya Allah iya deekkk."
Rengekan seperti itu terus Anin lontarkan hingga Deva muak sendiri. Dan pada akhirnya setelah Deva membelikan tiket konser Spine9, barulah Anin bisa tenang dan tidak lagi merengek padanya.
Dan disinilah Deva dan Rania berada, keduanya sedang menunggu Anin yang sedang bersiap di kamar gadis itu. Dan tak lama setelahnya, datanglah Anin yang telah mengenakan OOTD ala gadis itu. Deva yang melihat pakaian Anin seketika melotot.
Cr : pinterest
"Heh!! Bajunya!!"
Rania yang ada disebelahnya sampai dibuat kaget dengan pekikan sang suami. Ia mengalihkan pandangan menatap Anin, kening Rania mengernyit. Ia merasa biasa saja dengan pakaian Anin. Masih wajar.
"Nggak papa dek, wes ayu. Ayok berangkat." ujar Rania sambil beranjak. Deva seketika mendelik.
"Nggak ada berangkat pake baju kaya gitu. Ganti." perintahnya mutlak.
"Ih pa, adek udah cantik lohhh." protes Anin.
"Ganti dek." perintah Deva.
"Kata mama nggak papa."
"Nggak ada pamer-pamer perut, nggak ada pake celana pendek kaya gitu. Ganti sekarang." ujar Deva posesif.
"Udah cantik loh paaaaaa." rengek Anin.
"Kalo pake baju ketutup lebih cantik lagi. Buruan ganti sana." mendengar ucapan Deva, Anin seketika berdecak
"Papa biasanya nggak pernah protes kalo adek pake baju pendek-pendek." gerutu Anin kesal.
"Ya karena ada abang sama mas yang ngingetin kamu. Ini mentang-mentang abang sama mas nggak di rumah kamu mau cari kesempatan. Nggak ada. Ganti sana." titah Deva mutlak.
"Paaa.." melas Anin.
"Kalo nggak ganti, nggak jadi berangkat."
Anin menghentakkan kaki kesal lalu beranjak menuju kamarnya. Sedangkan Rania yang menonton perdebatan tersebut hanya bisa menghela napas. Ia menatap Deva dengan sinis.
"Nek anake ndak mood nanti kamu yang tanggungjawab. Aku ndak ikutan."
"Ya bajunya pamerin perut kaya begitu loh Ran, masa aku diem aja. Anakku loh itu." Rania hanya mendengus dan kembali duduk di sofa.
Dan tak lama setelahnya, Anin datang dan berganti pakaian yang tidak memamerkan perut dan juga kakinya. Ia menatap Deva dengan sinis sebelum berjalan begitu saja ke arah mobil. Rania yang melihatnya hanya bisa menghela napas pelan. Anin pasti akan rewel lagi nanti.
0_0
Suasana di dalam venue yang cukup ramai membuat Rania dan Deva sesak sendiri, sedangkan Anin tetap mengangkat lighstick nya tinggi-tinggi dan ikut bernyanyi seiring dengan penampilan dari Spine9. Semangat gadis itu tidak luntur meskipun rasa panas melingkupi sekitarnya. Deva dan Rania sampai geleng-geleng kepala. Padahal selama berada di mobil, gadis itu terus menekuk wajah dan enggan menjawab jika ditanya lantaran masih merasa badmood. Tetapi setelah masuk venue, mood gadis itu kembali dan energinya terisi penuh.
Rania yang berada di samping kanan Anin hanya bisa menatap Anin dengan senyum lebar. Gadis enam belas tahun itu terlihat begitu senang. Rania mendekat dan mencium sisi kepala Anin membuat gadis itu menoleh dan menatap Rania.
"Kenapa ma?" ujar Anin sambil berteriak.
Rania hanya menggeleng dan Anin kembali menatap ke depan, kembali bernyanyi menikmati konser dari grup favoritnya. Sesekali ia meraih minuman yang disodorkan Rania ketika tenggorokannya terasa kering.
Jika Rania memperhatikan bagaimana Anin menikmati konser hari ini, berbeda lagi dengan bapak tiga anak yang berdiri di samping kiri gadis itu. Matanya terus saja mengedar dan memperhatikan sekitar, berusaha menjaga anak dan juga istrinya dari tangan-tangan jahil yang mungkin saja mengganggu kesenangan mereka. Padahal semua orang sedang menikmati konser, Deva saja yang berlebihan dan terlalu parno.
0_0
Sepanjang perjalanan pulang, Anin tidak pernah berhenti tersenyum. Gadis itu terus bersenandung sambil menatap foto-foto yang diambilnya ketika di venue tadi.
"Dek, mau maem sama apa?" tanya Rania.
"Adek mau rendang boleh?"
Rania hanya mengangguk dan membiarkan Anin kembali larut dalam dunianya sendiri. Padahal Anin sudah makan rendang dua hari yang lalu, namun gadis itu tidak bosan-bosannya memakan makanan khas dari Sumatera tersebut.
Tapi Rania dan Deva tidak mempermasalahkannya, apapun yang Anin mau akan Rania dan Deva turuti ketika memang sedang harinya gadis itu.
"Mama, papa, makasih banyak ya buat hari ini. Adek seneng banget."
Deva dan Rania mengangguk dan tersenyum menatap Anin yang menatap ponsel dengan berbinar. Senang rasanya melihat Anin bisa berbinar ceria seperti sekarang. Deva dan Rania berdoa semoga senyuman itu tidak akan pernah menghilang apapun alasannya.
TBC
Hahaaaaaaa halo gaiiisss. Part ini agak pendek tapi semoga suka yaa, jangan lupa tinggalin jejaaaakkk🙌💓
Love,
Esteh
30 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FAMILY!! [END]
Fanfiction[END] Sequel dari book "We Are Family!!" Bisa dibaca terpisah tapi lebih baik baca We Are Family dulu<3 ___________________________________________ "Anaknya jangan ditendang dong" "Kamu banyak-banyak jajan dong. Nggak usah hemat-hemat, uang mama s...