Part 8 - Musuh?

225 18 3
                                    

Selamat membaca:)

PART 8 - MUSUH?

Angga mendudukkan diri di kursi yang berada di samping Abi. Sedangkan dihadapannya sudah ada Anin yang tengah menunggu hidangan sarapan yang dibuat oleh Rania. Ia melirik Anin dengan sinis dan dibalas tak kalah sinis oleh sang adik. Abi yang melihatnya hanya bisa meringis.

"Apa lo liat-liat?" sinis Anin.

"Suka-suka gue lah." sewot Angga.

Anin hendak membalas sebelum sebuah centong nasi melayang mengenai kepalanya.

Tuk!!

"Akh!!"

Anin menoleh dan mendapati Rania sedang berdiri disampingnya. Tangan kanannya membawa semangkuk besar nasi goreng, sedangkan tangan kirinya menodongkan centong nasi ke arah Anin. Anin seketika berdecak.

"Maa!!"

"Apa?! Mau ribut?!"

Anin hanya menghela napas kesal dan kembali menatap ke depan. Sedangkan Rania menaruh mangkuk ke atas meja lalu beranjak kembali ke dapur untuk mengambil beberapa gelas susu.

"Adek sama abang jangan ribut dulu. Mama kayaknya lagi PMS. Cari aman aja daripada diusir dari rumah." ujar Abi pada kedua adiknya.

"Halah, si adek tuh suka banget mancing perkara." dengus Angga.

"Kok gue sih?!" sewot Anin.

"Yang kemaren main fisik duluan siapa?!" sahut Angga penuh emosi.

"Yang ngomong sembarangan duluan siapa?!"

Prak!!

Belum sempat Angga membalas perkataan Anin, mereka semua seketika berjengit kaget karena suara lemparan benda keras tepat ke arah meja. Mata mereka melotot kaget karena mendapati dua buah pisau yang ternyata dilempar oleh Rania.

"Kalau mau gelut diluar." ujar Rania dengan datar.

Abi yang melihatnya hanya meringis. Ia meraih dua buah pisau tersebut lalu beranjak ke dapur untuk dikembalikan ke tempat semula. Sedangkan Anin dan juga Angga hanya terdiam kaku. Takut jika benar-benar akan diusir dari rumah.

Rania meletakkan gelas berisi susu ke samping Angga dan juga Anin dengan keras hingga suara benturan antara gelas dan meja marmer tersebut menggema ke penjuru rumah. Untung gelas-gelas tersebut tidak langsung pecah di tempat.

Sekembalinya Abi ke meja makan, ia menuntun Rania untuk segera duduk di tempat Rania yang biasanya, di samping Anin.

"Mama duduk aja, mas panggil papa dulu."

Rania menahan tangan Abi yang hendak beranjak.

"Nggak usah mas, papa udah berangkat. Katanya mau mampir ke rumah ayah dulu"

Abi kemudian mengangguk dan kembali ke tempatnya. Lalu keempat manusia di sana makan dengan tenang. Dan setelahnya Angga dan juga Anin berangkat ke sekolah sedangkan Abi kembali ke kamarnya.

0_0

Angga mendudukkan diri di kantin setelah memesan es teh dan juga mie ayam. Jam masih menunjukkan pukul sembilan, yang mana jam istirahat masih setengah jam lagi. Tapi Angga memilih enyah dari kelas karena muak mendengarkan guru sejarah yang sedang menjelaskan materi. Telinganya terasa panas.

Angga menatap teman-temannya yang sedang membicarakan banyak hal. Matanya mengedar ke penjuru kantin dan menemukan seseorang yang sedang menatapnya dengan intens. Namun begitu Angga menatap balik, orang tersebut mengalihkan pandangan dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Membuat Angga mendengus kesal dan memilih untuk menyantap mie ayamnya yang baru saja datang.

"Balapan ntar malem lo ikut nggak Ngga?"

Mendengar pertanyaan dari Janu untuknya, Angga seketika menatap temannya tersebut.

"Belom tau."

"Besok abis pulang sekolah ada balapan juga. Gas nggak?"

"Nggak dulu."

"Dih."

"Gue lagi nggak mood."

"Gegayaan banget lo kayak perawan." ejek Janu pada Angga.

Angga seketika berdecak, ia sedang malas untuk melakukan kegiatan apapun. Rasanya hanya ingin berdiam diri saja di rumah tanpa diganggu siapapun.

"Gue liat-liat sekarang lo jarang mau diajak balapan. Kenapa?" tanya Janu.

"Gapapa. Besok kan gue pulangnya sama adek gue, mana bisa balapan."

"Ajakin aja kali Ngga." usul Janu.

Punggung Angga seketika menegak. Mengajak Anin ke arena balapan? Tidak, Angga tidak akan pernah melakukan itu. Arena balapan dipenuhi dengan spesies laki-laki brengsek. Dan Angga tidak akan membiarkan Anin melangkah kesana sedikitpun. Adiknya terlalu berharga.

"Gak akan." tegas Angga.

"Dih, posesif banget." ejek Janu.

Angga tidak menjawab apapun lagi dan kembali makan dengan tenang. Ia membiarkan Janu mengoceh tentang berbagai macam hal mulai dari gosip tentang teman sekelas mereka yang katanya menjadi simpanan om-om, salah satu ekstrakurikuler yang baru saja bertengkar dengan OSIS, bahkan gosip adik kelas mereka yang katanya pernah hamil, dan masih banyak lagi gosip recehan yang diceritakan Janu pada Angga.

Di tengah ocehan Janu yang Angga abaikan, mata Angga kembali bertemu dengan mata seseorang yang duduk di pojok kantin. Janu, yang menyadari Angga terdiam segera mengikuti arah pandang Angga. Setelahnya ia menghela napas.

"Gue denger-denger, taun ini lo bakal jadi salah satu kandidat calon ketua tim basket sekolah." ujar Janu membuka percakapan serius diantara keduanya.

"Hmm." gumam Angga kembali menyendok makanannya.

"Dan katanya kandidat yang satu lagi tuh dia Ngga."

Angga menghentikan kunyahannya dan menatap Janu dengan intens. Mata Janu dan Angga saling bertemu seolah berbicara melalui tatapan tersebut.

"Gue baru tau."

"Yang penting jangan sampe berantem deh Ngga. Gue masih ngeri kalo keinget kalian yang hampir gelut pas kelas sepuluh dulu." ujar Janu meringis.

Angga hanya diam dan tidak menjawab. Memorinya kembali mengingat pertengkarannya dengan Alex beberapa bulan yang lalu. Keduanya berselisih karena Alex yang tidak mau satu tim basket dengan Angga. Bahkan Alex sempat menyuruh Angga untuk keluar dari tim basket, tentu saja Angga menolak dengan keras. Keduanya sempat berdebat panas dan beruntung tidak sempat adu jotos karena sudah dipisahkan oleh Juna.

Angga hanya menghela napas setelahnya. Semoga Alex tidak mencari perkara lagi dengannya. Karena Angga sudah muak berurusan dengan laki-laki itu.

TBC

Halooowwwwwww🙌🥳

Maaf ya part ini pendek, semoga suka dan jangan lupa tinggalin jejaakkk✨🤍

Love,

Esteh
31 Desember 2023



OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang