Part 20 - Waktunya Mas Abi

194 19 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 20 - WAKTUNYA MAS ABI

Sudah menjadi kebiasaan jika setiap satu tahun sekali, Rania dan Deva pasti akan menyediakan satu hari untuk menghabiskan waktu dengan masing-masing anak-anak mereka. Abi, Angga, dan juga Anin dapat memilih pukul berapa dan hari apa yang ingin mereka habiskan dengan Deva dan Rania. Deva dan Rania pasti akan mengusahakan dan meluangkan waktu untuk itu.

Dan di hari jumat ini, dimana setelah Abi dan Deva melaksanakan shalat Jum'at, keduanya segera bersiap untuk pergi menghabiskan waktu bersama. Tentu saja dengan Rania juga yang sudah menyiapkan segala peralatan dan juga bekal yang akan mereka bawa.

Satu minggu yang lalu, Abi sudah meminta jatah waktunya dengan Deva dan juga Rania. Dan semalam Rania dan Deva sudah bertanya kepada Abi, apa yang ingin dilakukan Abi kali ini. Dan Abi hanya ingin piknik di taman kota. Deva dan Rania tentu saja mengikuti keinginan dari Abi.

Dan disinilah ketiganya sekarang, dengan Deva yang menyetir dan Rania disampingnya, sedangkan Abi duduk di belakang keduanya. Senyum tak pernah luntur dari bibir Abi. Jujur ia senang sekali karena bisa menghabiskan waktu dengan Deva dan Rania.

Dan tak lama setelahnya ketiganya telah sampai di taman kota sesuai keinginan Abi. Abi dan Deva turun dari mobil dan segera membawa keranjang berisi makanan yang sudah disiapkan Rania beserta beberapa peralatan lainnya. Keduanya berjalan mengelilingi taman untuk menemukan spot yang tepat untuk menggelar karpet. Setelah menemukan tempat yang lumayan teduh, Deva langsung menggelar tikar untuk duduk ketiganya. Sedangkan Abi menaruh keranjang makanan serta mengeluarkan beberapa isinya. Rania? Perempuan itu tidak diperbolehkan melakukan apapun oleh anak dan suaminya. Ia hanya diam dan menunggu Deva dan Abi selesai menyiapkan segalanya.

Setelah semuanya siap, ketiganya duduk di tikar lalu sesekali mencomot beberapa camilan yang memang mereka bawa dari rumah.

"Tumben mas minta piknik ke taman." ujar Deva menatap Abi yang sedang menyender di bahu Rania.

"Pengen aja pa." sahut Abi seadanya seiring dengan Rania yang mengelus rambut Abi pelan.

"Padahal udah dua puluh satu tahun, tetep ngalem aja sama mama." cibir Deva. Abi tidak menyahut dan berganti posisi menjadi tiduran dengan berbantalkan paha Rania.

"Heh, istri papa itu." tegur Deva.

"Mama aku ini." ujar Abi santai.

"Udah jangan ribut ah." tegur Rania.

Deva kemudian terkekeh dan mengacak rambut Abi pelan, membiarkan Abi tertawa karena matanya tertutup beberapa helai rambutnya sendiri. Tak lama setelahnya Abi terdiam dan membiarkan Rania menyibak rambutnya.

"Ma." panggil Abi.

"Hmm?" gumam Rania.

"Ceritain gimana mama sama papa dulu dong." pinta Abi.

Elusan Rania di rambut Abi berhenti sejenak. Tatapan Rania beralih menatap Deva yang juga terpaku karena kaget.

"Mas mau tanya apa?" tanya Rania.

"Mama aja yang cerita, mas pasti dengerin kok."

"Papa sama mama dulu nggak gimana-gimana kok mas." ujar Rania berusaha menghindar.

"Papa aja yang cerita sini" ujar Deva.

Rania melotot galak dan menabok lengan Deva. Sedangkan Deva langsung meledakkan tawanya.

"Kalo kamu yang cerita bisa-bisa kebongkar semuanya." cibir Rania.

"Loh, nggak papa Ran. Ini Abi, bukan Angga yang suka bocor kemana-mana."

Rania dan Deva seketika tertawa. Sepenuhnya setuju bahwa Angga memang sulit menjaga rahasia dan suka cepu kemana-mana.

"Dulu pokoknya mama sama papa nikahnya dadakan banget." cerita Rania tiba-tiba.

"Jatuh cintanya juga setelah nikah, bukan karena jatuh cinta makanya nikah, tapi karena nikah makanya jatuh cinta." lanjutnya.

"Kalo bukan karena cinta, kenapa bisa sampe nikah ma?" tanya Abi.

"Mamamu frustasi karena cowoknya nggak pernah dapet restu dari yangkung. Makanya nikah sama papa yang jelas dari kecil kenal baik sama yangkung." ujar Deva sambil tertawa.

"Bohong itu, mama aja nggak pernah pacaran. Cowok darimana coba." cibir Rania.

Deva kemudian tertawa hingga mengusap sudut matanya yang berair.

"Kalo papa? Emangnya papa nggak punya pacar waktu itu?" tanya Abi lagi.

"Papamu kan gamon sama mantannya. Putus gara-gara beda agama." ujar Rania lalu tertawa.

Sedangkan Deva yang sudah berhenti tertawa seketika mendelik. Sedangkan Abi yang mendengar ucapan Rania langsung kaget. Papanya pernah pacaran beda agama dan ia baru mengetahui hal ini.

"Hah? Kok bisa pa?" kaget Abi.

"Yaaa gitu." sahut Deva kikuk.

"Emang sama opapa boleh?" ujar Abi.

"Nggak boleh lah, tapi dulu opapa nggak tau sih kalo papa pacaran beda agama." ringis Deva.

"Yang tau cuma ayah, bunda, mami, sama mama kamu aja. Dulu sempet dimarahin mas Dirga dan disuruh putus, tapi sama mbak Eisha dibelain. Katanya nggak papa cuma pacaran aja, biarin dulu aja gitu. Cuman papa nih nggak putus-putus bikin ayahmu kesel, tapi akhirnya putus juga sih." lanjut Deva.

"Mama nggak cemburu kalau papa cerita gini ke mas?"

"Enggak lah. Udah lama banget itu mas, sekarang kan papa udah sama mama." ujar Deva.

"Mas nanti kalo cari pasangan jangan yang beda ya." ujar Rania tiba-tiba. Abi tersentak kaget lalu menatap Rania dengan kikuk.

"Mama tiba-tiba banget." sahut Abi.

"Ya jaga-jaga aja dari sekarang."

"Enggak kok ma, lagian mas belom mau pacaran juga."

"Mas lagi suka sama siapa sih?" tanya Deva kepo.

"Ih papa kepo." sahut Abi.

"Idih, udah berani main rahasia-rahasiaan sama papa ya kamu." ujar Deva setengah kesal.

"Ya lagian papa nih pertanyaannya aneh."

"Enggak aneh ah. Biasa aja." sahut Deva membela diri.

"Kalo ada apa-apa, bisa cerita sama mama papa ya le. " ujar Rania.

"Mas ngerti kok ma. Sekarang ini mas belum kepikiran ke arah sana. Mau fokus kuliah dulu." sahut Abi.

Rania kemudian mengangguk dan mengecup kening Abi sekilas. Rania percaya pada Abi. Dan Rania tau, Abi tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatnya sedih.

"Tapi kamu masih suka cewek kan?"

Plak!!

"Sembarangan nek ngomong. " pekik Rania kesal. Deva hanya mengelus lengannya pelan sambil meringis menahan perih. Abi hanya tertawa melihat sang ayah, sama sekali tidak merasa tersinggung ataupun sakit hati.

"Orang cuman nanya doang."

Sore itu menjadi waktu yang berharga bagi Abi, bisa melihat Rania dan Deva yang menceritakan banyak hal kepadanya hingga menimbulkan berbagai macam ledekan hingga cekcok kecil yang sukses membuatnya tersenyum bahkan tertawa. Momen seperti ini, semoga Abi masih bisa merasakannya lagi.

TBC



HALLOOOOWWWW🙌✨

Pertama aku ucapin selamat menjalankan ibadah puasa buat temen-temen yang menjalankan, semoga selalu istiqomah dan dapet ridho Allah di setiap amalan kita di bulan ini🤍

Aku minta maaf ya temen-temen, ini updatenya telat pol. Harusnya up hari minggu tapi aku baru bisa nulis sekarang. Semoga suka sama part ini ya, jangan lupa tinggalin jejak✨💗

Love,

Esteh
20 Maret 2024

OUR FAMILY!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang