Bab 38 (END)

3.3K 54 3
                                    

Ini sudah dua minggu terhitung sejak Kirana meninggalkan rumah sakit.
Dia menolak untuk tinggal dirumahku dan memilih untuk tinggal bersama Clarissa. Aku menghargai keputusannya, meskipun sejujurnya aku lebih ingin dia tinggal bersamaku.

Aku telah bertekad untuk memperbaiki hubungan serta rumah tangga kami, akan kutebus segala kesalahanku dimasa lalu dan akan kubahagiakan dia seumur hidupnya, tak akan lagi kubiarkan ia menangis kecuali menangis karena bahagia. ini adalah janjiku, bukan hanya  padanya tapi juga pada diriku sendiri,  demi kebahagiaan kami serta keluarga kecil kami.

Tapi sejujurnya ada yang membuatku risau.
Sudah dua minggu ini pula aku tak berkomunikasi dengan Kirana.
Sesekali aku menanyakan kabarnya pada Clarissa "Dia baik-baik saja" selalu seperti itulah jawabannya, namun saat aku meminta untuk berbicara dengan Kirana dia selalu menolak dengan berbagai alasan yang mengatakan Kirana sedang istirahat, dikamar mandi, sibuk dan berbagai alasan lainnya. kuharap dia benar-benar baik-baik saja seperti yang Clarissa katakan.

TOK..TOK..TOK..

Aku bergegas turun dari ranjang dan membuka pintu kamarku yang ternyata adalah Bi Inah pembantu rumah tanggaku.

"Di depan ada tamu katanya ingin bertemu dengan tuan" ungkapnya begitu aku membuka pintu

"Mencari saya? siapa Bi?" tanyaku penasaran. Pasalnya tak biasanya ada yang mencariku ke rumah di hari kerja seperti ini, biasanya jika ada yang berkepentingan mereka akan mencariku ke kantor atau menghubungiku terlebih dahulu.

"Katanya pengacara dari non Kirana tuan" ucap Bi Inah dengan hati-hati.

DEG.....

Tiba-tiba perasaanku menjadi gusar, namun aku bergegas melangkah untuk menemui pria paruh baya yang telah duduk menungguku di sofa ruang tamu.

 "Ada keperluan apa Anda mencari  saya" tanyaku tanpa basa basi bahkan saat baru saja aku mendaratkan tubuhku di sofa yang berhadapan dengannya.

"Perkenalkan saya Romi, saya adalah pengacara yang ditunjuk oleh ibu Citra Kirana untuk mewakili dia dalam mengurus proses perceraian beliau dengan bapak" 

"Cerai. Siapa yang akan cerai? sampai kapan pun saya tidak akan pernah menceraikan Kirana" ucapku mulai meninggikan nada bicaraku. Yang benar saja, aku sudah bertekad untuk memperbaiki hubunganku tapi dia tiba-tiba datang membicarakan tentang perceraian.

Kulihat pria berkacamata tersebut mengeluarkan sebuah amplop coklat berlogo pengadilan agama dan menyerahkannya padaku "Ini adalah permohonan cerai yang Ibu Kirana ajukan dan disetujui oleh pengadilan agama, jadi mohon agar bapak menyetujuinya" Aku menerima amplop tersebut dan membukanya dengan tangan gemetar, kubaca tiap baris dengan seksama, matanya tertuju pada kata bertulisan alasan perceraian 

1. meninggalkan pasangan dalam kurun waktu 5tahun berturut-turut

2. meninggalkan tanggung jawab sebagai seorang ibu dalam kurun waktu tersebut

3. melakukan tindak kriminal selama masa pernikahan

4. kondisi mental tidak lagi mampu untuk menjalankan kehidupan pernikahan.

Aku membuka mataku lebar-lebar, membaca berulang kali alasan terakhirnya, alasan konyol macam apa itu. kulempar kembali amplop tersebut ke atas meja.

"Saya tidak akan menandatangani surat ini, sampai kapanpun saya tidak akan menceraikan dia" 

"Ini adalah permintaan terakhir dari ibu Kirana, beliau sangat berharap anda akan menyetujuinya" ucap Romi masih berusaha memintaku agar menyetujui perceraian ini, sementara aku sudah naik pitam ingin sekali rasanya kupukul wajah mengesalkan itu.

"Dimana dia, biar saya temui dia untuk membatalkan permohonan cerai ini" Aku segera bangkit dengan nafas yang memburu sambil menahan emosi.

"Ibu Kirana telah meninggalkan Indonesia tadi pagi"

DEG...

Tubuhku seketika merosot kembali terduduk pada sofa "Kemana dia pergi" Ucapku dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

"Mohon maaf, beliau tidak ingin mengatakan kemana akan pergi namun beliau menyampaikan kemungkinan tidak akan kembali dan sangat berharap agar anda menyetujui perceraian ini"

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat, mengapa disaat aku ingin memperbaiki semuanya justru ia kembali meninggalkanku persis seperti lima tahun yang lalu. lalu untuk apa dia kembali dan menampakkan dirinya dihadapanku dan Eva.



Setelah menandatangani surat perceraian aku bergegas menuju kamar putriku, karena dialah yang pertama kali muncul dikepalaku setelah pengacara tersebut pergi.

Aku mengusap rambut putriku yang tengah tertidur lelap.
Malang sekali nasibnya, baru sebentar dia mengenal sosok ibunya sekarang dia harus kembali menerima kenyataan bahwa ibunya kembali meninggalkannya. Lantas bagaimana aku harus menjelaskan padanya nanti, aku yakin saat ia bangun pasti Kiranalah yang pertama kali dia tanyakan.

Baru sebentar dia merasakan begitu bahagia bahwa ternyata dia juga memiliki ibu seperti teman-temannya, namun ternyata kebahagiaan itu tak bertahan lama karena lagi dan lagi, ibunya meninggalkannya.

Sebagai seorang ibu tidak bisakah setidaknya dia bertahan demi Eva, jika memang dia tak ingin mempertahankan pernikahan kami namun apakah tidak bisa dia tetap tinggal demi anaknya, apakah tak ada sedikit saja perasaannya ingin menemani anaknya tumbuh.

Aku masih tak menyangka ada ibu yang tega meninggalkan anaknya begitu saja, tanpa kata dan tanpa salam perpisahan namun orang tersebut benar-benar ada dan sialnya dia adalah ibu dari anakku.

Tapi tak apa. Tidak apa-apa dia pergi nak, dari awal kamu memang hanya memiliki papa. Dari awal memang hanya papalah yang menginginkanmu.

Biarkan saja dia pergi, masih ada papa yang akan menjagamu dengan segenap jiwa dan raga yang papa miliki. Kamu adalah harta paling berharga yang papa miliki, jadi  mari kita bahagia berdua hanya berdua. Mari kita lupakan dia seperti dia yang meninggalkan kita begitu saja.

Kucium kening putriku dengan penuh cinta sebelum akupun ikut terlelap disampignya





Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang