05 [REVISI]

3.1K 53 1
                                    

Zein melemparkan tubuh Citra ke kasur, lalu ia menaiki kasur dan memposisikan tubuhnya diatas Citra.

"Citra.." suara Zein terdengar berat ia membelai rambut Citra, Sedangkan Citra terasa jantung nya lebih cepat dari biasanya ia gugup setengah mati. Sesaat mata mereka beradu Zein semakin mendekatkan wajahnya kepada Citra.

"Ehm.. Anu kak saya permisi ke kamar mandi sebentar" Citra seraya mendorong pelan Zein.

Zein hanya berdecak geram, segera Citra bangkit berdiri saat hendak turun dari ranjang tiba-tiba Zein mencengkal lengannya, Citra menoleh

"Jangan lama-lama aku tidak suka menunggu" Citra hanya mengangguk dan segera berlari ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Citra hanya bersandar di tembok seraya menggigit kukunya "bagaimana ini? Bagaimana jika kak Zein tau, pasti nanti kak Zein akan marah aku harus bagaimana?" saat ini Citra benar-benar takut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tok.. Tok.. Tok.. Terdengar suara pintu kamar mandi diketuk membuat citra semakin merasa ketakutan.

"Kau mau tidur dikamar mandi?" terdengar teriakan Zein dari luar

"Ah iya kak, sebentar" Citra memandangi dirinya didepan cermin menghembuskan nafas kasar sebelum membuka pintu, ia kaget saat mendapati Zein yang berdiri didepan pintu kamar mandi dan menatapnya tajam. Zein langsung menarik tangan Citra dan menghempaskan tubuh Citra ke kasur dengan kasar.

"Aku sudah bilang aku tidak suka menunggu" Zein langsung menciumi seluruh wajah citra dan membuka kancing bajunya satu persatu..

.

Pagi ini Citra sedang menyiapkan sarapan di meja makan, setelah semalam Zein langsung keluar dari kamarnya tanpa sepatah katapun marah, jelas Zein sangat marah ia merasa telah dibohongi secara terang-terangan oleh gadis ingusan ini.

Citrapun tau kalau Zein sangat marah, pagi ini ia berencana untuk meminta maaf kepada Zein, terlihat Zein yang menuruni tangga telah siap dengan pakaian kerjanya.

"Ah, kak aku sudah siapan sarapan untukmu" Zein berlalu begitu saja melewati Citra tanpa menoleh sedikitpun, Citra hanya menatap sedih kepergian Zein.
Bagaimanapun ini salahnya ia yang telah membohongi Zein wajar saja jika Zein marah, siapa yang tak kecewa telah dibohongi Citra hanya berharap Zein akan memaafkan nya ia berjanji akan menjadi istri yang baik untuk menebus semua kesalahannya.

Siang ini Zein benar-benar kacau semua orang dikantor tak lepas dari kemarahannya, bahkan ruangannya pun bagaikan kapal pecah tak ada seorangpun yang berani masuk ke ruangannya atau sekedar mengetok pintu, semua pegawainya benar-benar ketakutan ini pertama kali nya mereka melihat bosnya semurka ini.

"Aahh.. Bajingan dasar pelanc*r" Zein berteriak dan membanting semua yang ada diatas mejanya.

"Awas kau jalang kecil beraninya kau membohongiku, aku pasti akan membuatmu menderita" batin Zein menyeringai.

Seseorang masuk kedalam ruangan Zein dia adalah Johan, Johan langsung datang kemari setelah mendapat telfon dari asistennya Zein yang mengatakan bahwa bosnya sedang murka. Ia berpikir ini pasti karena Citra baru kemarin mereka menikah dan sekarang Zein marah besar tak ada kemungkinan lain selain karena gadis itu, Zein hanya menatap datar ke arah Johan.

"Wow,, hal apa yang membuat tuan Zein semurka ini? Bukankah pengantin baru harusnya bersenang-senang?" Johan memasukkan kedua tangannya kedalam saku seraya tersenyum mengejek.

"Gadis itu telah membohongiku, lihat saja aku pasti akan membuat hidupnya menderita" Zein mengepalkan tangannya, terlihat jelas otot diwajahnya memperlihatkan betapa murkanya dia saat ini.

Johan menghembuskan nafasnya kasar "kan aku sudah pernah bilang tidak ada gadis baik-baik yang menjual dirinya demi uang, kau saja yang lebih mempercayai ucapan cengunguk itu"

"Zein tidak pernah menerima penghianatan, aku pasti akan membuat hidupnya terasa seperti di neraka"

"Sudahlah Zein, kau sendiri sebelumnya juga seperti itu maafkan saja siapa tau dia akan menjadi istri yang baik" Johan mencoba menenangkan Zein

"Tidak akan aku akan memberinya hukuman karena telah berani bermain-main dengan Zein Arga Wijaya"

"Terserah kau saja, asalkan kau jangan menyesal di kemudian hari"

Malam ini Citra sedang menunggu Zein di meja makan, dia telah memasak banyak makanan. Meski ia tau Zein tak mungkin memaafkannya begitu saja karena kesalahannya yang begitu besar, ia berjanji akan menjadi istri yang baik untuk menebus kesalahannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 21:50 tapi Zein belum juga pulang ia berpikir mungkin saja Zein lembur, matanya terasa perih berkali-kali ia menguap menahan kantuknya hingga akhirnya ia tertidur di meja makan.

.

Sementara itu setelah pulang dari kantor Zein dan juga Johan menuju bar milik Erick, dia ingin memberi pelajaran pada Erick yang telah berani membohonginya. Tak masalah wanita itu sudah bukan Virgin lagi jika hanya untuk dijadikan kesenangan Zein semalam ia akui dulu dia adalah bajingan yang hanya akan mencari wanita untuk kepuasan sesaat, tapi ini adalah wanita yang dia nikahi ia tak sudi bila nanti anaknya harus lahir dari rahim seorang pelanc*r.

Zein memasuki bar dengan langkah cepat ia langsung naik ke ruangannya Erick yang berada di lantai dua, ia membuka pintu dengan kasar tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"MAKSUD LOE APA HAH" Zein mencengkeram kerah baju Erick telah bersiap untuk meninju wajah Erick.

"Zein tenang kita udah sepakat untuk membicarakan ini baik-baik" Johan menarik tubuh Zein agar melepaskan cekeramannya pada Erick.

"Apa yang harus di bicarakan baik-baik? Dia yang bilang seorang pelanc*r wanita baik-baik"

"Tunggu,, maksud loe apa sih? Loe tiba-tiba dateng marah-marah gak jelas" Erick yang masih bingung dengan situasi ini.

"Perempuan sialan yang loe bilang gadis baik-baik itu gak lebih dari pelanc*r" Zein masih tampak sangat emosi.

"Maksud loe Citra?"

"Siapa lagi? Cewek yang loe suruh gue nikahin yang kata loe masih perawan tenyata, gak lebih dari jalang"

"Sialan, gue mana tau dia masih perawan atau enggak gue kan gak pernah nyobain, gue cuma sampein seperti apa yang dia bilang dia sendiri yang bilang kalau dia masih perawan, lagian gue juga gak pernah maksa loe buat nikahin dia kan" Erick membela diri

Zein hanya diam mendengarkan penuturan Erick, benar Erick tak pernah memaksanya menikahi gadis itu ia sendiri yang memutuskan tanpa mencari tau terlebih dahulu. Tapi tetap saja bagaimana Erick bisa sebodoh itu mempercayai ucapan jalang itu begitu saja.

"Berarti yang dibohongi bukan hanya kamu tapi juga Erick, sekarang kalian tau kalau yang baik tidak bisa dilihat dari penampilannya saja"

Zein hanya mengepalkan tangannya lalu keluar dari ruangan Erick meninggalkan mereka berdua.

Citra yang masih tertidur dimeja makan terbangun karena Zein yang menarik tangannya dengan paksa, Citra yang berjalan terseok-seok karena Zein yang menyeretnya. Zein melemparkan tubunya ke kasur dengan kasar.

"Kau harus menerima hukuman karena telah berani membohongiku" kata-kata Zein terdengar penuh ancaman.

Gadis 40Juta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang