Setelah perdebatan yang cukup panjang antara Zein, Bianca dan juga Johan kekasihnya akhirnya Bianca diizinkan untuk tinggal dirumah Zein, tentu saja berkat usahanya yang merayu kekasihnya dengan pura-pura menangis.
Mereka sampai rumah Zein sudah cukup larut, Bianca menempati kamar tamu dan langsung merebahkan tubuhnya begitu saja, ia tak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya Zein ia penasaran secantik apa wanita ini hingga Zein mau menikahinya.
Bianca terusik dari tidurnya karena mencium harum masakan, dengan malas ia turun dari ranjangnya lalu berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Bianca berjalan menuju meja makan ia mengamati begitu banyak makanan enak yang menggugah selera nya, dari arah dapur ia melihat Citra berjalan kearahnya dengan membawa satu teko susu putih, Bianca hanya mengamati Citra yang tengah meletakkan susu tersebut diatas meja tanpa menghiraukan keberadaannya.
"Kamu istrinya Zein kan?" Bianca memberanikan diri untuk bertanya, Citra hanya menjawab dengan anggukan kepala, kemudian hendak melangkah pergi meninggalkan meja makan tetapi tangannya dicekal oleh Bianca.
"Gak ikut sarapan?" Citra hanya menggelengkan kepala, melihat Zein yang berjalan menuruni tangga membuat Citra semakin ketakutan, ia menarik tangannya dengan paksa agar Bianca lepas dari bianca Citra segera berlari menuju kamarnya dan menutup rapat pintu kamarnya.
Bianca hanya menatap heran, kenapa dia seperti sangat ketakutan melihat Zein?
"Istri loe kenapa sih Zein?"
"Biarin aja" jawab Zein cuek, lalu menuang susu putih di gelasnya.
"Gue kan cuma pengen berteman sama istri loe, lagian kita tinggal satu rumah gue gak mau kalau dia salah paham dengan hubungan kita" Bianca menekuk wajahnya cemberut.
"Kan gue udah bilang dia bukan orang yang bisa loe ajak berteman" lalu mereka melanjutkan sarapan tanpa ada obrolan apapun lagi.
Beribu pertanyaan dibenak Bianca tentang sikap aneh istrinya Zein ia, merasa ada yang tidak beres dengan rumah tangga mereka. Setelah sarapan Zein langsung berangkat ke kantor dengan mobil pribadinya, sedangkan Bianca memutuskan untuk menghampiri Citra di kamar nya, ia melihat kamar Citra kosong lalu terdengar gemericik suara air dari dalam kamar mandi, mungkin Citra sedang mandi pikirnya, kemudian Bianca mendudukkan dirinya di ranjang dan menunggu Citra selesai mandi.
Citra keluar kamar mandi hanya dengan berbalut handuk tapi saat ia membuka pintu kamar mandi ia kaget melihat Bianca yang sedang duduk dikamarnya, Citra segera menutup pintu kamar mandi dengan keras begitupun Bianca yang tak kalah kaget bukan karena Citra yang tiba-tiba menutup pintu, tetapi luka yang ada di tubuh Citra.
"Hei loe gapapa?" Bianca berusaha mengetuk pintu kamar mandi.
"Pergi!" Citra berjalan mundur hingga tubuhnya kembali masuk kedalam kamar mandi.
"Gue cuma mau ngobrol bentar aja kok"
"Pergiiiiii...!!" Citra berteriak dari dalam kamar mandi membuat Bianca memundurkan dirinya.
Bianca kembali ke kamarnya mendudukkan diri di atas ranjang, "dia kenapa sih, jelas banget tadi gue tau banyak bekas luka ditubuhnya,napa jangan-jangan Zein KDRT? tadi pagi dia juga ketakutan pas lihat Zein" Bianca sedang berperang dengan pikirannya sendiri, apa benar Zein melakukan kekerasan pada istrinya, tapi ia mengenal Zein dari kecil pria itu tidak pernah menyakiti wanita meskipun sifatnya dingin, dia harus menanyakan pada seseorang untuk memastikan ini.
Ting tong, suara bel membuat seorang pemuda terganggu dari mimpi indahnya, dengan malas ia melangkah kearah pintu apartemennya.
"Lama banget sih loe" suara cepreng membuat gendang telinga Erick hampir pecah.
"Loe ngapain sih pagi-pagi kesini gangu orang tidur aja" Erick membuka pintu dengan muka rambut acak-acakan dan muka bantalnya.
"Loe yang kebo, udah siang juga dibilang pagi" Bianca langsung menerobos masuk begitu saja melewati Erick yang masih diam mematung di depan pintu.
"Loe mau jadi penjaga pintu" Bianca melihat Erick yang masih diam mematung ditempatnya.
Dengan malas Erick menghampiri Bianca dan mendudukkan dirinya di sofa.
"Gue mau ngomong sama loe" Bianca menyilangkan tangannya di dada.
"daritadi juga udah ngomong" Erick menyandarkan kepalanya pada sofa.
"Gue mau tanya Soal istrinya Zein"
"Jadi loe kesini dan ganggu gue tidur cuma buat nanyain Citra?"
"Jadi namanya Citra" Bianca balik bertanya.
"Yaudah buruan mau nanya apa, gue ngantuk mau balik tidur"
"Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?" pertanyaan Bianca membuat Erick mengerutkan keningnya.
"Maksud loe?"
"Gue rasa Zein melakukan kekerasan pada Citra" Bianca berkata Serius.
"Ha. ha. ha loe gila ya gak mungkin lah Zein KDRT yang bener aja" Erick masih tak percaya dengan apa yang dikatakan Bianca. yang Erick tau seburuk apapun sikap Zein tak mungkin ia melakukan kekerasan apalagi terhadap wanita.
"Yah gue tadinya juga mikir gitu, tapi gue lihat sendiri tadi banyak luka memar di tubuh Citra" penuturan Bianca membuat Erick terdiam seketika.
"Darimana loe tau kalau tubuhnya banyak bekas luka?"
"Gue tadi ke kamarnya tadinya mau ngajak dia jalan tapi gue malah gak sengaja lihat banyak luka di badannya."
Erick kaget mendengar penuturan Bianca apa mungkin ini yang dimaksud Zein untuk menghukum Citra, tapi apa ini tidak keterlaluan.
"Bisa aja kan itu luka disebabkan hal lain, atau bisa aja itu bekas ciuman mereka" Erick masih mencoba meyakinkan Bianca.
"Loe kira gue anak bayi gak bisa bedain yang mana bekas ciuman sama bekas luka" Bianca sewot
"Ya kali aja"
"Tadi pagi gue juga lihat kalau Citra ketakutan pas lihat Zein, gak mungkin dong gak ada apa-apa diantara mereka, mending loe jujur sama gue ada apa sebenernya" Bianca menatap Erick menyelidik membuat Erick salah tingkah.
"Jadi sebenernya...." Erick menceritakan semuanya pada Bianca tanpa ada yang di tutup-tutupi membuat Bianca melongo tak percaya.
"What? Gila ya sih Zein masa harus segitunya juga sih, lagian gue gak lihat kalau mukanya ada tampang-tampang jahatnya?" Bianca mulai emosi
"Penampilan kan bisa nenipu Bi, gue pikir Johan udah cerita semua sama loe"
"Dia emang cerita tapi dia gak bilang soal yang ini dan gue gak percaya kalau istrinya Zein selicik yang kalian pikirin" Jujur dia bingung dengan tingkah konyol teman-temannya ini, dia akui dia memang sedikit gila tapi tidak segila mereka.
"Terserah yang penting gue udah bilang" jawab Erick acuh.
"Loe gak merasa bersalah gitu?" Bianca menatap Erick serius, membuat Erick diam tak berkutik.
Jujur Erick sedikit merasa bersalah jika memang yang dikatakan Bianca adalah kenyataan, tapi ini adalah kesepakatan mereka Erick hanya membantu mereka dan berusaha agar tak terlibat lagi diantara hubungan mereka. biar bagaimanapun ia ikut andil dalam kekacauan yang ada.
"Yaudah sekarang loe anterin gue ketemu istrinya Zein" Ucapan Erik mendapat anggukan setuju dari Bianca
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis 40Juta (Tamat)
RomanceCitra Kirana yang menikahi Zein Arga Wijaya demi uang 40Juta. Bagaimana akhir kisah rumah tangga mereka, akankah cinta mampu hadir di antara mereka?